Ingin Kukatakan Sesuatu

Balas Dendam pada Giana!



Balas Dendam pada Giana!

0Setelah Giana dibawa pergi, Yoga tertawa ringan, "Haha! Bisa-bisanya sepasang saudara kembar memiliki dua ayah yang berbeda! Luar biasa! Ini benar-benar luar biasa! Haha!"     

Sean sudah terbakar amarah, tetapi tidak bisa mengungkapkan kemarahannya. Ketika mendengar ejekan dan tatapan penuh penghinaan Yoga, dia segera menghampiri dan menampar Yoga di tempat.     

Plak!     

Sean mengamuk, "Luar biasa? Katakan padaku, apa yang luar biasa?!"     

Yoga memegangi wajahnya. Dilihat begitu banyak orang dan dipukuli di depan umum membuatnya merasa sangat terhina.     

"Kamu… kamu berani memukulku?!" seru Yoga sambil menatap Sean.     

Plak! Plak!     

Sean kembali mengangkat tangannya dan menampar Yoga dua kali. Dua tamparan langsung membuat Yoga terjatuh ke lantai.     

Sean berkata, "Memangnya kenapa kalau aku memukulmu? Bukankah kamu selalu sangat mementingkan kedudukan? Sekarang aku adalah Presdir YS Group dan orang terkaya di Indonesia, tapi kamu hanyalah cucu dari seorang presdir dengan aset senilai puluhan triliun saja! Bahkan Yuangga, kakekmu, tidak lebih bagus dariku! Apalagi kamu! Kamu lebih tidak pantas lagi untuk dibandingkan denganku!"     

"Memangnya kamu siapa sampai berani menertawakanku?! Kamu percaya, tidak? Aku bisa membuat keluarga Liono-mu bangkrut dan menjadi gelandangan miskin sekarang juga!"     

Yoga berlutut di lantai dan tidak berani berbicara. Dia percaya. Tentu saja dia percaya. Sekarang di seluruh Banten dan di seluruh penjuru negeri, Sean adalah orang terkaya dan tergila.     

Sekarang Sean tahu bahwa salah satu anak ini bukan anaknya, jadi apa yang tidak bisa dilakukan Sean?!     

"Ma… Maafkan aku, Presdir Sean."     

Demi keluarganya, Yoga harus meminta maaf pada Sean.     

Sean mendengus dingin dan tidak dalam suasana hati untuk melawan Yoga dan keluarga Liono sekarang. Sekarang dia harus tahu yang kebenarannya. Kebenaran tentang anak itu.     

Sean berjalan keluar dan masuk ke mobil, lalu segera menghubungi Andy.     

"Andy, bantu aku menemukan Cahyadi!"     

Sebelumnya Giana mengatakan bahwa si kembar adalah anak Cahyadi. Meskipun ini tidak mungkin, kenyataannya sekarang salah satu anak ini, bukan anak Sean. Jadi, dia harus bertanya pada Cahyadi untuk mengklarifikasinya.     

Andy menjawab, "Saya dengar setelah dikebiri, dia pergi ke Thailand. Saya akan menyuruh anak buah saya di sana untuk membantu menemukannya."     

Sean melanjutkan, "Pergi ke Jakarta dan bawakan sahabat Giana, Hilda Sukirman, padaku. Ada hal yang ingin kutanyakan secara langsung padanya."     

Hilda hanyalah wanita yang lemah, jadi membawanya ke sini bukanlah hal yang sulit.     

"Baik, Tuan Muda," jawab Andy.     

Sean ingat apa yang dikatakan Profesor Guntoro barusan. Alasan mengapa ada dua ayah dari si kembar adalah karena Giana memiliki hubungan dengan pria yang berbeda dalam waktu yang sangat dekat.     

Pada saat itu, Sean dan Giana sama-sama tinggal di rumah di Jakarta dan tidur bersama di malam hari. Namun, setelah Sean dan Giana berhubungan intim, Sean langsung berangkat bekerja ke perusahaan Citra Abadi di pagi hari. Satu-satunya kemungkinan adalah setelah Sean pergi bekerja di pagi hari, pria itu datang ke rumah Sean dan menjalin hubungan dengan Giana.     

Begitu memikirkan hal ini, tinju Sean mengepal.     

Berapa banyak nyawa yang dimiliki orang itu?! Beraninya dia memprovokasi keturunan keluarga Yuwono!     

Pada saat itu, Sean sudah mengungkapkan identitasnya dan di seluruh Jakarta. Pasti tidak ada yang berani menyinggung Sean seperti ini.     

Sean melanjutkan perintah, "Pergi ke rumah yang dulu aku tinggali di Pondok Indah. Periksa semua CCTV dan cari apakah rekaman CCTV sepuluh bulan yang lalu bisa ditemukan. Selain itu, interogasi semua satpam dan penjaga pintu. Tanyakan apakah ada orang yang menyelinap ke rumah di pagi hari sepuluh bulan yang lalu."     

"Baik!"     

Andy langsung menyetujuinya. Hanya saja, dia memberanikan diri untuk bertanya, "Tuan Muda, sebenarnya… apa yang terjadi? Apa jangan-jangan anak Giana bukan anak Tuan Muda?"     

Andy bukan lagi orang luar, jadi Sean tidak perlu menyembunyikannya.     

"Yang satu anakku, sementara yang satu bukan. Aku curiga saat berangkat kerja setiap pagi, selingkuhan Giana diam-diam menyelinap masuk ke rumahku."     

Setelah mendengar ini, Andy juga mengamuk, "Berengsek! Giana benar-benar wanita yang tidak tahu diuntung! Beraninya melakukan hal seperti itu pada Tuan Muda! Tuan Muda jangan khawatir! Saya pasti akan membantu Anda menangkap orang itu, lalu saya akan mengulitinya!"     

Setelah menutup telepon, Chintia memegang tangan Sean dan menghiburnya, "Sayang, jangan terlalu sedih. Bagaimana kalau kamu pulang dan tidur sebentar?"     

Sean menggelengkan kepalanya. "Mana mungkin aku bisa tidur sekarang? Chintia, jangan khawatir tentang hal ini. Aku akan mengantarmu pulang dulu."     

Sean mengantar Chintia pulang terlebih dahulu, kemudian menghubungi Pengurus Fairus dan memberitahunya tentang masalah ini.     

Pengurus Fairus menghela napas dan berkata, "Saya tidak menyangka Giana yang merupakan seorang wanita dari keluarga kelas dua di Jakarta bisa begitu berani seperti ini. Waktu itu, dia sudah tahu tentang identitas Tuan Muda, tapi bisa-bisanya dia mencari laki-laki lainnya."     

"Tuan Muda, jangan terlalu marah. Bagaimanapun juga, Anda dan dia sudah bercerai. Anda juga sudah tidak mencintainya lagi," kata Pengurus Fairus lagi, "Setidaknya, dia sudah melahirkan seorang putra untuk Anda."     

Sean berkata, "Giana sudah mempermainkanku seperti ini dan menyembunyikannya dariku. Aku harus membalas dendam padanya!"     

"Bagaimana Anda ingin membalas dendam?" tanya Pengurus Fairus.     

Cara terbaik untuk membalas dendam pada wanita materialistis seperti Giana adalah dengan membuatnya menjadi miskin. Bukankah sekarang dia sangat sombong karena keluarga Wangsa-nya sudah menjadi keluarga yang memiliki aset puluhan triliun? Kalau begitu, Sean akan memukul keluarga Wangsa kembali ke posisi mereka yang semula.     

Sean menjawab, "Sebelumnya aku menggunakan Citra Abadi untuk membantu keluarga Wangsa di Jakarta. Batalkan semuanya dan segel tempat yang bernama Grand Giana itu!"     

"Baik, Tuan Muda!"     

Setelah memberi perintah pada Pengurus Fairus, Sean lanjut menghubungi Yoga. Sementara, Yoga ketakutan ketika menerima telepon dari Sean.     

"Se… Presdir Sean."      

Sean berkata, "Yoga, cepat ceraikan Giana dan jangan beri dia sepeser pun hartamu. Batalkan juga semua bantuan kontrak atau proyek dari keluarga Liono pada keluarga Wangsa secepatnya! Jika kamu tidak bisa melakukannya, biar aku yang membantumu melakukannya!"     

Yoga buru-buru menyahut, "Bisa! Bisa! Dari awal, aku sudah tidak suka melihat wanita ini! Aku pasti tidak akan pernah memberinya sepeser pun!"     

———     

Tidak lama kemudian di Jakarta, tiba-tiba Jayanata datang ke rumah di Perumahan Kelapa Gading dengan panik. Nenek Wangsa yang sedang mendengarkan opera dengan gembira sambil menggendong Holly pun marah ketika melihat Jayanata.     

"Kenapa kamu terlihat panik seperti itu? Apa kamu tidak bisa belajar lebih berwibawa sedikit seperti adikmu?"     

Jayanata langsung melapor, "Bu, gawat! Banyak perusahaan yang bekerja sama dengan kita sudah menarik modal mereka dan menghentikan kerja sama mereka dengan kita. Tanah Grand Giana juga sudah dibeli oleh orang lain."     

"Apa?!" Nenek Wangsa sontak terkejut.     

Jayanata segera berkata, "Aku sudah mencari tahu dengan jelas. Hari ini Giana dan Sean pergi ke laboratorium untuk mendapatkan hasilnya. Ternyata salah satu dari si kembar bukan anak Sean!"     

Nenek Wangsa yang berumur 80 tahun terkejut.     

"Salah satunya bukan? Dasar Giana bodoh! Kakeknya sudah berusaha keras untuk menemukan menantu yang baik seperti Sean untuknya, tapi kenapa dia begitu tidak bisa menghargainya begitu?!"     

"Benar! Akan lebih baik kalau dulu Ayah memberikan Sean pada Yuana. Yuana kami tidak akan pernah melakukan hal konyol seperti ini!" sahut Jayanata.     

Nenek Wangsa menggelengkan kepalanya. "Hubungi Giana sekarang juga! Ibu ingin bicara dengannya!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.