Ingin Kukatakan Sesuatu

Pesta Satu Bulanan!



Pesta Satu Bulanan!

0Sean sama sekali tidak berpikir seperti itu, tetapi dia penasaran kenapa Yuana sampai berpikir seperti itu.     

"Kenapa kamu berpikir laki-laki itu akan datang ke sini lagi?" tanya Sean.     

Yuana juga memiliki sesuatu untuk dikatakan.     

"Mungkin karena sudah terbiasa. Dulu dia ke sini ketika Kakak tidak berada di rumah. Dia pasti sering datang. Pasti dia sudah tahu betul bagaimana cara memasuki kompleks perumahan dan membuka jendela. Bukankah sudah pasti dia akan datang lagi?"     

Sean merasa analisis Yuana sangat masuk akal. Jika ingin menarik pria itu, bukankah tempat ini mungkin adalah tempat terbaik? Seperti kata pepatah, tempat paling berbahaya adalah tempat teraman. Dia pasti juga berpikir begitu.     

Sean sudah mengirim seseorang untuk memeriksa CCTV di rumah ini dan pengawasan di sini, tetapi karena sudah terlalu lama, rekamannya pun sudah tidak ada. Menurut Andy, penjaga keamanan dan penjaga pintu rumah yang tahun lalu bekerja di sini semuanya sudah berganti. Jadi, akan sulit untuk menemukan orang ini melalui cara biasa seperti ini.     

Setelah mengantar Yuana keluar, Sean segera menghubungi Giana.     

Sean bertanya, "Halo? Giana, kamu di mana?"     

Giana menjawab, "Aku sudah ada di Banten dan baru saja menyelesaikan prosedur perceraian dengan Yoga. Bajingan itu benar-benar keras kepala bukan main. Dia menarik kembali uang 60 miliar yang dijanjikannya padaku! Aku sudah menikah dengannya selama sepuluh bulan, tapi dia tidak memberiku sepeser pun!"     

Ketika Sean mendengar Giana yang mengamuk, perasaannya sangat bahagia.     

Ini adalah akhir yang sudah seharusnya kamu terima! Kamu menikah dengan pria tampan dan kaya raya, menikah dengan Yoga yang berasal dari keluarga dengan aset ratusan triliun, berselingkuh, dan mengkhianatiku. Tapi, apa yang kamu dapatkan hari ini?! Rasakan!     

Giana berkata sambil sedikit menangis, "Jika tahu begini, dulu aku tidak akan menceraikanmu. Tahun lalu aku tertipu karena kata-kata manisnya."     

Sean tidak ingin mendengar Giana mengatakan ini. Dia pun menyela, "Kapan kamu kembali ke Jakarta?"     

"Aku akan kembali sekarang juga. Aku tidak akan kembali ke Banten lagi!" jawab Giana.     

"Bukankah kamu ingin tinggal di Pondok Indah? Saat kamu kembali nanti, bawa si kembar tinggal di sini," kata Sean.     

Tiba-tiba Giana kegirangan. "Ahhh!!! Sungguh? Kamu setuju aku tinggal bersama denganmu? Terima kasih, Sean! Aku tahu kamu masih mencintaiku! Mulai dari sekarang, aku bersumpah! Seumur hidupku, aku akan hanya mencintai dirimu! Aku tidak akan pernah…"     

Ketika tahu Giana begitu kegirangan, Sean buru-buru berkata, "Kamu salah paham. Aku bukan ingin tinggal bersamamu. Aku akan tinggal di tempat lain. Kamu tinggal di sini sendiri saja."     

"Oh."     

Bahkan jika Sean tidak tinggal bersamanya, Giana tetap merasa sangat senang. Itu karena setelah semua hal yang terjadi, Sean masih saja tetap membiarkannya tinggal di rumahnya. Ini menunjukkan bahwa masih ada kemungkinan bagi mereka berdua untuk kembali bersama.     

Akan tetapi, ini semua hanyalah pikiran Giana yang terlalu melebih-lebihkan. Alasan mengapa Sean membiarkan Giana tinggal kembali di Pondok Indah adalah karena ingin memanfaatkan Giana untuk menjebak pria itu keluar. Sementara, Sean memiliki firasat bahwa pria itu pasti akan muncul.     

———     

Seminggu berlalu dengan sangat cepat dan tanggal 1 Maret pun tiba.     

Pukul sebelas pagi hari ini, keluarga Wangsa mengadakan pesta di Hotel Marriott Jakarta lagi, yaitu acara satu bulanan si kembar. Tahun lalu, Nenek Wangsa merayakan ulang tahunnya yang ke-80 tahun di sini.     

Keluarga Wangsa menghabiskan banyak uang dan menyewa seluruh hotel, mulai dari lobi hingga lantai atas dan bawah, agar tidak ada orang lain yang mengganggu. Namun, pesta hari ini benar-benar berbeda dari suasana pesta ulang tahun Nenek Wangsa tahun lalu.     

Tahun lalu Nenek Wangsa merayakan ulang tahunnya yang ke-80, tetapi hari itu pesta sangat meriah dan beberapa pengusaha lokal terkenal di Jakarta datang untuk menghadiri pesta. Semua meja sudah terisi. Ditambah dengan Sean digugat cerai, pesta menjadi sangat meriah.     

Lain halnya dengan pesta tahun lalu, hari ini tempat pesta berlangsung begitu sepi. Selain dua meja kerabat keluarga Wangsa, semua meja lainnya kosong dan tidak ada yang datang.     

Nenek Wangsa sontak menghela napas. "Hah… Kapan pesta yang diadakan keluarga Wangsa kita pernah sesepi ini? Jika suamiku melihatnya, dia pasti tidak bisa mati dengan tenang! Giana, apa yang kamu lakukan pada kerja keras kakekmu selama ini?!"     

Giana menggendong anak Sean dan mendorong kereta bayi sambil memandang anaknya yang lain. Begitu mendengar perkataan Nenek Wangsa, dia balas berkata, "Nenek, bisakah Nenek berhenti menyalahkanku?"     

"Dulu saat aku menikah dengan keluarga Liono, aku sudah membantu keluarga kita berkembang hingga memiliki aset hampir 40 triliun! Bukankah Nenek selalu memujiku karena menikah dengan orang yang tepat? Jika Nenek bilang mataku rabun, maka kita sekeluarga juga! Semuanya tidak tahu bagaimana menghargai Sean!" tukas Giana.     

Pada saat ini, Paman Jayanata yang berada di samping pun mengamuk.     

"Tidak tahu diuntung! Jaga bicaramu pada Nenek! Siapa yang rabun? Sejak awal Yuana dan Sandi sudah tahu betapa hebatnya Sean. Hubungan mereka dengan Sean juga sangat baik. Kemarin mereka bahkan bermain bersama!"     

"Benar, benar! Kemarin kami bermain dengan begitu seru!" sahut Yuana.     

Giana tidak bisa menahan tawanya. "Benarkah? Hubungan kalian sangat baik rupanya. Tapi, maaf saja. Aku sudah melahirkan seorang putra untuk Sean."     

Hanya dengan satu kalimat terakhir Giana, Yuana sudah tidak bisa tertawa lagi.     

Pada saat ini, seseorang tiba-tiba masuk.     

"Ada tamu!" seru Nenek Wangsa kegirangan.     

Sekarang keluarga Wangsa sedang berada di ambang kebangkrutan. Semua proyek yang dinaunginya telah ditangguhkan, bahkan upah karyawan tidak dapat dibayarkan. Bisa dibilang kondisi mereka saat ini benar-benar suram sehingga tidak ada tamu yang mau datang ke pesta satu bulanan si kembar.     

"Orang ini sangat tidak asing!"     

Bukan keluarga Wangsa yang berbicara, melainkan Sean. Sekarang Sean juga berada di hotel. Hanya saja, dia berada di kamar privat di lantai atas dan sekarang sedang melihat keadaan lobi lantai satu melalui CCTV.     

John yang berada di samping berkata, "Bukankah ini agen perwakilan Kami Antar, Kuncoro Mangun?"     

"Kuncoro. Benar, itu dia."     

Sean juga ingat orang ini. Dia pun teringat bahwa setahun yang lalu, di sini juga, Kuncoro menghubungi Sean dan memintanya untuk melepas seragam kerjanya di depan umum. Kemudian, karena menyinggung Sean, dia kehilangan kualifikasinya sebagai agen.     

Ketika bertemu lagi, rasanya Kuncoro sudah benar-benar kehilangan aura yang dimilikinya setahun yang lalu dan sudah menjadi seperti preman.     

"Oh? Bukankah ini Bos Kuncoro?" Jayanata sekilas mengenali Kuncoro.     

Kuncoro tampak sedikit mabuk dan berkata sambil tersenyum, "Haha! Presdir Jayanata, lama tidak berjumpa!"     

Hari ini tempat pesta sangat sepi, jadi keluarga Wangsa sangat senang Kuncoro bisa datang. Mereka buru-buru menyambut Kuncoro dan menyuruhnya untuk duduk.     

"Bos Kuncoro, silakan duduk. Mau minum apa?" ​​sapa Jayadi.     

Wajah Kuncoro tampak menghina. "Haha! Aku tidak datang ke sini untuk memberikan selamat pada kalian! Aku datang untuk melihat kalian dipermalukan! Haha! Keluarga Wangsa yang bermartabat, keluarga teratas di Jakarta, ternyata bisa mengalami hari ini! Haha!"     

"Jika bukan karena membantu keluarga Wangsa kalian tahun lalu dan membuatku menyinggung Presdir Sean, aku tidak akan berada di posisiku hari ini! Kalian pantas mendapatkannya!"     

Pada saat ini, Giana tiba-tiba meletakkan Birama. Dia bangkit dari tempat duduknya, lalu berjalan menghampiri Kuncoro yang mabuk dan langsung menamparnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.