Ingin Kukatakan Sesuatu

Menghajar Pria Kencan Buta!



Menghajar Pria Kencan Buta!

0Bagi Marvin, tidak masalah siapa yang mengalahkan siapa di antara Sean dan Chevin. Dia membenci dua orang ini. Yang satu selalu mengganggu kakaknya seperti lalat, sementara yang satunya lagi sudah melakukan hal yang tidak termaafkan pada kakaknya.     

Apalagi Sean sudah menampar, meninju, dan menendang Marvin dalam beberapa hari terakhir. Dia bahkan menikamnya dua kali dan hampir mengirimnya ke Mars. Setelah ditindas begitu parah oleh Sean, Marvin berharap Chevin juga bisa meninjunya dua kali.     

Sean sangat membenci Chevin yang berlagak semena-mena dan menyebut Sean sebagai 'Budak Hina'. Awalnya, Sean sangat senang bisa bertemu dengan putrinya. Tetapi, karena Chevin cari mati, Sean pun tidak akan segan lagi padanya.     

Terlebih lagi keluarga Susetia jelas bermaksud menyuruh Maureen menikahi Chevin, tetapi Maureen tidak mau. Dia juga ingin mengambil kesempatan ini untuk mempermalukan Chevin dan membuat orang ini berhenti mengganggu Maureen di masa depan. Anggap saja sebagai suatu bantuan untuknya.     

Sean pun turun dari lantai dua tanpa ada sedikit pun rasa takut di matanya dan berhadapan dengan Chevin.     

Chevin memandang Sean dan berkata, "Budak Hina, kuda-kudamu stabil juga. Aku tidak menendangmu dengan benar di tendangan pertama tadi. Sepertinya kamu pernah berlatih, ya? Bagus sekali! Aku suka melecehkan orang yang mengira dirinya kuat. Ayo keluar denganku!"     

Chevin berjalan keluar terlebih dulu, sementara Sean mengikutinya kemudian.     

"Ayo pergi menonton sesuatu yang seru!"     

Marvin dan Michelle pun ikut berjalan ke luar pintu. Sementara, wajah orang tua Marvin terlihat khawatir. Tentu saja mereka tidak peduli pada keselamatan Sean si sopir. Mereka khawatir apakah hari ini kemarahan Chevin bisa diredakan.     

Pada saat ini di Bogor, keluarga Susetia memiliki status yang lebih tinggi daripada keluarga Laksono. Tetapi, ada banyak perubahan yang terjadi dengan cepat di Bogor sehingga keluarga Susetia juga ingin menjalin hubungan baik sebanyak mungkin.     

Banyak keluarga besar hanya menginginkan anak laki-laki. Mereka menganggap anak laki-laki sebagai penerus garis keturunan. Sementara, keluarga Susetia memiliki aturan, yaitu harus ada anak laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki bertanggung jawab untuk mewarisi harta keluarga, sementara anak perempuan bertanggung jawab atas pernikahan bisnis.     

Selama beberapa dekade, keluarga Susetia, termasuk bibi dan nenek Marvin, dulu semuanya menikah dengan keluarga papan atas. Karena itulah keluarga Susetia selalu dapat menjamin status keluarganya.     

Chevin berjalan di luar halaman dan melepas jasnya. Sean juga berjalan keluar dan melepas jasnya.     

Hari ini Sean naik pesawat kelas bisnis dan mengenakan sepatu kulit sehingga lebih merugikannya. Namun, dia menebak bahwa orang ini bukan lawan yang setingkat dengan dirinya, jadi sepatu apapun yang dikenakan tidak akan ada bedanya.     

Chevin berseru dengan lantang. Dia membuat posisi kuda-kuda yang sangat standar, kemudian segera menyerang Sean.     

"Ha!"     

"Ho!"     

"Ha!"     

Setiap kali Chevin melayangkan pukulan, dia akan berteriak dan gerakannya sangat standar. Posisi, kekuatan, dan postur setiap pukulannya sangat akurat. Selain itu, kekuatannya benar-benar tidak buruk.     

Jika orang biasa, mungkin akan dikalahkan dengan beberapa gerakan ini. Namun, kemampuan bertahan Sean sangat luar biasa. Dia berhasil menerima semua pukulan Chevin satu per satu.     

Sean kemudian tersenyum pada Chevin dan berkata, "Aku juga bisa melakukan gerakanmu itu!"     

Sean mengambil posisi kuda-kuda seperti Chevin dan mengayunkan tinju kanannya. Chevin terkejut. Tepat saat dia hendak mundur, Sean menendang wajah Chevin. Setelah itu, Sean menggunakan tinjunya tiga kali berturut-turut.     

Bak! Buk! Bak!     

Chevin dipukul hingga mundur beberapa langkah. Tinju militer standar dan terampil Sean benar-benar membuat takut semua orang yang ada di sana. Chevin sendiri jelas terkejut.     

"Apakah kamu pernah menjadi tentara?"     

"Bisa dibilang begitu," jawab Sean.     

Chevin berkata dengan nada menghina, "Kalau pernah, bilang saja! Kalau tidak pernah, bilang saja! Jangan bicara tidak jelas begitu! Kamu ingin menakutiku dengan gerakan-gerakanmu itu? Dasar cari mati!"     

Chevin terus meninju dengan keras. Sean juga terus melawan dengan tinjunya. Tinju militer Sean mudah dipelajari sehingga Chevin menirunya, tetapi tetap tidak bisa mengalahkan Sean dengan kemampuannya yang pas-pasan.     

Setelah bertarung beberapa saat, Sean merasa bosan. Ketika melihat Maureen dan Sisi yang juga datang ke halaman, dia berpikir untuk melakukan teknik tinju yang menarik untuk putrinya.     

"Bocah, biar aku mengajarimu seperti apa gerakan yang benar."     

Setelah Sean selesai berbicara, dia langsung mulai membuat gerakan seperti bangau, kemudian melakukan beberapa gerakan dan berubah menjadi harimau ganas yang menuruni gunung. Gerakannya kuat dan tinjunya seperti cakar harimau. Dia memukul wajah Chevin terus menerus.     

Bak!     

Buk!     

Bak!     

Sambil memukul, Sean juga menirukan suara harimau.     

"Rawr! Rawr!"     

Sisi yang melihat di samping terus bertepuk tangan dan berseru girang, "Ah! Suara harimau! Sangat mirip! Sangat mirip!"     

Sean bukanlah orang yang pandai menirukan suara binatang. Alasan mengapa dia disebut dapat menirukannya dengan sangat mirip adalah karena dia benar-benar pernah bertarung dengan harimau.     

Sean berlatih seni bela diri sejak masih kecil. Ketika berusia 18 atau 19 tahun, dia sangat arogan. Dia tidak bisa menemukan lawan untuknya lagi di antara orang-orang biasa, jadi dia pergi menantang harimau dan melawan harimau. Alhasil, dia tidak pernah berkelahi dengan binatang-binatang itu karena pada akhirnya dia menembaknya dengan senjata penenang.     

Sean teringat ketika dia diganggu harimau, jadi saat ini dia juga berubah menjadi harimau. Dia melompat tinggi, kemudian bergegas menerkam Chevin.     

Lompatannya kuat sekali!     

Chevin terkejut. Dia tidak menyangka Sean akan melompat begitu tinggi.     

Sean jatuh dari langit dan merobohkan Chevin dengan satu telapak tangan, lalu menunggangi Chevin. Cakarnya seperti cakar harimau yang merobek baju Chevin hingga hancur. Setelah itu, Sean mengangkat telapak tangan kanannya dan hendak mengayunkannya ke wajah Chevin yang sudah tidak bisa bergerak. Namun, pada saat ini…     

"Berhenti!"     

"Berhenti!"     

Sekelompok orang tiba-tiba muncul dari luar halaman. Sean pun menoleh ke belakang. Pada saat ini, setidaknya ada lima pistol yang tertuju ke kepala Sean.     

Si Chevin ini bukan orang biasa rupanya!     

Baru pada saat itulah Sean menyadari bahwa si Chevin ini orang yang hebat. Ada lima orang bersenjata yang melindunginya kapan saja. Di Banten, keluarga Liono tidak akan berani bertindak seperti ini.     

Pada saat ini, Marvin angkat bicara.     

"Chevin, rupanya kamu semakin berani sekarang. Beraninya kamu membawa pistol di kompleks perumahan keluarga Susetia kami? Kamu anggap apa keluarga Susetia kami?! Memang kenapa kalau tidak bisa mengalahkannya? Apa pengendalian emosimu hanya sebatas ini saja?"     

Sekarang Chevin ditekan ke lantai, dipenuhi luka lecet akibat serangan Sean, dan pakaiannya pun robek. Hal yang lebih memalukan lagi adalah Maureen, pujaan hatinya, melihat semua ini. Saat ini, Chevin benar-benar merasa malu dan marah.     

Chevin membentak para anak buahnya, "Siapa yang menyuruh kalian masuk? Keluar!"     

"Baik!"     

Lima orang bersenjata itu pun segera keluar. Sementara, Sean juga menyingkirkan tangannya dan bangkit dari atas tubuh Chevin.     

Chevin bangkit dari tanah dan menatap Sean dengan kejam. "Sebutkan namamu!"     

Sean memandang Chevin dengan tatapan merendahkan, lalu menjawab, "Kamu tidak pantas tahu!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.