Ingin Kukatakan Sesuatu

Bertemu Lusy Liono Lagi!



Bertemu Lusy Liono Lagi!

0Plak!     

Giana yang semakin lama bersikap seperti wanita kalangan atas pun menampar Kuncoro dengan sangat puas.     

Setahun yang lalu di depan Kuncoro, Giana masih seperti gadis kecil yang tidak tahu apa-apa. Tetapi, setelah menikah tiga kali, hari ini Giana menjadi semakin seperti anggota keluarga Wangsa yang menampar siapapun seenaknya.     

Setelah melahirkan anaknya, Giana bertambah tinggi sekitar 1,5 cm. Hal ini juga merupakan waktu ajaib bagi banyak wanita untuk tumbuh lebih tinggi.     

Giana berdiri di depan Kuncoro dan berkata dengan penuh wibawa, "Tidak peduli seberapa buruk keluarga Wangsa kami, orang seperti dirimu tidak pantas mengkritik kami! Pergi dari sini!"     

Kuncoro menatap Giana dan dengan penuh amarah berkata, "Dasar jalang! Beraninya kamu memukulku?! Sekarang keluarga Wangsa-mu sudah bangkrut. Bisa-bisanya kamu masih begitu sombong! Bahkan mungkin sekarang kamu tidak memiliki uang lebih banyak daripada diriku!"     

Giana mendengus dingin. "Hanya kamu? Jika kamu pikir kamu lebih kaya dariku, bagaimana kalau kita bertanding?"     

Keluarga Wangsa benar-benar sudah kehabisan uang sekarang. Mereka bahkan telah mengalami banyak tuntutan hukum. Hanya saja, Giana masih punya uang. Terdapat sejumlah uang misterius di rekening Giana yang tidak diketahui oleh siapapun di keluarga Wangsa, yaitu uang sebesar dua triliun yang diberikan ayah kandung Melody padanya.     

"Oh, lihat! Siapa yang sedang memamerkan kekayaanya? Oh, ternyata si menantu baik!"     

Tiba-tiba ada dua orang lagi yang masuk ke aula. Mereka juga kenalan lama. Mereka adalah orang tua Cahyadi, Singgih Pangestu dan Lusy Liono.     

Sean melihat keduanya melalui CCTV. Dia sudah sangat lama tidak melihat mereka. Lusy mengenakan kebaya dan memamerkan sosok tubuhnya yang indah. Dia masih cantik dan menawan seperti tahun lalu.     

Giana merasa sangat canggung melihat keduanya. Bagaimanapun, Giana dan Cahyadi pernah menikah dan juga sudah pernah memanggil mereka dengan sebutan Ayah dan Ibu.     

Singgih datang dan melihat tatapan arogan Giana dengan ekspresi jijik.     

"Giana, keluarga Wangsa-mu sedang dalam kondisi yang sangat buruk sekarang, tapi kenapa kamu masih begitu sombong? Istriku sudah bertanya pada keluarga Liono. Mereka bilang sesudah bercerai dari Yoga, kamu tidak mendapatkan uang sepeser pun. Bisa-bisanya kamu masih berani membandingkan keluarga kalian dengan Bos Kuncoro?" cibir Singgih.     

Singgih terus mencemooh, "Apa lagi yang kamu miliki selain anak Sean? Oh, benar! Anak itu bahkan anak perempuan, bukan anak laki-laki. Aku dengar dalam keluarga besar seperti keluarga Yuwono, anak perempuan tidak berhak menjadi pewaris harta. Haha. Boleh juga kamu bisa melahirkan anak kembar dengan ayah yang berbeda. Untungnya Cahyadi sudah tidak lagi bersamamu."     

Tampaknya Singgih dan Lusy sama seperti Kuncoro. Mereka juga datang untuk mengejek keluarga Wangsa.     

Sebelumnya, di pesta pernikahannya dengan Cahyadi, Giana mengatakan di depan semua orang bahwa dia tidak ingin menikah dengan Cahyadi. Dia bahkan melompat ke dalam pelukan Sean. Ini membuat keluarga Pangestu kehilangan muka. Selain itu, justru karena Giana, keluarga Pangestu sudah berubah dari keluarga kelas satu di Jakarta menjadi keluarga kelas tiga.     

Melihat mereka berdua, Giana tidak memiliki alasan untuk bersikap angkuh. Dia pun berkata, "Om Singgih, Tante Lusy, karena keluarga kita sudah tidak memiliki hubungan, kami tidak mengundang Om dan Tante pada pesta satu bulan anak-anak saya. Untuk apa kalian datang?"     

Singgih mengamuk, "Kami ke sini bukan untuk memberi selamat atas satu bulannya anak-anakmu! Kami di sini untuk menemui Sean!"     

Sean, yang sedang duduk di lantai atas, tertegun ketika mendengar kalimat ini.     

"Mencari Sean? Kenapa Anda mencari mantan suamiku?" tanya Giana.     

Singgih berkata dengan penuh amarah, "Putraku sudah lama tidak bisa dihubungi. Aku ingin bertanya pada Sean apakah dia sudah membunuh putraku! Jika dia sudah membunuh putraku, aku akan melawannya!"     

Giana mengerutkan keningnya dan berkata, "Jika putra Anda tidak dapat dihubungi, lalu apa hubungannya dengan mantan suami saya? Bahkan jika sesuatu terjadi pada putra Anda, apa Anda mampu melawan mantan suami saya? Itu di luar kemampuan Anda!"     

Lusy buru-buru berkata, "Giana, kami tidak pernah berpikir untuk melawan Presdir Sean karena kami juga tahu kalau kami tidak akan sanggup melawannya. Kami hanya ingin bertanya pada Presdir Sean apakah dia tahu keberadaan putraku. Sejujurnya Cahyadi baru saja menjadi seorang ayah. Dia memiliki seorang putra dan seorang putri. Anak-anaknya baru berusia dua bulan. Kami ingin memberitahukan kabar baik ini padanya."     

Mendengar ini, Sean cukup tidak menyangka bahwa Cahyadi sudah menjadi seorang ayah.     

Di dalam ruangan, John merasa kebingungan dan bertanya, "Ada yang salah. Bukannya kita sudah mengebiri Cahyadi?"     

Andy menyahut, "Apa kamu tidak dengar perkataan ibu Cahyadi? Anaknya lahir dua bulan lalu. Itu bahkan lebih awal dari anak Tuan Muda Sean. Sepertinya hamil sebelum itu."     

John tertawa mencibir dan berkata, "Jadi, bisa dibilang si Cahyadi ini beruntung juga. Setidaknya dia memiliki dua orang anak, sementara Yoga sudah tidak bisa. Haha. Seumur hidup dia sudah tidak bisa punya anak."     

Sean menonton Lusy melalui CCTV dan sontak teringat ketika Lusy menyanyi untuknya semalaman. Sejak saat itu, Sean tahu bahwa wanita ini pemberani, cerdik, dan tidak biasa. Kemungkinan Lusy yang sudah mengatur sampai Cahyadi sudah memiliki anak sebelumnya.     

Sean berkata pada Andy, "Andy, terakhir kali kamu bilang saat menangkap Cahyadi, dia ada di Thailand, kan? Apa yang dia lakukan di sana?"     

"Sepertinya dia sudah bersiap untuk menjadi transgender. Itu sebabnya dia ingin hidup di sana," jawab Andy.     

"Hahaha. Benarkah?" John tertawa.     

Sean berkata, "Hubungi Cahyadi lagi dan katakan padanya bahwa dia telah menjadi seorang ayah dan memiliki dua anak."     

"Baik!"     

Meskipun Sean telah menghukum Cahyadi, melihat orang tua lawannya seperti ini hari ini membuatnya merasa kasihan. Sean pun ingin membantu mereka.     

Di aula, Giana berkata, "Sean tidak ada di Jakarta. Jika Sean ada di sini, apa menurut kalian pesta satu bulanan ini akan sepi seperti sekarang?"     

Benar. Sekarang Sean adalah pengusaha paling populer di dunia bisnis. Jika dia ingin membuat pesta satu bulanan untuk anaknya, pasti ada ribuan orang yang ingin menghadirinya.     

Lusy mengeluarkan dua amplop merah dan berkata, "Kalau begitu, bisakah kami makan di sini sebelum pergi? Ini sedikit hadiah dari kami berdua untuk si kembar."     

Tak disangka, Lusy malah menyiapkan hadiah untuk anak-anak Giana.     

Giana mengambilnya dan berkata, "Silakan."     

"Terima kasih." Lusy sontak berjalan ke arah kedua anak itu dan melihatnya sekilas. "Ini yang putra, kan? Aku rasa yang putra sangat mirip dengan Presdir Sean, terutama matanya."     

Mendengar apa yang dikatakan Lusy, Sean tertegun sejenak.     

"Si Lusy ini memang wanita yang hebat. Hal seperti ini saja tidak bisa ditutupi darinya!"     

Sementara, Giana terkejut ketika mendengar ini. Dia tidak menyangka Lusy dapat melihat kemiripan anak sekecil itu dengan Sean. Tentu saja anak yang laki-laki adalah anak Sean. Tapi, tujuan diselenggarakannya pesta hari ini adalah untuk mengumumkan bahwa anak yang perempuanlah yang anak Sean.     

"Tante Lusy, nama belakang putraku Wangsa, bukan Yuwono. Jika Sean sampai dengar bahwa anak laki-laki ini mirip Sean, Sean mungkin akan tidak begitu senang," kata Giana.     

Lusy meminta maaf berulang kali, "Maaf, maaf! Saya salah baca."     

Lusy tidak berani banyak bicara lagi dan duduk di meja bersama Singgih. Setelah mereka berdua, ada juga tamu yang datang untuk memberikan hadiah, tetapi hanya memberi hadiah untuk 'Melody Yuwono' saja dan tidak untuk 'Birama Wangsa'.     

Tentu saja mereka datang hanya untuk menghormati Sean. Namun, mereka hanya memberikan hadiah dan tidak ada yang tinggal untuk minum atau makan karena takut menyinggung Sean. Itu karena semua orang tahu keluarga Wangsa sudah mengusik Sean. Sementara, pesta satu bulanan ini diselenggarakan oleh keluarga Wangsa. Menghadiri pesta ini artinya melawan Sean.     

Keluarga Wangsa mengadakan pesta si kembar di siang dan malam hari, tetapi pesta masih saja sepi. Beberapa orang datang untuk memberikan hadiah dan Sean mengirim seseorang untuk menyelidiki secara diam-diam, tetapi tetap tidak ada yang mencurigakan.     

Melihat waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, keluarga Wangsa berkemas dan bersiap meninggalkan hotel untuk mengakhiri pesta satu bulanan si kembar. Namun, pihak Sean tidak mendapat keuntungan apapun.     

"Mungkinkah keluarga Wangsa bahkan tidak menarik perhatian pria itu dengan acara satu bulanan si kembar? Apa mungkin dia tidak peduli apakah Giana sedang mengandung anaknya atau tidak?"     

Tepat ketika Sean sedang mengkhawatirkan hal ini, tiba-tiba ponselnya berdering. Itu panggilan dari Profesor Guntoro dari Laboratorium Prolab di Banten.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.