Ingin Kukatakan Sesuatu

Biarkan Putriku Melihatmu Berguling Menuruni Tangga!



Biarkan Putriku Melihatmu Berguling Menuruni Tangga!

0Sean berdiri di depan Sisi sambil menatap Chevin dan berkata dengan dingin, "Apakah kamu tidak dengar Sisi bilang 'tidak mau'?"     

Chevin benar-benar cari mati.     

Sean sedang bersenang-senang dengan putrinya yang baru saja ditemuinya ketika Chevin tiba-tiba muncul dan membuat Sisi ketakutan. Bajingan ini bahkan berani menggendong putri Sean dengan paksa.     

Selama lebih dari tiga tahun, Sean tidak tahu dirinya memiliki anak perempuan sehingga tidak ada yang bisa dilakukannya untuk putrinya ini. Namun, hari ini dia sudah tahu. Jadi, bagaimana bisa dia hanya diam dan melihat orang lain menindas putrinya?     

Sementara itu, Chevin bahkan semakin bertambah marah. Dia tidak tahu identitas Sean. Dia hanya tahu bahwa Sean adalah seorang sopir.     

Chevin segera bangkit dan memarahi Sean dengan kejam, "Dasar budak hina! Beraninya seorang sopir mengajariku?! Kamu sudah tidak ingin hidup lagi rupanya!"     

Chevin menyebut Sean budak hina, seolah-olah dirinya sendiri memiliki darah bangsawan. Jika itu ratusan ribu tahun yang lalu, mereka para anak-anak bangsawan memang bisa bertindak segila ini. Tapi, sekarang dia masih saja seperti ini. Takutnya dia masih hidup dalam mimpi!     

Maureen dan putri mereka ada di sini. Sean tidak ingin putrinya melihat sisi kejamnya, jadi dia tidak memukul Chevin.     

Sebaliknya, Sean bertanya dengan tenang, "Siapa yang Anda sebut budak hina?"     

Chevin menjawab dengan marah, "Budak Hina, menghinamu! Dasar bocah bajingan."     

Akan tetapi, baru saja berucap, Chevin tersadar kalau dirinya sudah dipermainkan. Bukankah dengan berkata seperti itu, dialah si Budak Hina?     

"Hahaha…"     

Sisi, yang sepertinya tidak mengerti, ikut tertawa terbahak-bahak.     

Chevin memiliki tubuh yang kuat, tetapi tidak begitu pandai. Dia tidak akan bisa berbicara melawan Sean. Dia pun berpikir untuk main tangan dan memberinya pelajaran. Hanya saja, ini kamar Maureen, jadi tidak baik untuk main tangan di sini.     

Chevin pun menunjuk Sean dan berkata, "Budak Hina, ini kamar Maureen! Aku tidak ingin mengotori kamar ini. Kamu, keluar sekarang juga!"     

Sepertinya Chevin ingin memberi pelajaran pada Sean.     

Sean masih tetap tenang dan berkata sambil tersenyum, "Kenapa? Tuan Muda Chevin ingin menuruni tangga dengan cara berguling? Tapi saya tidak bisa. Bagaimana kalau Tuan Muda Chevin menunjukkannya terlebih dahulu?"     

Setelah menggoda Chevin, dia juga berkata pada Sisi, "Sisi, apa kamu ingin melihat paman ini berguling menuruni tangga?"     

"Aku ingin lihat! Aku ingin lihat!" Sisi terus bertepuk tangan dengan gembira.     

Sean meraih tangan kecil Sisi dan berkata, "Ayo kita keluar dan melihat Paman berguling menuruni tangga."     

"Ayo, ayo!"     

Sean membawa Sisi keluar dari kamar dan tiba di tangga. Sisi memandang Chevin dengan polos dan berkata, "Paman, aku ingin melihatmu berguling menuruni tangga."     

Chevin tampak canggung. Dia memaki Sean habis-habisan di dalam hatinya, kemudian berkata pada Sisi sambil tersenyum, "Sisi, Paman tidak tahu cara berguling di tangga. Bagaimana kalau suruh orang di sebelahmu berguling tangga saja?"     

Chevin memandang Sean dan berkata dengan nada memerintah, "Bocah, tunjukan pada Sisi bagaimana berguling di tangga! Dengan begitu, aku tidak akan membuat perhitungan denganmu mengenai masalah hari ini!"     

Sean mendengus dingin. Memintaku berguling menuruni tangga? Apakah kamu, Chevin Laksono, sedang ingin membuat Sisi senang dengan cara seperti ini?     

"Saya tidak bisa. Saya belum pernah mencobanya," jawab Sean.     

Chevin menyeringai dan berkata, "Kamu tidak perlu bisa. Kamu hanya perlu berdiri di tangga."     

Sean pura-pura tidak mengerti dan berjalan ke depan tangga, lalu bertanya, "Berdiri di sini?"     

Maureen sangat gugup karena tahu apa yang akan dilakukan Chevin selanjutnya. Pasti Chevin akan menendang Sean.     

Tepat ketika Maureen hendak membuka mulutnya untuk mengingatkan Sean, kaki Chevin sudah menendangnya.     

Chevin tersenyum. "Benar! Berdiri di sana! Turun dan bergulinglah!"     

Chevin yang mengenakan sepatu bot kulit yang berat pun menendang pantat Sean!     

"Jangan!" Maureen berteriak sangat sedih.     

Sementara pada saat ini, Marvin dan yang lainnya di lantai bawah juga melihat pemandangan ini. Setelah Michelle melihatnya, dia bahkan mengeluarkan ponselnya dengan semangat untuk merekam.     

Bagaimanapun, Sean sudah pernah mengalami begitu banyak serangan diam-diam. Mana mungkin dia bisa dibodohi oleh Chevin?     

Sean sengaja berdiri di sini hanya untuk membiarkan Chevin menendangnya. Jadi, sejak awal dia sudah bersiap dengan kuda-kuda yang mantap dan menegangkan otot-otot di seluruh tubuh untuk menstabilkan tubuhnya. Pada saat ini, menyebutnya sebagai tameng besi juga tidaklah berlebihan. Orang biasa tidak bisa menggerakkannya sama sekali.     

Chevin menendang dengan ringan, tapi Sean bahkan tidak bergerak.     

Apa?!     

Chevin benar-benar takjub ketika melihat adegan ini.     

Bahkan tidak bergerak?     

Michelle dan orang tuanya juga tercengang. Mereka tidak menyangka sopir ini akan menahan tendangan Chevin.     

"Hahahaha…" Marvin tidak bisa menahan tawa ketika melihat adegan ini. "Chevin, kamu terlalu lemah! Kamu bahkan tidak bisa menendang orang biasa. Jika kawan-kawanmu di militer mengetahuinya, mereka akan menertawakanmu setengah mati! Hahaha."     

Chevin merasa sangat malu sehingga dia mundur selangkah sementara Sean tidak melihat ke belakang. Sesudah itu, Chevin menggunakan seluruh kekuatannya untuk menendang Sean.     

"Turun dan berguling sana!"     

Siapa yang menyangka, tepat ketika kaki Chevin hendak mencapai tubuh Sean lagi, Sean seolah memiliki mata di belakang kepalanya dan menghindar ke samping secepat kilat.     

Kaki Chevin hanya berhasil menendang udara.     

Berengsek!     

Chevin menendang udara dengan sekuat tenaga sehingga tubuhnya langsung condong ke depan. Ditambah dengan perawakannya yang tinggi, kaki kanannya langsung melintasi anak tangga ketiga. Namun, Chevin tidak terguling. Tangan kirinya segera menopang pada pegangan tangga.     

Pada saat ini, Sean melepas cincin Crowley Heart to Heart yang dikenakannya di jari telunjuk tangan kanannya dan memukulkannya pada tangan kiri Chevin.     

"Ahhh!"     

Chevin berteriak kesakitan. Tangan kirinya tidak lagi menopang dan tidak ada lagi yang menahan tubuhnya.     

Bak! Buk! Bak! Buk!     

Suara gaduh mulai terdengar. Chevin berguling di tangga dari lantai dua ke lantai satu.     

Melihat ini, Sean tertawa dan berkata pada Sisi, "Sisi, apa kamu melihatnya? Ini yang disebut dengan berguling di tangga. Seru, tidak?"     

"Seru!" kata Sisi sambil tersenyum.     

Sean tidak lupa untuk mengajarinya, "Ini memang seru, tapi Sisi tidak boleh berguling seperti ini, ya? Berguling di tangga sangat berbahaya. Lihat, wajah Paman yang baru saja berguling di tangga bahkan berdarah."     

Sisi melirik Chevin yang ada di bawah, lalu berkata pada Sean, "Ya! Sisi akan menurut. Sisi tidak akan melakukannya. Sisi akan berjalan turun tangga."     

"Pintar sekali!" Sean membelai rambut panjang Sisi dan memujinya.     

Pada saat ini, Chevin sudah sangat marah. Dia menunjuk Sean dengan marah dan memaki, "Budak Hina! Beraninya kamu menghinaku! Aku akan menghabisimu!"     

Pada saat ini, ibu Marvin yang melihat Chevin cedera pun bergegas menghampiri dan bertanya, "Chevin, apakah kamu baik-baik saja? Wajahmu terluka."     

Chevin tidak ingin kehilangan etiketnya dan mengikuti ibu Marvin ke ruang tamu, tetapi berkata pada Marvin, "Marvin, kamu harus menjelaskan ini padaku!"     

Marvin tetap minum teh dengan santai.     

"Benar-benar konyol! Sejak tadi aku hanya duduk di sini! Apa hubungannya denganku?"     

Chevin mengamuk, "Bocah itu orangmu! Tanpa perintahmu, beraninya dia memperlakukanku seperti ini?"     

Chevin tahu Marvin tidak suka Chevin melecehkan kakaknya, jadi dia merasa Sean berani menggila seperti ini, kemungkinan karena Marvin yang meminta Sean melakukannya.     

Marvin tersenyum dan berkata, "Kalau begitu, kamu sudah menuduhku. Aku tidak menyuruhnya. Bocah ini selalu tidak menganggap siapapun."     

Chevin menyahut, "Anjing menggigit tergantung pada pemiliknya! Sekarang aku akan memberinya pelajaran! Kamu tidak keberatan, kan?"     

"Tidak keberatan," jawab Marvin, "Tuan Muda Chevin sepertinya tidak terbiasa memukul sembarangan. Jika Anda bisa memukulnya, pukul dia beberapa kali untuk saya."     

Chevin tiba-tiba tersenyum. "Oke!"     

Chevin memandang Sean yang berada di lantai atas dan berkata, "Budak Hina! Tuanmu sudah tidak peduli padamu lagi. Masih tidak cepat turun juga?!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.