Ingin Kukatakan Sesuatu

Michelle Susetia!



Michelle Susetia!

0Meskipun Sean masih muda, dia telah berlatih di seluruh dunia selama bertahun-tahun. Keluarga Susetia adalah keluarga kaya di Bogor, tetapi Sean juga tidak kalah dari mereka. Dia adalah Presiden Direktur YS Group dan dikenal sebagai orang terkaya di Indonesia.     

Sean menutup pintu mobil dan berkata pada Marvin, "Aku orang terkaya di Indonesia dan keluargamu mungkin akan mendongak ketika mereka melihatku!"     

Marvin pun turun dari mobil, lalu menutup pintu dan tertawa terbahak-bahak.     

"Kamu benar-benar lucu setengah mati! Sean, di Indonesia kamu hanyalah perusahaan pesan-antar bobrok yang tidak begitu bernilai. Orang terkaya apanya? Mereka hanya menyanjungmu untuk menjilatmu saja! Kamu bahkan tidak masuk ke dalam daftar orang kaya!" cibir Marvin.     

Marvin melanjutkan, "Ditambah lagi, meskipun kamu termasuk dalam daftar orang kaya, keluarga kami tidak akan mengenalimu karena keluarga kami tidak pernah membaca daftar orang kaya dan tidak pernah membeli majalah bisnis. Kakekku bahkan tidak mengizinkanku menggunakan sosial media. Meskipun memakai, itu pun hanya untuk kami lihat, tidak bisa memposting."     

"Sean, kamu yang tumbuh di luar negeri sama sekali tidak mengerti situasi di dalam negeri. Orang-orang memperhatikan moderasi dan kesederhanaan. Apakah menurutmu orang terkaya di Indonesia ada dalam daftar orang kaya? Cih! Seperti keluarga Susetia kami, kami bahkan tidak perlu repot-repot masuk dalam daftar orang kaya. Jika kami sampai masuk, kami akan menjadi orang kaya nomor satu selama berpuluh-puluh tahun!" tukas Marvin.     

Sean hanya tahu sedikit tentang situasi dalam negeri dan memang ada situasi seperti yang dikatakan Marvin. Jangankan keluarga Susetia, bahkan keluarga Yuwono bisa saja menduduki peringkat pertama dalam daftar orang terkaya di dunia, tetapi mereka tidak pernah repot-repot bersaing memperebutkan hal itu.     

Beberapa waktu lalu, Sean datang sebagai 'orang terkaya di Indonesia'. Tetapi, itupun karena Giana.     

Sean berkata dengan datar, "Justru lebih baik kalau mereka tidak mengenalku."     

Awalnya Sean memang tidak ingin berurusan dengan orang tua Marvin, tetapi dia hanya ingin bertemu Maureen secara empat mata dan meminta maaf padanya. Akan lebih baik jika dia tidak dikenali oleh seluruh keluarga Susetia. Pada dasarnya, Sean memang orang yang rendah hati.     

Akhirnya Sean mengikuti Marvin dan berjalan masuk bersama. Begitu masuk, seorang pelayan menunduk dan tersenyum.     

"Tuan Muda sudah datang?"     

"Ya."     

Layaknya seorang tuan muda kaya raya, Marvin berjalan dengan langkah yang cepat ke ruang tamu.     

Dari kejauhan, terlihat ada banyak orang di ruang tamu. Seorang wanita paruh baya yang sangat anggun sedang berbicara dengan seorang gadis yang terlihat seperti pelayan.     

"Apa? Dia tidak mau keluar? Chevin datang ke rumah untuk menjenguknya. Bagaimana bisa dia bahkan tidak melihat wajahnya dan terus memintanya pergi?!"     

Mendengar suara wanita paruh baya yang anggun itu, Marvin melangkah ke ruang tamu.     

"Ayah! Ibu!" Marvin berteriak pada dua orang tua berusia paruh baya yang berada di dalam.     

Wanita paruh baya yang sedang berbicara adalah ibu Marvin. Pria paruh baya yang duduk di tengah dengan tubuh gemuk dan begitu berwibawa adalah ayah Marvin. Selain mereka berdua, juga ada seorang pria dan seorang wanita.     

Pria itu duduk di kursi tamu. Dia berusia sekitar tiga puluh tahun, berperawakan tinggi dan gagah. Wajahnya rata-rata dan agak galak, membuat orang bergidik melihatnya. Postur duduknya sangat tidak biasa. Postur duduknya seperti tentara yang sangat sesuai standar dan dia juga tidak tersenyum.     

Sean tidak tertarik pada pria ini, tetapi yang menarik perhatiannya adalah wanita itu. Wanita yang mengenakan pakaian mahal itu kira-kira seusia dengan Sean dan sedang duduk sambil menyilangkan di kursi. Dari ujung kepala sampai ujung kaki, dia menunjukkan temperamen seorang wanita bangsawan.     

Apakah dia kakak Marvin, Maureen Susetia?     

Sean merasa agak emosional. Dia ingin tahu apakah wanita ini adalah orang yang berhubungan seks dengannya di kamar gelap semalaman saat itu. Tapi, kalau benar, Sean sedikit kecewa. Memang benar wanita ini memiliki temperamen seorang wanita kaya dan berparas lumayan, tetapi jauh dari apa yang diharapkan Sean.     

Bagaimanapun, ketampanan si Marvin ini terlihat sangat tidak manusiawi. Karenanya, Sean mengira kakaknya akan lebih cantik lagi. Tetapi, tidak disangka, kecantikan gadis ini bahkan tidak bisa menandingi Marvin.     

Mungkinkah ketampanan orang tua diturunkan pada anak laki-laki, tetapi tidak diturunkan pada anak perempuan?     

Sesudah Marvin memanggil orang tuanya dan melihat pria paruh baya yang duduk dalam postur tentara itu, dia bertanya, "Kenapa kamu datang ke sini lagi?"     

Ibu Marvin buru-buru menegur, "Kenapa kamu begitu tidak sopan pada putri Jenderal Laksono? Dia beberapa tahun lebih tua darimu. Panggil Kakak!"     

Raut wajah Marvin tampak merendahkan.     

Pada saat ini, setelah melihat kemunculan Sean, ayah Marvin menatapnya dengan tajam dan bertanya, "Marvin, siapa ini?"     

Marvin menjawab dengan santai, "Oh, sopir baruku."     

Ibu Marvin menyahut, "Kenapa kamu membawa sopir masuk? Kita sedang membicarakan sesuatu yang penting di sini. Suruh dia keluar dulu."     

Marvin melirik Sean dan berkata sambil tersenyum, "Tidak apa-apa, kita bicara saja. Jangan khawatir. Aku penyelamat hidupnya, jadi dia sangat setia padaku. Dia tidak akan berani sembarangan bicara tentang urusan keluarga kita."     

Sean menggerutu dalam hati, Sejak kapan kamu menjadi penyelamat hidupku? Kali ini aku akan mengampunimu. Justru aku penyelamat hidupmu!      

Untuk sementara ini, Sean tidak ingin berurusan dengan keluarga Susetia sebagai Tuan Muda Ketiga keluarga Yuwono. Karena mereka tidak mengenali dirinya, dia akan berurusan dengan status sebagai sopir dulu saja.     

Pada saat ini, ayah Marvin bertanya, "Marvin, Ayah dengar dari pilotmu, kamu mengalami kecelakaan di Jakarta? Apakah cedera pada kakimu disebabkan karena itu?"     

Marvin melambaikan tangannya. "Tidak apa-apa. Ini hanya masalah kecil."     

Pada saat ini, pria paruh baya yang duduk dalam postur tentara tiba-tiba berkata, "Marvin, ke depannya kita juga akan menjadi keluarga. Katakan saja siapa yang menyakitimu. Aku akan menyuruh seseorang untuk menghabisinya!"     

Cara bicaranya sangat sok. Dia bahkan berbicara dengan begitu arogan.     

Marvin bisa saja bekerja sama dengan pria ini untuk berurusan dengan Sean, tetapi dia enggan membicarakan masalh ini dengan pria ini. Sebaliknya, dia justru merasa jijik.     

"Chevin, siapa yang akan menjadi keluargamu? Memang kakakku sudah setuju? Apa kamu sedang berangan-angan?"     

Ketika membicarakan kakak perempuan Marvin, lagi-lagi Sean tidak bisa menahan dirinya untuk melihat wanita yang duduk di sebelah Chevin. Sementara, wanita yang dicurigai sebagai kakak Marvin itu juga menatap Sean.     

Tiba-tiba wanita itu berkata, "Marvin, dari mana kamu menemukan sopir yang begitu mesum seperti ini? Dia tidak pernah melihat perempuan, ya? Sudah berapa kali dia menatapku sejak masuk? Benar-benar tidak mengerti aturan sama sekali!"     

Ada begitu banyak aturan di sini. Bahkan jika melihat orang, tidak boleh melihat langsung ke arah mereka. Ada begitu banyak etiket yang ada di keluarga ini.     

Sean adalah anak yang dibesarkan di luar negeri, jadi tentu saja dia tidak mengerti aturan-aturan semacam ini. Dia hanya tahu bahwa saat ini, dia mengira wanita ini Maureen, sementara tujuannya kemari adalah untuk meminta maaf pada Maureen. Jadi, mau melihat siapa lagi kalau bukan melihat dia? Namun, cara bicaranya yang begitu kejam membuat Sean sangat kecewa.     

Sean masih ingat bahwa empat tahun lalu, di ruangan kecil yang gelap itu, suara wanita itu jelas-jelas sangat lembut… Bahkan setelah one night stand dengannya, Sean tidak mendengar wanita itu memakinya.     

Pada saat ini, Marvin tiba-tiba tersenyum dan berkata, "Michelle, seharusnya kamu senang ada laki-laki yang melihatmu. Selama bertahun-tahun ini, bukankah kamu selalu iri pada kecantikan kakakku?"     

Sean terkejut. Ternyata wanita ini bukan Maureen, kakak Marvin, melainkan Michelle Susetia. Dia adalah adik tiri Marvin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.