Ingin Kukatakan Sesuatu

Mendatangi Keluarga Susetia!



Mendatangi Keluarga Susetia!

0Sean dan yang lainnya tidak tinggal di Texas. Setelah mengetahui kebenaran masalah ini, Sean segera menaiki pesawat pribadinya dan bersiap untuk pergi ke Bogor. Sean juga menghubungi Chintia untuk melapor padanya.     

"Chintia," panggil Sean.     

"Sean," jawab Chintia. Suaranya sangat lemah, seolah-olah baru saja bangun.     

"Maaf, Chintia. Aku belum meneleponmu dalam dua hari terakhir. Aku tidak punya waktu untuk mengirim pesan padamu bahwa aku pergi ke Amerika Serikat. Sekarang aku akan pergi ke Bogor. Masalah benar-benar silih berganti."     

"Kalau begitu, kita bicara lagi setelah masalahmu selesai saja," kata Chintia pelan.     

"Ya, oke. Aku tutup teleponnya."     

Sekarang seharusnya Sean berada di dalam fase romantis dan paling bahagia setelah baru saja melamar Chintia. Namun, masalah-masalah ini terus terjadi silih berganti.     

Pertama, dua anak Giana mengikuti tes DNA, tetapi ternyata salah satunya bukan anak Sean. Sekarang setelah akhirnya menemukan ayah gadis kecil itu, Sean mendapati ada rahasia lain di balik kejadian ini yang sebenarnya terkait dengan kesalahan yang dibuatnya empat tahun lalu.     

Sekarang Sean sangat ingin bertemu si wanita bernama Maureen ini dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi saat itu, juga untuk meminta maaf padanya.     

Setelah berpuluh-puluh jam penerbangan, Sean dan yang lainnya tiba di Bogor. Setelah penerbangan tanpa henti ini, Sean dan yang lainnya mengalami jet lag dan mereka menjadi sangat lesu.     

Meskipun sangat ingin mencari hotel untuk tidur sebentar, Sean tetap memutuskan untuk bertemu dengan kakak perempuan Marvin, Maureen Susetia.     

"Di mana kakakmu tinggal?" tanya Sean.     

"Ikutlah denganku seorang diri dan jangan bawa anak buahmu," kata Marvin.     

Marvin tidak memanggil siapapun untuk menjemputnya dan hanya memanggil taksi. Kemudian, Sean naik bersamanya.     

Tak lama kemudian, keduanya sampai di depan pintu sebuah kawasan perkotaan. Di sini terdapat beberapa rumah dari dinding batu bata dan pintu kayu yang sangat tua. Sean sangat tidak menyangka ternyata Marvin bisa tinggal di sini.     

Sambil membuka pintu kayu merah yang sederhana, Sean bertanya penasaran, "Bukankah keluarga Susetia kalian adalah keluarga kaya raya? Kenapa kakakmu tinggal di sini?"     

Tentu saja Sean mengira Marvin akan tinggal di rumah yang super megah dan mewah. Bagaimanapun juga, keluarga Susetia memiliki kekayaan yang fantastis, jadi sangat tidak mengherankan jika mereka tinggal di rumah yang megah dan mewah di Bogor.     

Ini adalah keluarga Susetia. Seharusnya keluarga Susetia tinggal di rumah bernilai ratusan miliar. Tinggal di rumah tua seperti ini agak tidak pantas untuk aura keluarga konglomerat.     

Mendengar ini, Marvin memelototi Sean dan mengomel, "Semua ini karena kelakuan tak bermoralmu yang sampai membuat kakakku memutuskan hubungan dengan keluarga dan tinggal di sini sendirian!"     

Sean tidak paham. Dia hanya melakukan one night stand dengan Maureen. Bagi kebanyakan wanita yang berpikiran terbuka di zaman modern, itu bukan masalah sama sekali. Mungkinkah setelah kejadian itu Maureen menjadi depresi? Kenapa bisa sampai memutuskan hubungan dengan keluarganya?     

Sean tahu Marvin tidak akan mau mengungkitnya, jadi dia harus bertanya langsung pada Maureen.     

"Entah seperti apa wajah Maureen. Apakah dia cantik atau tidak…"     

Tiba-tiba ketika tiba di rumah Maureen, Sean mulai sedikit penasaran dengan wajah wanita ini. Pertama-tama, dia menilai bahwa Maureen seharusnya tidak terlalu tua. Marvin seharusnya berusia awal 20-an, jadi seharusnya Maureen berusia di bawah 30 tahun. Kedua, Sean menebak bahwa penampilan Maureen tidak mungkin di bawah rata-rata. Pasalnya, Marvin saja terlihat sangat cantik.     

Sebelumnya ketika Sean pertama kali melihat Marvin, dia merasa sangat menyayangkan pria ini bukan seorang wanita. Tidak disangka, dia masih punya seorang kakak perempuan. Benar saja, gen keluarga mereka pasti luar biasa!     

Sean berjalan di belakang Marvin dan bertanya padanya, "Ehm… Apakah Maureen kakak kandungmu dari ayah dan ibu yang sama?"     

Sean tahu bahwa terdapat banyak anak dalam keluarga besar seperti keluarga Yuwono dan keluarga Susetia, tetapi anak-anak itu belum tentu berasa dari ayah dan ibu yang sama.     

Marvin menjawab, "Ya, dia satu ayah dan satu ibu denganku. Kami juga memiliki dua adik laki-laki dan perempuan dari ayah dan ibu yang sama."     

"Oh."     

Ketika tahu Marvin dan Maureen memiliki ayah dan ibu yang sama, Sean merasa lega. Marvin sangat cantik, jadi Maureen pasti tidak akan jauh berbeda.     

Tentu saja Sean tidak memiliki pemikiran lain pada Maureen karena sekarang dia sangat mencintai Chintia. Hanya saja, sebagai pria yang mementingkan penampilan, dia tidak bisa menerima bahwa wanita yang pernah ditidurinya berwajah buruk rupa.     

Ketika tiba di rumah, seorang gadis yang tampak seperti pelayan datang menyambut Marvin.     

"Tuan, Anda sudah datang."     

"Di mana kakakku?" tanya Marvin.     

Gadis itu menjawab, "Nona pergi ke tempat Tuan Besar."     

Mendengar perkataan pelayan itu, Sean merasa agak kecewa karena tidak langsung bertemu Maureen. Sementara, Marvin tertegun sejenak.     

"Dia pergi ke tempat ayahku? Kenapa dia pergi ke sana?"     

Dari nada bicara Marvin, si Maureen ini terdengar jarang datang ke tempat ayahnya.     

Gadis itu menjawab, "Dengar-dengar, Tuan Besar mengatur kencan buta untuknya."     

Marvin sangat marah.     

"Kakakku tidak pernah suka mengikuti kencan buta atau semacamnya! Dia pasti ditipu lagi!"     

Setelah selesai berbicara, Marvin berbalik dan pergi.     

"Hei! Kamu mau ke mana?" tanya Sean.     

Marvin menoleh ke Sean dan menjawab, "Pergi ke tempat ayahku. Jika kamu ingin bertemu kakakku, pergilah bersamaku."     

Sean tidak langsung mengikuti Marvin, tetapi ragu-ragu. Ayah Marvin yang juga generasi kedua dari keluarga Susetia sekarang berada di puncak kariernya sekaligus menjadi kekuatan utama keluarga Susetia. Gerbang rumah keluarga Susetia tidak begitu mudah untuk dimasuki. Terlebih lagi, Sean sudah melakukan sesuatu yang bersalah pada keluarga Susetia...     

"Kenapa? Takut? Apakah kamu takut keluarga Susetia kami akan menggantung dan memukulmu?"     

Ketika melihat Sean tidak berani mengikutinya, Marvin tertawa. Dalam dua hari terakhir, Sean terus berbicara ingin mengirim Marvin ke angkasa sehingga membuat kejantanan Marvin menghilang sepenuhnya. Sekarang melihat Sean ketakutan, Marvin merasa sangat puas.     

Sean mencibir, "Marvin, masalah antara diriku dan kakakmu dengan masalah antara dirimu dan Giana adalah dua hal yang berbeda. Ketika aku sudah menyelesaikan masalah dengan kakakmu, bahkan di depan keluarga Susetia kalian, aku masih berani memukulmu!"     

Sean tidak takut pada keluarga Susetia. Kapan anggota keluarga Yuwono pernah takut?!     

Marvin tidak menyangka bahwa sesudah Sean datang ke Bogor dan tiba di teritorinya, dia masih berani begitu sombong. Dalam hati, Marvin merasa kagum.     

Memang laki-laki sejati. Hanya saja, khawatirnya masalah di antara dirimu dan kakakku tidak akan begitu mudah terselesaikan!     

Marvin berhenti berbicara. Dia menyewa mobil Audi A8 yang sangat biasa dengan plat nomor biasa.     

Beginilah dunia. Ada berbagai orang kaya yang tersembunyi di mana-mana.     

Marvin menyetir sendiri dan membawa Sean. Mereka segera tiba di area perumahan bernama Mansion One.     

Lokasi geografis di sini sangat menguntungkan. Rumah ini dirancang dengan gaya taman kerajaan dan dikelilingi oleh pegunungan hijau dan perairan hijau. Harga rumah ini tak terkira.     

Mobil berhenti di gerbang sebuah rumah klasik dan mewah.     

"Sean, jika kamu tidak berani masuk, sekarang kamu masih sempat untuk menyesalinya," kata Marvin.     

Sean langsung membuka pintu dan keluar dari mobil.     

"Tidak ada tempat di dunia ini yang tidak berani aku datangi!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.