Ingin Kukatakan Sesuatu

Pria Kencan Buta Mengetahui yang Sebenarnya!



Pria Kencan Buta Mengetahui yang Sebenarnya!

0Pukul lima keesokan paginya...     

Superstar bola basket hebat, Kobe Bryant, bangun jam empat pagi untuk berlatih setiap hari.     

Hari ini ada seseorang di Bogor yang bangun jam lima dan tidak punya waktu untuk menikmati rintik hujan di halaman rumahnya. Setelah bangun, dia langsung pergi ke gym rumahnya untuk melatih fisiknya. Dia, kebetulan, adalah Chevin yang dihajar babak belur di lantai oleh Sean kemarin.     

"Berengsek!"     

"Berengsek!"     

"Berengsek!"     

Chevin berteriak dengan penuh amarah sambil melatih kekuatan fisiknya. Meskipun dia kalah dari Sean kemarin, dia tidak bersedia mengakui kekalahannya. Dia merasa dirinya kalah karena sudah meremehkan musuhnya. Jika diulang lagi, dia tidak mungkin kalah dengan begitu mengenaskan seperti ini!     

Chevin mandi setelah berlatih selama lebih dari satu jam, kemudian pergi ke ruang makan untuk sarapan. Pada saat ini, seorang pria pendek yang terlihat mesum pun masuk.     

"Tuan Muda Chevin."     

Chevin tetap memakan steak-nya dan berkata dengan dingin, "Bagaimana hasilnya setelah mengikuti bocah itu?"     

Ketika Chevin meninggalkan rumah keluarga Susetia dalam keadaan menyedihkan kemarin, dia meminta bawahannya untuk tetap mengikuti Sean.     

Bedjo melaporkan, "Setelah bocah itu mengirim Nona Maureen kembali ke rumah kemarin, dia tidak juga pergi. Rupanya dia menghabiskan malam di sana!"     

"Apa?!"     

Chevin sangat marah hingga langsung melemparkan pisau dan garpu yang ada di tangannya.     

"Maureen adalah seorang wanita yang belum menikah, tapi dia membiarkan seorang laki-laki dewasa bermalam di rumahnya? Jika berita ini sampai tersebar, akan seperti apa jadinya?!"     

Amarah Chevin sudah meledak. Dia menganggap Maureen sebagai calon istrinya, jadi tentu saja dia sangat memedulikan reputasi calon istrinya sebelum menikah.     

Bedjo menyahut, "Benar! Meskipun dia hanya seorang sopir, dia tidak bisa dibiarkan bermalam di sana. Nona Maureen sangat cantik. Kalau-kalau bocah ini memiliki niat jahat di malam hari…"     

Melihat Chevin yang marah, Bedjo tidak berani berkata apa-apa lagi.     

"Apakah kamu tahu tadi malam dia tidur di mana? Apakah tidur terpisah dengan Maureen?" tanya Chevin.     

Bedjo berkata, "Tuan Muda Chevin, Anda juga tahu bahwa Tuan Muda Marvin sudah mengatur banyak pos penjaga rahasia di sekitar rumah itu untuk melindungi kakaknya. Jadi, orang-orang kami tidak berani membuntuti terlalu dekat dan tidak berani menerbangkan drone. Tapi, saya rasa dengan kepribadian dan temperamen Nona Maureen yang dingin dan elegan, dia tidak akan macam-macam dengan seorang sopir."     

Chevin mengangguk yakin akan integritas yang dimiliki Maureen. Selama bertahun-tahun, Maureen tidak pernah terlihat digosipkan menjalin hubungan dengan siapapun dan selalu melajang. Ini juga yang disukai Chevin darinya. Siapa yang tidak suka gadis murni dan jujur?     

"Terus awasi mereka. Begitu bocah ini meninggalkan rumah Maureen, segera beritahukan padaku!" tukas Chevin dengan kejam.     

Hari ini Chevin sudah memutuskan akan membalas dendam pada Sean. Mungkin dia tidak bisa melawannya sendirian, tapi ini adalah Bogor, teritori Chevin. Dia tidak akan mungkin bisa ditindas oleh seorang bocah yang namanya tidak pernah terdengar.     

———     

Tiga jam kemudian...     

Tiba-tiba Bedjo datang dan melapor, "Tuan Muda Chevin, anak itu sudah keluar dari rumah Nona Maureen!"     

Ketika mendengar ini, Chevin yang sedang membaca seni bela diri pun segera menutup buku dan berkata, "Bagus! Budak Hina akhirnya keluar juga. Aku ingin mematahkan kakinya! Di mana dia sekarang?"     

Bedjo berhenti terdiam selama beberapa detik sebelum perlahan membuka mulutnya, "Dia… Dia membawa Nona Maureen dan Nona Sisi pergi..."     

"Pergi? Pergi ke mana? Kenapa kamu ragu-ragu mengatakannya? Jangan bicara setengah-setengah! Cepat katakan!"     

Chevin berdiri dengan tidak sabar.     

"Mereka bertiga pergi ke Laboratorium DNA Favorit," jawab Bedjo.     

"Apa?"     

Ketika Chevin mendengar kata-kata 'Laboratorium DNA Favorit', seketika kakinya lemas hingga langsung jatuh terduduk.     

"Tuan Muda Chevin, apa Anda baik-baik saja?" Bedjo bertanya dengan prihatin.     

Chevin linglung.     

"Kenapa mereka berdua membawa Sisi ke Laboratorium DNA Favorit? Mungkinkah dia adalah ayah Sisi?!"     

Dalam beberapa tahun terakhir, siapa ayah biologis putri Maureen selalu menjadi misteri besar di Bogor. Jangankan orang luar seperti Chevin, bahkan orang tua kandung Maureen pun tidak tahu.     

Chevin teringat saat kemarin Sean menggendong Sisi, Sisi tertawa bahagia, sementara Maureen yang berada di samping juga menunjukkan senyum bahagia. Tiba-tiba dia tersadar.     

"Pantas saja bocah ini langsung akrab dengan Maureen dan Sisi begitu naik ke atas. Ternyata dia mantan kekasih Maureen dan ayah kandung Sisi!"     

Bedjo mengingatkan, "Tuan Muda Chevin, bocah itu mungkin bukan ayah kandung Sisi. Kalau tidak, dia tidak perlu melakukan tes DNA, kan? Dia hanya bisa dikatakan pernah tidur dengan Nona Maureen."     

Argghhh!     

Ketika mengetahui wanita yang dicintainya sudah tidur dengan musuhnya dan melahirkan seorang anak, Chevin meninju meja dan sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi.     

"Jika bocah itu memang sudah berhubungan dengan Maureen, kenapa dia tidak menikahinya? Di seluruh Indonesia, siapa yang tidak ingin menikahi Maureen dan menjadikannya sebagai istri? Tidak peduli siapa identitas pria ini, bahkan jika dia adalah orang terkaya atau putra seorang pejabat tinggi, keluarga Susetia pasti bisa menyamainya."     

Chevin merasa ada yang sangat aneh. Jika itu orang lain yang memiliki kesempatan untuk membuat Maureen hamil, bukankah mereka akan mengambil kesempatan ini untuk melamar keluarga Susetia? Dengan status keluarga Susetia di Indonesia, siapa yang bisa menjadi menantu dari keluarga Susetia bisa dibilang akan memiliki hidup yang mudah di negara ini.     

Bedjo tertawa dan berkata, "Jika bocah itu benar-benar putra orang kaya atau pejabat tinggi yang mendekati Nona Maureen dengan segala cara hingga membuatnya hamil, tentu saja dia akan melamar keluarga Susetia."     

Chevin merasa ada yang aneh dengan kata-kata Bedjo. Dia pun bertanya, "Bedjo, apakah kamu tahu sesuatu?"     

Bedjo dengan cepat menyangkal, "Tidak, tidak! Saya hanya menebak sembarangan."     

"Bajingan!" Chevin memukul meja dengan kejam, "Bajingan tidak tahu diuntung! Kamu makan dan tinggal bersamaku, tapi kamu malah menyembunyikannya dariku? Apa yang kamu tahu? Cepat katakan!"     

Bedjo sudah menjadi bawahan Chevin selama bertahun-tahun. Tidak ada yang bisa disembunyikannya dari pandangan Chevin. Bedjo tahu bahwa Chevin marah, jadi dia tidak berani menyembunyikannya lagi.     

"Tuan Muda Chevin, saya akan memberitahu Anda tentang hal ini, tapi saya mohon, jangan katakan pada siapapun kalau saya yang mengatakannya. Jika tidak, saya bisa mati."     

"Jika kamu masih berbicara omong kosong, percaya atau tidak, aku akan membunuhmu sekarang juga!" bentak Chevin yang kesabarannya sudah hilang.     

"Baik, baik, baik! Saya akan mengatakannya." Bedjo tidak berani banyak bicara lagi dan langsung memberitahu, "Tahun lalu, saya mendengar berita. Katanya, suatu hari tiba-tiba Tuan Marvin minum banyak alkohol dan berkelahi dengan seseorang. Dia mabuk dan berkata, 'Kakakku sudah dinodai seorang bajingan. Aku pasti akan membunuh binatang ini!'"     

Mendengar ini, Chevin terkejut. "Marvin benar-benar mengatakan itu?"     

Bedjo mengangguk. "Saya yakin!"     

Chevin kaget. Wanita yang merupakan dambaan hatinya, Maureen Susetia, ternyata sudah pernah diperkosa oleh pria lain. Jelas Chevin juga heran. Jika Sean yang berkelahi dengannya kemarin adalah bajingan yang memperkosa Maureen, kenapa Marvin meminta Sean menjadi sopirnya?     

Bedjo berkata, "Tuan Muda Chevin, Nona Maureen terlihat polos di permukaan, tapi sebenarnya entah sudah berapa banyak pria yang pernah menjalin hubungan dengannya. Jika tidak, bocah itu tidak akan membawanya untuk melakukan tes DNA, bukan? Saya rasa berdasarkan latar belakang Tuan Muda Chevin, lebih baik jangan mencari wanita dengan perilaku liar seperti itu."     

Chevin sontak menampar wajah Bedjo.     

"Dasar bajingan! Memangnya kamu layak menilai Maureen?" bentak Chevin, "Siapkan mobil sekarang juga! Aku akan segera ke Laboratorium DNA Favorit!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.