Ingin Kukatakan Sesuatu

Jatuh ke dalam Perangkap!



Jatuh ke dalam Perangkap!

0Kebanyakan wanita menyukai pria tinggi, seperti Yoga yang memiliki tinggi 185 cm. Bahkan jika wajahnya sangat jelek, asalkan mengerti cara berpakaian dan berjalan, pasti juga akan dianggap tampan oleh banyak wanita. Terlebih lagi, penampilan Yoga juga setingkat selebriti. Tentu saja wanita-wanita biasa tidak akan bisa mengendalikan diri ketika melihatnya.     

Sebelum Giana, Yoga tidak pernah repot-repot untuk mengejar wanita. Apalagi, seorang pramugari seperti Jasmine ini. Dia tidak perlu repot-repot berusaha untuk mengejarnya.     

Itu karena saat pramugari bertemu dengan Yoga, semuanya langsung meminta nomor WhatsApp-nya dan mengajak bertemu, lalu memberinya hadiah. Bahkan, mereka juga akan membayar uang sewa kamar.     

Pria-pria biasa tidak akan pernah tahu betapa agresif dan loyalnya wanita-wanita Indonesia ketika bertemu dengan pria yang tinggi dan tampan. Mereka lebih suka menghamburkan uang untuk pria tinggi dan tampan seperti ini daripada menjalin hubungan yang serius dengan pria biasa.     

Kalaupun menjalin hubungan yang serius, mereka akan menjadi seperti tuan putri dalam hubungan tersebut. Sedikit saja membuat mereka tidak puas, pria itu akan langsung mereka sebut bajingan.     

Inilah sebabnya mengapa Sean harus menghabiskan banyak uang untuk membawa wanita asing ke Indonesia dan sekarang tampaknya dia sudah mencapai hasil awalnya.     

Setelah Yoga duduk di kursi, Jasmine menghampirinya dan bertanya, "Permisi, Tuan. Ingin minum apa?"     

Yoga memandang Jasmine yang mengenakan seragam pramugari, lalu dalam hati berkata, Ternyata tampangnya memang boleh juga. Auranya sangat elegan dan tidak seperti gadis-gadis dari keluarga biasa. Pantas saja Kate dan yang lainnya gagal.     

Yoga tersenyum dan menjawab, "Kopi."     

"Baik. Tuan. Ini, silakan nikmati kopi Anda."     

Jasmine menyerahkan kopi pada Yoga, sementara Yoga mengucapkan terima kasih lagi.     

Ini adalah percakapan pertama di pertemuan pertama mereka.     

Sebenarnya Yoga bisa saja sengaja menumpahkan kopi di tangannya ketika menerima kopi dari Jasmine agar memiliki lebih banyak kesempatan untuk berhubungan dengannya. Namun, Yoga tidak ingin bermain secara vulgar seperti itu. Sejak awal dia sudah menemukan cara untuk menarik perhatian Jasmine.     

Kali ini, butuh waktu 18 jam untuk terbang ke New York. Karena waktu yang sangat panjang, Yoga berpura-pura tidur saat malam tiba. Setelah tidur selama sekitar dua jam, tiba-tiba Yoga berteriak.     

"Ayah! Ibu!"     

Ketika para pramugari mendengarnya, mereka semua segera bergegas menghampirinya. Begitu tiba dan mendapati bahwa orang yang berteriak itu adalah pria paling tampan di tempat duduk penumpang kelas satu, mereka pun semakin khawatir.     

"Tuan? Tuan! Ada apa dengan Anda?"     

Yoga masih tertidur dengan mata tertutup, seolah-olah sedang mengalami mimpi buruk. Dia pun pura-pura bangun karena panggilan para pramugari dan terlihat sangat ketakutan.     

"Tuan, apakah Anda mengalami mimpi buruk?" tanya Jasmine.     

Yoga terengah-engah dan menjawab, "Saya memimpikan orang tua saya."     

Jasmine berjongkok di depan Yoga dan berkata sambil tersenyum dengan sopan, "Kita akan tiba di New York dalam beberapa jam. Orang tua Anda sedang berada di New York atau Indonesia? Jika mereka di New York, sebentar lagi Anda akan segera bertemu dengan mereka. Jika mereka di Indonesia, Anda bisa menelepon mereka ketika turun dari pesawat. Saya dengar New York sangat aman sekarang, jadi mereka bisa tenang."     

Yoga memandang Jasmine yang setengah berjongkok di depannya. Dia menyukai sudut ini. Dalam beberapa jam, dia akan membujuk Jasmine untuk ke hotel dan menikmati Jasmine dari sudut ini.     

Yoga memiliki pikiran jahat di hatinya, tetapi di luar terlihat sangat sedih.     

"Mereka… tidak di New York, tidak di Indonesia, dan tidak di sudut manapun di dunia ini…" Yoga berkata dengan begitu sedih. Tetapi, karena tidak bisa mengeluarkan air mata, dia menutupi wajahnya dengan tangannya yang besar dan berpura-pura sangat sedih.     

Ini memang rencana Yoga. Dia sudah tahu lebih dulu kalau orang tua Jasmine sudah meninggal, jadi dia sengaja berpura-pura menjadi sepertinya. Dengan begini, dia memiliki kesamaan dengan Jasmine dan memudahkan keduanya untuk saling berhubungan.     

Mendengar kata-kata Yoga, semua pramugari menutup mulut mereka. Mereka semua mendengar bahwa sepertinya kedua orang tua Yoga sudah meninggal. Sementara itu, Jasmine lah yang paling tersentuh. Itu karena orang tua pramugari lainnya masih hidup, sedangkan Jasmine adalah satu-satunya yang orang tuanya juga sudah meninggal.     

Melihat Yoga yang sedih, Jasmine ingin menghiburnya. Hanya saja, sebagai seorang pelayan, dia juga tidak bisa menceritakan masalah pribadinya pada penumpang.     

"Maafkan saya."     

Jasmine sudah membuat Yoga mengungkit kesedihannya.     

"Silakan Anda minum dulu."     

"Terima kasih." Yoga meraih tangan Jasmine dan sengaja berpura-pura salah pegang, lalu buru-buru meminta maaf, "Oh, maaf."     

Jasmine tersenyum. Dia tahu Yoga baru saja bermimpi buruk dan emosinya sedang tidak stabil, jadi dia merasa Yoga melakukannya dengan tidak sengaja. "Tidak apa-apa, Tuan."     

Yoga merasakan ledakan kegembiraan di hatinya. Dia memegang tangan Jasmine, tetapi gadis itu bahkan tetap tersenyum. Prestasi semacam ini cukup untuk menempatkan simbol lingkaran merah tua di loker Royale Krakatau Golf.     

Sejak itu, selama penerbangan Jasmine jelas-jelas lebih memperhatikan Yoga. Namun, Yoga tidak menanyakan nomor WhatsApp Jasmine sampai dia turun dari pesawat. Sebaliknya, justru temannya lah yang meminta nomor WhatsApp Yoga.     

Yoga punya rencana lain. Dia tahu bahwa pramugari-pramugari yang hanya berada di New York selama satu hari pasti akan jalan-jalan di mal yang berada di sekitar Fifth Avenue.     

Dua jam pun berlalu. Pada saat ini, di Indonesia sudah tengah malam, sementara di Amerika Serikat masih siang.     

Jasmine dan seorang teman pramugarinya keluar dari hotel dan pergi menuju Fifth Avenue. Ketika sedang berjalan, di kedua sisi jalan terdapat kios-kios yang menjual tas dan jam tangan bermerek.     

"Mari datang dan lihat-lihat tas LV seharga $100 dan jam tangan Richard Mille seharga $1.000."     

Jasmine terkejut. "Apakah tas dan jam tanganmu in asli? Kenapa murah sekali?"     

Pria kulit hitam yang menjual jam tangan itu berkata, "Ini asli! Saya membawanya langsung dari toko LV, tapi tidak ada tanda pembayarannya. Jika mau, ambil langsung saja."     

Jasmine menggelengkan kepalanya. Dia merasa barang ini tidak diperoleh melalui toko aslinya, jadi lebih baik dia tidak mengambilnya.     

Teman Jasmine malah membeli satu tas LV dan mempostingnya di Instagram untuk pamer. "Haha! Aku membeli tas LV seharga 1,4 juta!"     

Setelah itu, Jasmine dan kawan-kawan datang ke Bergdorf Goodman Mall di Fifth Avenue. Mal ini memiliki 8 lantai. Setiap lantainya menjual barang yang berbeda-beda. Mal ini memiliki lebih dari 200 merek barang-barang wanita dan lebih dari 100 merek pakaian pria, termasuk barang mewah paling langka di dunia.     

Ini adalah tempat yang akan didatangi semua wanita yang menyukai kemewahan ketika datang ke New York. Itu sebabnya Yoga sudah menunggu sejak lama di sini.     

Tebakannya benar. Jasmine mangsanya segera muncul di depan matanya.     

Tepat ketika Jasmine hendak mengulurkan tangan untuk menyentuh satu set cangkir teh dengan gaya istana Inggris, tiba-tiba telapak tangan besar yang tidak asing menyentuhnya. Jasmine mendongak dan melihat… Ternyata itu Yoga.     

"Hei… Bukankah kamu penumpang di pesawat?" tanya Jasmine dengan girang.     

Yoga berpura-pura tidak mengenalnya. "Kamu… pramugari yang terbang bersamaku? Sungguh suatu kebetulan!"     

"Benar! Kebetulan sekali." Jasmine tersenyum dan merasa bahwa mereka berdua benar-benar berjodoh.     

Melihat ekspresi bahagia Jasmine, Yoga tahu bahwa dia pasti akan berhasil menaklukan si Jasmine dan bermain semalaman bersamanya.     

Sementara saat ini, Sean belum tiba di New York karena penerbangannya tertunda.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.