Ingin Kukatakan Sesuatu

Cinta Tak Terbatas untuk Putrinya!



Cinta Tak Terbatas untuk Putrinya!

0Sean berkata pada Sisi, "Sisi, Ayah akan mengajarimu kunci pertama. Ini mungkin sedikit sulit, tapi sangat istimewa."     

Sisi memandang Sean dengan yakin dan menjawab, "Sisi tidak takut akan kesulitan."     

Sean mendemonstrasikan dengan menekan tangan kanannya pada tuts dan kunci Fmaj7 pun mulai terdengar.     

Alih-alih mengajari Sisi kunci F, Sean mengajarinya kunci Fmaj7 yang lebih rumit. Karena menurut Sean, kunci F adalah kunci ortodoks yang lebih cocok untuk pasangan seperti Giana atau Chintia yang melahirkan anak untuk Sean, sesuai dengan harapannya.     

Kunci Fmaj7 memiliki tambahan E (mi) dan warna kuncinya lebih tegas dan istimewa. Sean merasa bahwa ini adalah warna Sisi.     

Karena tangan kecil Sisi tidak bisa memainkan empat nada F, A, C, dan E secara bersamaan, Sean memintanya untuk memainkannya secara terpisah. Dia menyuruh Sisi mengulangi empat nada F, A, C, dan E berulang-ulang.     

———     

Setelah satu setengah jam...     

Sean melihat hidangan di atas meja dan berkata terus terang, "Nona Maureen, kamu masak begitu lama, tapi hanya menghasilkan dua hidangan ini?"     

Hanya ada dua hidangan sayur di atas meja dan tidak ada daging. Selain itu, juga ada sepanci kecil sup dan nasi.     

Maureen sangat malu, namun mengaku, "Aku… Aku tidak pandai memasak."     

Sean menunjuk ke gadis muda di luar rumah dan bertanya, "Bagaimana dengan dia?"     

Maureen berkata, "Dia juga tidak bisa. Tugas utamanya hanya membantuku menjaga Sisi ketika aku lelah. Biasanya aku vegetarian, jadi aku tidak terlalu peduli dengan apa yang aku makan."     

Sean menggelengkan kepalanya. "Aku tidak bisa membiarkan putriku kelaparan. Biar aku yang memasak untuk Sisi!"     

Sesampainya di dapur dan membuka kulkas, Sean mendapati tidak ada terlalu banyak bahan makanan di sana. Karenanya, dia menghubungi Andy untuk mengirim beberapa bahan makanan.     

Sean lebih dulu memasak hidangan lokal Jakarta, yakni soto Betawi. Pertama-tama, dia merebus air dan daging sampai matang dan empuk. Lalu, dia memotong dadu daging. Sesudah mengambil kaldu bekas merebus, dia merebus daging itu lagi hingga mendidih.     

Selanjutnya, Sean memanaskan minyak untuk menumis bumbu halus, kayu manis, cengkih, serai, lengkuas, daun jeruk, dan daun salam sampai harum. Sesudah itu, dia menuangkannya ke dalam rebusan daging dan mendidihkannya lagi.     

"Enak tidak, Sisi?"     

Sean tampak puas melihat Sisi yang memakan dalam satu suap besar.     

"Enak, enak! Masakan Ayah jauh lebih enak daripada masakan Ibu! Nanti aku ingin Ayah yang memasak terus untukku!"     

Sisi menari dengan gembira.     

Sean tidak hanya membuat soto Betawi, tetapi juga membuat kepiting asam manis dan nasi goreng. Melihat meja yang penuh dengan hidangan yang lezat, Maureen juga merasa sangat bahagia.      

Diam-diam Maureen berkata dalam hati, Akhirnya rumah ini lebih hidup. Akhirnya… sudah lengkap… Sayangnya, dia bukan suamiku.     

Melihat ekspresi rumit Maureen, Sean berkata, "Nona Maureen, makanlah juga."     

Sebenarnya Maureen ingin mencicipi keahlian Sean. Dia benar-benar ingin tahu seperti apa makanan yang dimasak pria yang bersama dirinya saat itu. Namun, dia tetaplah wanita dengan harga diri yang tinggi.     

Maureen berkata dengan datar, "Tidak. Aku vegetarian. Aku akan makan sayuranku saja."     

Sisi yang sedang makan nasi goreng tiba-tiba dengan kejam membongkar kebohongan ibunya, "Ibu berbohong! Ibu pernah lapar malam-malam dan makan dua sosis ham!"     

"....." Wajah Maureen memerah.     

"Hahaha…" Sean tertawa.     

Maureen gagal membesarkan putrinya. Setelah membesarkannya selama lebih dari tiga tahun, dia bahkan tidak sebaik Sean yang baru bertemu dengan putrinya kurang dari sehari.     

"Makanlah," kata Sean.     

Sisi berulah lagi, "Ayah, jika Ayah menyuapi Ibu, baru Ibu akan memakannya. Ketika aku tidak mau makan, Ibu akan menyuapiku."     

Sekarang giliran Sean dan Maureen yang merasa malu.     

Tepat ketika Sean hendak mengambil sendok, Maureen segera mengambil sendok dan berkata, "Aku makan, aku makan."     

Berkat 'aliansi' ayah dan anak, Sean dan Sisi, Maureen pun akhirnya memakan makanan yang dimasak Sean dan langsung kagum dengan keterampilan memasak Sean.     

"Kenapa masakanmu bisa selezat ini?" tanya Maureen pada Sean dengan heran.     

Sean menjawab, "Aku berlatih ketika menjadi menantu di Jakarta. Sebelumnya aku menikah selama tiga tahun di Jakarta. Apa kamu tahu?"     

Maureen mengangguk. "Mungkin Giana adalah wanita paling cantik di Indonesia."     

Maureen jelas tahu betapa menakjubkannya wajah Giana. Sebagai seorang wanita, dia juga sangat menyukai wajah Giana.     

Akan tetapi, Sean berkata, "Aku juga berpikir begitu sebelum bertemu denganmu."     

Kata-kata ini membuat Maureen berhenti mengunyah sejenak.     

Apa arti kalimat ini? Sebelum dia bertemu denganku, dia berpikir begitu. Tapi, setelah dia bertemu denganku, dia tidak berpikir begitu lagi? Apakah dia sedang mengatakan bahwa aku adalah wanita paling cantik di Indonesia?     

Wajah Maureen memerah.     

Selama bertahun-tahun, ada banyak pria yang memuji kecantikan Maureen yang tidak tertandingi dan dia bahkan sudah bosan mendengarnya. Namun, ketika mendengar Sean memujinya, Maureen sedikit malu dan kewalahan seperti gadis remaja.     

Di Indonesia, hanya Maureen yang bisa bersaing dengan Giana dalam hal kecantikan.     

Setelah makan, Sean bermain dengan putrinya sebentar. Tidak lama kemudian, hari mulai malam dan sudah saatnya bagi Sisi untuk tidur. Maureen sudah menyiapkan kamar tamu untuk Sean, tetapi Sisi menarik Sean dan tidak membiarkannya pergi.     

"Ayah harus menemani kami tidur bersama."     

Sambil berbicara, Sisi menarik Sean ke tempat tidur Maureen.     

Ketika duduk di tempat tidur Maureen, Sean merasa tidak nyaman. Ini adalah kamar Nona Maureen. Sprei serta selimutnya berbau harum bidadari. Entah berapa banyak pria yang ingin menaiki tempat tidur ini.     

Sean yang sekarang sudah punya pacar pun bangun dengan cepat dan berkata pada Sisi, "Ayah tidak bisa tidur di tempat tidur Ibu. Ayah kotor. Bagaimana kalau Ayah tidur di lantai dan melihat Sisi dan Ibu tidur?"     

Hubungannya dengan Giana sudah membuat Sean sangat terbiasa tidur di lantai. Begitu mengatakannya, Sean segera meletakkan bed cover di lantai samping tempat tidur.     

Sisi malah merasa segar dan berpikir bahwa tidur di lantai lebih nyaman daripada di tempat tidur. Jadi, dia ikut berjalan dan berkata, "Aku juga ingin tidur di lantai. Bu, bagaimana kalau kita bertiga tidur di lantai bersama?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.