Ingin Kukatakan Sesuatu

Mengetahui Kebenarannya!



Mengetahui Kebenarannya!

0Melihat Giana akhirnya mau mengaku dan mengatakan yang sebenarnya, Andy yang menggendong Giana pun berhenti dan menatap Sean. Sementara, kali ini sikap Sean benar-benar berlawanan dari sebelumnya.     

"Sekarang aku sudah tidak ingin tahu kebenarannya!" kata Sean dengan acuh tak acuh.     

Sean muak dengan kebohongan Giana dan tidak akan pernah membiarkan dirinya jatuh ke dalam kebohongan Giana. Terserah saja siapa ayah dari anak perempuan itu. Lagi pula, anak itu bukan anak Sean. Sean akan menganggap Giana hanya melahirkan satu anak.     

"Apa?" Giana tercengang ketika melihat Sean bahkan sudah tidak mau mendengarkannya.     

Andy berkata sambil tersenyum, "Haha. Kamu tidak mengatakan yang sebenarnya ketika diberi kesempatan sebelumnya. Sekarang sudah terlambat untuk mengatakannya! Simpan rahasia kotormu selama sisa hidupmu! Tuan Muda Sean kami sudah tidak mau tahu keburukan-keburukan yang kamu lakukan!"     

Giana sangat marah dan berteriak pada Sean, "Sean! Memangnya kamu tidak ingin tahu siapa yang sengaja mempermalukanmu?!"     

Kalimat ini membuat Sean yang sudah acuh tak acuh menjadi emosi lagi. "Apa katamu?"     

Andy buru-buru membawa Giana. Sebelum bisa mencapai Sean, Giana terus memukul Andy dan memaksa, "Turunkan aku."     

Andy dengan patuh meletakkan Giana.     

Giana berjalan ke Sean dan berkata, "Sean, ayah dari putriku sama sekali bukan kekasihku. Aku sangat mencintaimu saat itu. Tidak ada pria lain selain kamu! Aku bukan wanita murahan! Pria itu musuhmu! Semuanya menjadi seperti hari ini karenamu!"     

Sean tertegun. "Musuhku? Siapa?!"     

Sean tidak ingat dirinya memiliki musuh. Hanya saja, dia telah melakukan pelatihan di mana-mana selama bertahun-tahun dan dia adalah tuan muda ketiga dari keluarga Yuwono. Jadi, ada banyak orang yang secara tidak sengaja pernah disinggungnya. Dalam tiga tahun terakhir, untuk menjadi raja dunia bisnis Jakarta, Sean memonopoli berbagai industri dan menyinggung banyak kolega.     

Giana melihat sekeliling, lalu bertanya, "Apa kamu yakin ingin membicarakan ini denganku di sini?"     

Di sini ada banyak orang dan memang bukan tempat untuk membicarakan masalah pribadi seperti ini.     

"Andy, berikan kunci mobil padaku."     

Sean mengambil kunci mobil dari Andy. Dia bersiap untuk membawa Giana meninggalkan tempat ini dan mencari tempat untuk berbicara.     

"Masuk ke mobil," perintah Sean pada Giana.     

"Bisakah kamu tidak membangun kuburan di sini?" Giana memohon.     

Ketika Sean melihat mata Giana yang memohon, dia pun memberi instruksi pada Andy, "Suruh mereka berhenti dulu."     

"Baik!"     

Setelah itu, Sean membawa Giana pergi meninggalkan Grand Giana.     

Begitu masuk ke mobil, Sean bertanya, "Ingin bicara di mana?"     

"Rumah Pondok Indah!" jawab Giana. Itu adalah bekas rumah mereka berdua.     

Sean tidak banyak bicara lagi dan langsung mengemudi ke Perumahan Pondok Indah. Mereka berdua bersama-sama kembali ke rumah yang dipenuhi kenangan manis keduanya.     

Tidak ada dekorasi, desain, dan perabotan yang berubah dari rumah ini karena selalu ada pembantu yang membersihkan. Ketika kembali lagi, Giana pun merasa seolah-olah dirinya kembali ke saat-saat setahun yang lalu semasa dia rujuk dengan Sean.     

Giana menyentuh perabotan, dinding, kaligrafi, dan lukisan yang ada di rumah dengan penuh semangat dan berjalan dengan gembira. Sean ingin menghentikannya, tetapi Giana dengan cepat menaiki tangga dan pergi ke kamar tidur keduanya di lantai atas. Kemudian, dia melihat puisi 'Harapan' dari Chairil Wanwar lagi dan memutar lagu kesukaan Sean.     

Kembali ke kamar tidur ini membuat Giana kembali meneteskan air matanya. Dia melemparkan dirinya ke pelukan Sean dan dengan tersentuh berkata, "Aku senang sekali bisa ke sini lagi. Masih ada kenangan masa lalu kita di sini. Begitu kembali ke sini, manisnya kenangan masa lalu kita berdua muncul lagi. Suami, bagaimana denganmu?"     

Giana mengambil kesempatan untuk memanggil Sean suaminya lagi. Dia sangat menyukai rumah dan kamar tidurnya.     

Terakhir kali Giana terpaksa pergi meninggalkan rumah ini. Pada saat itu, Sean pura-pura diusir dari keluarga dan rumahnya disita. Giana mau tidak mau pindah. Tentu saja baru sekarang Giana tahu Sean berbohong padanya.     

Meskipun Sean berbohong pada Giana dan diusir dari keluarga, dia belum kembali sejak terakhir kali pindah dari sini.     

Semua yang ada di rumah ini tidak ada yang berubah. Semuanya sama seperti ketika Sean dan Giana meninggalkan rumah ini terakhir kali. Namun, Sean tidak seperti Giana. Ketika kembali ke kamar yang dulu mereka berdua tinggali, bukannya mengenang kebahagiaan masa lalunya, melainkan...     

Giana berada di pelukan Sean, tetapi Sean tidak merasakan kebahagiaan yang sama seperti masa lalu. Sean bertanya, "Giana, apa kamu tahu apa yang aku pikirkan ketika kembali ke rumah tempat kita tinggal?"     

Melihat Sean tidak mendorongnya kali ini, Giana mengira Sean juga teringat akan kenangan indah mereka berdua di masa lalu. Dia menggelengkan kepalanya, kemudian semakin menempel pada tubuh Sean.     

Sean mencibir, "Yang aku pikirkan adalah tahun lalu saat setiap pagi aku pergi bekerja, kamu bersenang-senang dengan pria lain di kamar ini!"     

Melihat Sean marah, Giana sangat ketakutan hingga segera menarik diri dari tubuh Sean.     

"Cepat katakan. Siapa laki-laki itu?! Aku hanya akan memberimu satu kesempatan terakhir!" Sean memperingatkan dengan ekspresi yang sangat serius.     

Giana tahu kali ini Sean sangat serius dan dia juga sudah tidak berencana untuk menipu Sean lagi.     

"Aku sendiri juga tidak tahu siapa nama laki-laki itu. Aku hanya tahu dia memiliki latar belakang yang dalam dan sangat kaya," jawab Giana.     

"Suatu hari, setelah kamu pergi bekerja di pagi hari, tiba-tiba seseorang naik melalui jendela. Aku sangat takut. Ketika aku akan berteriak, dia menutup mulutku. Lalu, dia berkata padaku, asalkan aku tidak berteriak, dia akan melepaskanku. Aku lihat dia tidak seperti pencuri, pembunuh, atau semacamnya, jadi aku berjanji untuk tidak teriak dan bicara baik-baik dengannya," terang Giana.     

Giana melanjutkan, "Pertama-tama, dia terlebih dulu menunjukkan beberapa foto dan video. Semuanya adalah foto-foto saat dia makan dan bermain golf dengan beberapa selebriti dan pejabat. Setelah melihatnya, aku sadar bahwa dia bukan gangster, tetapi orang dengan latar belakang keluarga yang sangat menonjol! Lalu, aku bertanya kenapa dia menyelinap ke rumah kita. Dia bilang kamu adalah musuhnya dan dia ingin membalas dendam padamu melalui aku…"     

"Tentu saja aku tidak mau. Tapi, dia bilang jika aku tidak mau, dia akan membunuhku. Jika aku mau, dia akan memberiku dua triliun."     

Dua triliun? Giana benar-benar sangat bernilai!     

Sean bertanya, "Jadi, dia memberimu dua triliun?"     

Giana mengangguk. "Dia langsung memberikannya hari itu juga."     

Sean sedikit tidak menyangka dan tiba-tiba tersadar. Dia tidak menyangka orang itu benar-benar memberikan uang pada Giana. Uang tunai sebesar dua triliun bukanlah jumlah yang kecil untuk keluarga mana pun. Hal ini cukup membuktikan bahwa latar belakang keluarga pria itu memang menonjol dan bukan sekadar bualan belaka.     

Apa yang tiba-tiba muncul di benak Sean adalah akhirnya dia mengerti mengapa Giana berani diam-diam berkencan dengan Yoga setelah hamil. Ternyata itu karena dia sudah punya dua triliun.      

Pada saat itu, total aset keluarga Wangsa hanya beberapa triliun dan Nenek Wangsa memiliki dua putra sehingga aset keluarga kemungkinan besar akan diberikan pada Sandi. Jadi, dua triliun merupakan angka yang tidak bisa Giana tolak.     

"Suami…"     

"Jangan panggil aku suami!"     

"Se… Sean, pikirkan baik-baik, siapa yang sudah kamu singgung?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.