Ingin Kukatakan Sesuatu

Rahasia yang Tersembunyi di Lubuk Hati Terdalam!



Rahasia yang Tersembunyi di Lubuk Hati Terdalam!

0Marvin dikunci di ruangan oleh Sean dan tidak bisa keluar, jadi dia terus menggedor pintu dan terus saja berteriak.     

Setelah beberapa saat, Andy yang bertugas menjaga Marvin pun datang dan berteriak, "Marvin, untuk apa kamu berteriak?! Jaga perilakumu dan bersiaplah untuk pergi ke Mars!"     

Marvin yang ada di dalam balas berteriak, "Pergi apanya?! Aku tidak akan pergi ke Mars! Cepat panggilkan Sean untukku!"     

Saat mengetahui bahwa Marvin sudah ketakutan, Andy pun memanggil Sean.     

Sean datang ke ruangan Marvin, lalu menatap wajah Marvin yang ketakutan dan bertanya, "Sudah kamu pikirkan baik-baik? Pergi ke Mars atau jelaskan semuanya padaku dengan jujur?"     

Dalam hidupnya, Marvin tidak pernah menyerah. Bahkan jika dia dipukuli sampai memar-memar, dia tidak akan mengaku kalah. Namun, kali ini, dia takut. Dia benar-benar takut.     

Marvin berkata, "Jangan kirim aku ke Mars. Aku akan memberitahumu! Aku akan memberitahumu semuanya!"     

Dua menit kemudian, Sean meminta astronot, Andy, dan yang lainnya untuk keluar. Kini hanya tersisa Sean dan Marvin di dalam ruangan.     

"Katakan! Kenapa kamu berhubungan dengan Giana? Dasar bajingan!"     

Sean menatap Marvin dengan marah. Jika dia tidak ingin tahu jawabannya, dia pasti sudah melukai Marvin sejak tadi. Namun, Marvin masih keras kepala.     

"Kamu yang bajingan! Sean! Jika kamu tidak melakukan hal bejat seperti itu pada kakakku, apa aku akan meniduri istrimu?!"     

Sean tertegun sejenak. "Siapa kakakmu? Aku sudah melakukan… hal bejat apa?"     

Sean selalu diajari kakeknya untuk menjadi orang yang baik. Dia yakin bahwa apa yang telah dilakukannya selama ini sudah cukup baik. Dia tidak pernah melukai siapapun, kecuali masalah yang satu itu...     

Marvin mendengus dingin. "Sean, apa kamu sendiri tidak tahu apa yang sudah kamu lakukan sampai harus aku yang mengatakannya? Kamu benar-benar orang baik! Aku tahu semua hal kotor yang sudah kamu lakukan!"     

Napas Sean jadi memburu. Dia tidak ingin mengingat kejadian itu.     

Setelah waktu yang lama, Sean bertanya, "Siapa nama kakakmu?"     

"Maureen Susetia" jawab Marvin.     

Sean kembali bertanya, "Apa dia pernah ke medan perang Suriah?"     

Marvin mengiyakan, "Ya!"     

Sesaat Sean menundukkan kepalanya dan menjadi begitu emosional. Kenangan yang sudah lama disembunyikan jauh di lubuk hatinya dan sudah lama tidak ingin diingat pun muncul kembali di benaknya...     

———     

Selama Sean menjalani pelatihan di medan perang empat tahun lalu di medan perang Suriah, dia beristirahat di pangkalan bersama rekan satu timnya.     

...Darr! Dorr! Darr! Dorr! Darr! Dorr!     

Suatu ketika, tiba-tiba ada suara tembakan. Musuh tiba-tiba menembaki markas mereka. Suara tembakan terus terdengar tanpa berhenti. Sean dan sekelompok rekan tim pun melawan sambil mundur.     

Pada akhirnya, tembakan musuh terlalu kuat dan datang dengan penuh persiapan. Semua rekan tim yang mundur bersama Sean terbunuh. Sementara, Sean juga dikelilingi oleh tiga orang yang masing-masing mengenakan tudung kepala dan membidik Sean dengan AK di tangannya      

Sean dalam bahaya. Pada saat ini, Sean mengeluarkan liontin berinisial huruf 'S', lalu meletakkan senjatanya dan mengangkat tangan menyerah sambil berteriak "Jangan tembak! Jangan tembak!"     

Sean takut mereka tidak mengerti ucapannya, jadi dia menggunakan bahasa Arab, bahasa Inggris, bahasa Prancis, dan bahasa-bahasa lain untuk memberitahu mereka agar tidak menembak dirinya.      

Sean kemudian berkata dalam bahasa Arab, "Saya berasal dari keluarga Yuwono!"     

Charles mengirim anak-anak keluarganya ke tempat berbahaya seperti medan perang untuk mendapatkan pengalaman. Tentu saja mereka tidak mungkin mati dalam pertempuran. Dia menyapa tiap bos dari pihak lawan. Setelah menyapa semuanya, dia juga memberi mereka banyak keuntungan.     

Sean diberitahu bahwa jika ada bahaya, dia bisa mengeluarkan liontin keluarga Yuwono untuk mengungkapkan identitasnya.     

Sean menyerahkan liontin pada tentara yang mengenakan tudung kepala dan berkata, "Berikan liontin ini pada bos kalian. Kalian akan diberi hadiah!"     

Tidak lama kemudian, para tentara tadi memberikan liontin tersebut pada atasan mereka. Namun, setelah atasannya mengambil liontin itu, Sean tidak langsung dilepaskan, tetapi dikunci di dalam sebuah ruangan kecil yang gelap.     

Tentu saja Sean tidak mengerti apa yang sedang terjadi dan terus berteriak, "Kenapa kalian mengunciku?"     

Orang di luar pintu memberitahu Sean, "Seseorang ingin memberimu hadiah. Setelah kamu mencicipi hadiahnya, kamu bisa pergi."     

Tidak lama kemudian, seorang wanita dilemparkan ke dalam ruangan gelap itu. Sean tidak tahu seperti apa wajah wanita ini karena tidak ada cahaya di ruangan itu, jadi dia hanya bisa tahu dari suara tangisannya bahwa seharusnya wanita itu masih sangat muda.     

Sean tidak mengerti kenapa mereka memperlakukannya seperti ini dan terus berteriak, "Biarkan aku keluar! Kenapa kalian mempermainkanku?!"     

Orang di luar pintu tersenyum dan berkata, "Jika kamu tidak menerima hadiah ini, kalian berdua tidak akan pernah keluar."     

Sean dikurung di ruangan gelap selama enam jam. Tidak peduli bagaimanapun dia berteriak, orang-orang di luar menolak untuk membuka pintu dan membiarkannya keluar. Dia mencoba berbicara dengan wanita di ruangan gelap ini dalam bahasa Arab dan Prancis, tetapi wanita itu tidak menanggapi selain menangis.     

Pada akhirnya, Sean hanya ingat bahwa mulutnya kering dan haus. Sementara, wanita itu tampaknya sudah tidak memiliki kekuatan untuk menangis. Saat itu, Sean berpikir dalam hati bahwa lagi pula wanita yang dikirim kemari juga seorang wanita yang sudah seperti pelacur militer dan sudah pernah dipakai oleh banyak pria.     

Akhirnya, Sean melakukan apa yang mereka minta. Namun, baru kemudian Sean mengetahui bahwa ternyata ini pertama kalinya bagi wanita itu. Terlebih lagi, ketika wanita itu dibawa pergi, Sean dapat melihat sosok punggungnya dengan jelas. Dia adalah seorang wanita Asia dengan aura dan sosok tubuh yang sangat bagus.     

Setelah mengetahui ini, Sean terus merasa bersalah pada wanita itu. Namun, dia masih tidak tahu kebenaran dari masalah ini dan kenapa di sana dia bisa bertemu dengan seorang wanita cantik yang masih murni.     

———     

"Apa kamu sudah ingat? Dasar bajingan!" Marvin menatap tajam ke arah Sean.     

Pada saat ini, Sean mengerti kenapa Marvin membencinya. Ternyata wanita yang dikurung di kamar gelap dan kecil bersama Sean di medan perang adalah kakak perempuan Marvin sekaligus putri keluarga Susetia, Maureen Susetia.     

"Kenapa dia bisa pergi ke medan perang?" tanya Sean.     

Marvin mendengus marah. "Sebaiknya kamu tanyakan sendiri mengenai masalah ini pada kakakku!"     

Sean berpikir sejenak, lalu mengangguk.     

"Oke! Aku juga harus minta maaf padanya. Di mana kakakmu sekarang? Aku akan menemuinya."     

Meskipun sudah melakukan sesuatu yang salah, sebagai seorang pria, sudah seharusnya Sean memiliki keberanian untuk menghadapi kesalahannya. Selain itu, mengenai hal itu, Sean juga tidak punya cara lain. Dia melakukan itu juga untuk menyelamatkan mereka berdua. Jika tidak, keduanya mungkin mati kelaparan di ruangan gelap yang kecil itu.     

"Bogor!" jawab Marvin.     

Sean tahu Bogor adalah dasar keluarga Susetia. Dia pun berkata, "Oke. Aku akan pergi ke sana bersamamu!"     

Mereka segera berkemas dan bersiap untuk pergi. Melihat Sean dan yang lainnya pergi, Elon Musk mencoba sekuat tenaga untuk menahannya.     

"Tuan Marvin, tidak jadi pergi ke Mars? Jika kamu tidak menyukai Mars, kami juga memiliki tujuan lain yang bisa kamu pilih."     

Marvin ketakutan dan melarikan diri. "Tuan Musk, aku tidak ingin pergi ke luar angkasa mana pun! Aku hanya ingin tinggal di Bumi!"     

Elon Musk meraih tangan Marvin. "Tinggalkan informasi kontakmu. Jika suatu hari kamu berubah pikiran, aku akan menjemputmu."     

Marvin menepis Elon Musk. "Tidak akan ada hari seperti itu!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.