Ingin Kukatakan Sesuatu

Kemunculan Ayah Biologis!



Kemunculan Ayah Biologis!

0Melihat panggilan dari Profesor Guntoro, Sean cukup tidak menyangka dan segera menjawab telepon.     

"Profesor Guntoro."     

"Tuan Sean."     

Suara Profesor Guntoro jelas sedikit tergesa-gesa dan panik.     

Profesor Guntoro berkata dengan terengah-engah, "Tuan Sean, apa yang Anda prediksi memang benar-benar terjadi!"     

"Ada apa?" tanya Sean.     

Profesor Guntoro memberitahu, "Saya baru saja pulang kerja dan saat hendak pulang, begitu saya masuk ke dalam mobil, saya dibawa pergi oleh seseorang yang mengenakan topeng. Orang itu menanyakan tentang Anda dan anak-anak Giana!"     

"Apa yang Profesor katakan?" tanya Sean lagi.     

Profesor Guntoro menjawab, "Seperti yang Tuan Sean perintahkan. Awalnya saya tidak mau mengatakan apapun. Saya bilang kalau saya tidak bisa mengungkapkan rahasia klien dengan sembarangan. Tidak lama kemudian, mereka mengambil pisau dan mengancam saya. Akhirnya saya langsung bilang kalau anak yang perempuan adalah anak Anda, sementara yang laki-laki bukan."     

Sean tertawa. Memang seperti yang diduganya.     

Setelah acara satu bulanan Birama Wangsa dan Melody Yuwono diadakan di Jakarta, asalkan sudah menarik perhatian orang itu, dia pasti akan mencari tahu dengan jelas apakah anak laki-laki itu benar-benar anaknya.     

"Kerja bagus," puji Sean.     

Profesor Guntoro masih bertanya dengan sedikit panik, "Tuan Sean, mungkinkah dia akan mengganggu saya lagi? Saya agak takut."     

Sean tersenyum dan berkata, "Profesor bisa pulang dengan tenang. Profesor Guntoro, seharusnya dia tidak akan memiliki kesempatan untuk mengganggumu lagi."     

Setelah menutup telepon, Sean segera memberi perintah pada Andy dan John.     

"Orang itu sudah memakan umpan. Segera beritahu para anak buah untuk menjalankan rencana dan bersiaplah untuk menangkap bocah itu kapan saja!"     

"Baik!"     

Andy dan John juga sangat bersemangat. Untuk menangkap orang itu, mereka memasang perangkap di Jakarta.     

Malam ini setelah jam sepuluh, semua taksi dan taksi online yang mengemudi di Jakarta semuanya adalah orang-orang Sean. Asalkan orang itu naik taksi atau mengemudi, maka dia akan dikepung oleh Sean di jalan.     

Selain itu, Sean menduga pria itu sangat mungkin pergi ke tempat Giana, jadi dia juga menyelinap ke rumahnya diam-diam setelah Giana kembali ke rumah Pondok Indah. Bahkan Giana pun tidak mengetahuinya. Pada saat yang sama, Andy dan yang lainnya sudah mengatur para pekerja di rumah Pondok Indah. Semua penjaga keamanan dan penjaga di rumah adalah orang-orang mereka.     

Semuanya sudah siap dan hanya menunggu pria ini mengambil umpan.     

Pada jam 12 malam, Giana mematikan lampu di kamar tidur di lantai tiga dan pergi tidur. Seluruh rumah juga sudah gelap dan hening.     

Selama dua jam berturut-turut tidak ada pergerakan sama sekali, baik di dalam maupun di luar rumah. Namun, pada pukul dua pagi, putri Giana, Melody, menangis.     

Semenjak Giana menjadi seorang ibu, dia tidak bisa tidur nyenyak di malam hari. Mendengar tangisan Melody, Giana pun segera menyalakan lampu di samping tempat tidur. Cahaya redup mulai terlihat di kamar tidur di lantai tiga.     

Melihat putrinya menangis, Giana segera memeluknya dan menghiburnya, "Dasar gadis kecil nakal! Apa yang kamu tangisi di tengah malam begini? Lihat kakakmu, tidurnya sangat pulas! Cuma kamu yang suka menangis. Entah apakah kamu begini karena menurun dari ayahmu!"     

Giana memandang putrinya dan tanpa sadar mengingat ayah kandungnya.     

Entah bagaimana laki-laki itu sekarang...     

Saat memikirkannya, tiba-tiba Giana merasakan embusan angin yang bertiup.     

Seharusnya jendela sudah ditutup dengan baik. Bagaimana bisa ada angin?     

Giana langsung menoleh ke arah jendela dan terkejut bukan main. Terlihat sosok seseorang yang tiba-tiba mendobrak jendela dan melompat masuk dari luar.     

"Ah!!!" Giana berteriak ketakutan.     

Kejadian yang akrab terulang lagi. Sesudah orang ini memanjat masuk, dia segera berlari hingga tiba di belakang Giana dan memeluknya sambil berkata, "Ssst. Jangan berteriak! Ini aku."     

Giana menoleh dan dengan adanya cahaya lampu di samping tempat tidur, dia bisa melihat wajah pria itu. Orang ini adalah ayah biologis dari anak perempuan yang digendongnya. Meskipun Giana tidak lagi takut, dia semakin berdebar-debar.     

"Ini kamu? Kenapa kamu di sini?!"     

Pria itu memeluk Giana dan langsung menciumnya.     

"Sayang, aku belum melihatmu selama setahun, tapi kamu masih sangat cantik. Apa kamu merindukanku?"     

Giana mendengus dingin dan ingin membebaskan diri, tetapi pria itu begitu kuat sehingga dia tidak bisa membebaskan diri sama sekali.     

"Huh! Berani-beraninya kamu bertanya seperti itu! Apa kamu tidak tahu, gara-gara kamu, seperti apa mantan suamiku membalas dendam padaku? Keluarga Wangsa-ku sudah hampir bangkrut!"     

Pria itu tidak menunjukkan simpati untuk Giana. Dia membelai wajah lembut Giana dan berkata, "Bukankah aku memberimu dua triliun? Biarkan saja keluarga Wangsa-mu itu bangkrut, asalkan kamu punya uang."     

"Apa kamu masih ingat apa yang kamu janjikan padaku? Jika aku melahirkan seorang putra untukmu, kamu akan memberiku dua triliun lagi," sahut Giana.     

Pria itu tersenyum dan berkata, "Tentu saja ingat! Apa kamu benar-benar melahirkan seorang putra untukku?"     

Giana menunjuk ke bayi yang sedang tidur dan berkata, "Ini putramu."     

Pria muda itu menatap bayi kecil itu dengan saksama dan tersenyum bahagia.     

"Haha! Boleh juga. Wajahnya mirip denganku. Orang tuaku pasti akan sangat senang mengetahuinya."     

Pemuda itu hendak mengulurkan tangan untuk menggendong Birama, tetapi Giana menghentikannya.     

"Jangan sentuh anakku! Apa yang ingin kamu lakukan?"     

Pemuda itu berkata, "Dia anakku. Tentu saja aku harus membawanya. Hari ini aku kemari untuk mengambil anakku."     

Ketika Giana mendengar putranya dengan Sean akan dibawa pergi, dia segera menghentikannya secara naluriah, "Tidak! Ini putraku, bukan putramu! Aku tidak akan membiarkanmu mengambil anakku!"     

Pemuda itu tersenyum dengan percaya diri. "Apa kamu rasa kamu bisa menghentikanku?"     

Giana tahu pria ini seperti Sean, memiliki kekuatan fisik yang baik dan tidak dapat dikalahkan oleh pria biasa, apalagi wanita yang lemah.     

"Kamu bisa membawa anakmu bersamamu, tetapi kamu harus memberiku dua triliun dulu," tegas Giana.     

Sekarang keluarga Wangsa berada di ambang kebangkrutan dan Giana sangat kekurangan uang, jadi dia tidak akan melewatkan kesempatan ini untuk mendapatkan uang.     

Pemuda itu berkata, "Aku akan memberimu dua triliun, tapi aku harus mengambil anak ini untuk melakukan tes DNA terlebih dulu. Ketika tes itu membuktikan bahwa anak ini benar-benar anakku, aku pasti akan memberikan uangnya padamu. Kamu sendiri juga sudah tahu latar belakang keluargaku. Aku tidak akan berutang sekadar dua triliun itu.     

Sambil berbicara, pemuda itu langsung menggendong Birama dan bersiap pergi.     

"Hei!"     

Tiba-tiba Giana menghentikan pria itu.     

Matanya terlihat mengantuk, wajahnya mulus dan cantik, dan dia berkata dengan genit, "Kamu benar-benar tidak punya hati nurani! Kamu tidak menemuiku selama setahun. Aku mengandung putramu selama sembilan bulan! Baru saja bertemu lagi, kamu bahkan tidak melihatku dan langsung membawa putraku pergi! Aku benci padamu!"     

Melihat Giana bertingkah manja, pria itu meletakkan anak itu dan tidak bisa menahan diri untuk mendekati Giana lagi. Dia menutup matanya dan melumat bibir Giana, lalu berkata, "Ah… Harum sekali. Ini masih wangi parfum Chanel No. 5 yang aku kenal."     

Pria itu melihat sekeliling lagi.     

"Perabotan di sini masih sama seperti ketika aku datang ke sini sebelumnya. Haha. Aku akan menghidupkan kembali kegembiraan seperti setahun yang lalu!     

Sambil berbicara, pria itu bergegas menghampiri Giana.     

Tepat pada saat ini, Sean menendang pintu kamar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.