Ingin Kukatakan Sesuatu

Menghukum Marvin!



Menghukum Marvin!

0"Apa?! Kenapa bisa begini?! Kenapa Chintia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presdir Best Express??"     

Jabatan sebagai Presiden Direktur perusahaan Best Express merupakan hadiah dari Sean untuk Chintia, serta mewakili cinta dan kompensasi Sean untuknya, tapi kenapa dia…     

Pada saat ini, tiba-tiba Sean tersadar bahwa apa yang dikatakan Marvin barusan bukanlah gertakan, atau gosip belaka, melainkan untuk membuat Sean tersadar.     

Kemungkinan itu benar!     

Sean segera melakukan panggilan berikutnya, yaitu menghubungi Jasmine. Nomor Jasmine dapat terhubung, yang artinya dia sedang tidak dalam penerbangan sekarang. Selain itu, berarti Sean belum diblokir olehnya. Namun, setelah berdering berkali-kali, Jasmine tetap tidak menjawab telepon.     

Sean memiliki temperamen yang sangat keras kepala. Jika sekali menelepon tidak juga diangkat, dia akan berusaha sampai Jasmine mengangkatnya. Namun, setelah menelepon berkali-kali berturut-turut, Jasmine tetap tidak menjawab.     

Sebaliknya, Jasmine mengirimi Sean pesan selama telepon beruntun yang dilakukan Sean.     

[Jasmine]: Jangan telepon aku lagi. Kakakku menyuruhku untuk tidak memedulikanmu lagi.     

Sean pun segera mengubah pesan yang ditulisnya dan membalas. Tidak lama pun, Jasmine menjawab.     

[Sean]: Jasmine, aku hanya ingin menanyakan satu pertanyaan padamu. Apa benar kakakmu akan menikah dengan Julius?     

[Jasmine]: Ya!     

Dalam sekejap, Sean seperti terjatuh dari surga ke neraka.     

Sean dengan begitu susah payah keluar dari kabut pengkhianatan Giana dan mendapatkan kembali kebahagiaan dari putrinya bersama Maureen. Beberapa hari ini, kebahagiaannya sedang mencapai puncaknya. Namun, saat dia hendak meninggalkan Bogor, dia mendapat pukulan yang sangat hebat.     

Chintia adalah wanita yang paling Sean cintai. Pengkhianatannya akan membuat Sean seratus kali, atau bahkan seribu kali lebih sedih daripada pengkhianatan Giana.     

Giana adalah seorang wanita yang materialistis. Selama tiga tahun menikah dengan Sean, dia bahkan tidak membiarkan Sean menyentuhnya. Selama itu, dia bahkan juga menghina Sean dengan berbagai cara.     

Begitu Sean tidak punya uang, sikap Giana paling cepat berubah dibandingkan orang lain. Tetapi, Chintia berbeda. Chintia bersedia menemani Sean saat Sean berada di titik terendah dan bahkan mengatakan sesuatu seperti, "Meskipun di Banten aku harus menjadi gelandangan miskin bersama Sean, aku juga rela!"     

Bahkan ketika berada di Banten beberapa waktu lalu, saat Sean melakukan tes DNA untuk anak Giana, Chintia masih menghibur Sean. Bagaimana bisa seorang wanita yang mencintai dirinya sendiri seperti ini menikah dengan orang lain begitu saja?     

"Hahaha. Bagaimana? Aku tidak sembarangan bicara, kan?"     

Marvin tertawa bahagia di samping. Namun, dia tidak menyadari bahwa saat ini Sean sedang dalam keadaan marah besar.     

Bak!     

Sean meninju wajah Marvin, lalu meraih Marvin dengan kasar dan mengamuk, "Marvin! Apa kamu yang melakukannya? Setelah Giana, sekarang kamu ingin mengusik Chintia juga? Aku akan membunuhmu sekarang juga!"     

"Jangannn!" Maureen buru-buru memohon belas kasihan pada Sean.     

Marvin yang merasa sudah dituduh sembarangan pun berkata, "Apa hubungannya denganku?! Aku bahkan tidak pernah bertemu dengan Chintia!"     

Sebelum datang, Marvin berencana untuk mengambil alih masalah ini. Jika Sean bertanya apakah itu ada hubungannya dengan dia, Marvin berencana untuk mengakuinya. Namun, sekarang ekspresi Sean terlalu menakutkan sehingga Marvin pun ketakutan.     

Maureen pun segera membujuk, "Sean, masalah ini tidak ada hubungannya dengan Marvin. Kamu juga mengetahui karakter Nona Chintia. Dia tidak akan termakan ancaman atau bujukan. Bahkan jika Marvin ingin mengancamnya atau memberinya uang, bukankah dia tidak akan menerimanya?"     

Sean mengangguk. Karakter Chintia sangat arogan, jadi Marvin tidak akan bisa mengancamnya sama sekali.     

"Chintia menikahi Julius secara sukarela. Tidak ada yang memaksanya!" kata Marvin, "Sean, aku sarankan lebih baik kamu menyerah. Kakakku menyukaimu. Ini adalah sebuah keberuntungan di hidupmu! Dalam hal penampilan, kepribadian, kultivasi, dan latar belakang keluarga, gabungan Giana dan Chintia bahkan kurang dari sepersepuluh kakakku!"     

Sean menunjuk Marvin dan berkata, "Apakah Chintia secara sukarela atau tidak, dan apakah masalah ini ada hubungannya denganmu atau tidak, aku sendiri yang akan mencari tahu. Tidak peduli seberapa baik kakakmu, itu tidak ada hubungannya denganmu. Marvin, kamu telah membuatku marah berkali-kali. Sebelum meninggalkan Bogor, aku harus menghukummu!"     

Marvin tertawa terbahak-bahak. "Haha! Orang tidak memiliki kekuatan sepertimu mau menghukumku? Ini Bogor! Ini kompleks perumahan keluarga Susetia-ku! Aku baru saja menyelamatkan harga dirimu! Apa kamu tahu berapa banyak orang yang akan bergegas masuk ketika aku bersiul?"     

Ada banyak pos tersembunyi di dekat rumah Maureen dan Sean mengetahui hal ini sejak hari pertama dia datang ke sini. Selain itu, semua orang yang diatur oleh Marvin sudah diawasi oleh orang-orang Andy dari kejauhan. Mereka dapat mengurus orang-orang Marvin kapan saja.     

"Tidak peduli berapa banyak orang yang akan bergegas masuk, itu tidak bisa menghentikanmu untuk pergi ke angkasa!" kata Sean.     

"Apa maksud perkataanmu?"     

Marvin kebingungan selama beberapa saat, tapi kemudian segera mengerti apa yang sedang terjadi.     

Dua puluh menit kemudian, sebuah UFO tiba-tiba muncul di jalanan dan terbang pada ketinggian rendah hingga menarik perhatian banyak warga.     

"Bukankah ini UFO yang muncul di Banten? Kenapa sekarang muncul di Bogor?"     

"Ya Tuhan, keren sekali! Pasti ada alien di dalamnya!"     

UFO segera mendarat di halaman Maureen. Kemunculan UFO juga menarik perhatian Sisi hingga dia datang ke halaman untuk melihatnya.     

"Wow! Pesawatnya indah sekali! Ayah, apa pesawat ini milik Ayah? Aku ingin naik!" seru Sisi dengan gembira.     

Pada saat ini, seorang pria botak keluar dari kursi pengemudi di UFO. Tampangnya yang garang membuat Sisi ketakutan. Dia adalah bawahan Sean yang mengikutinya saat di Jakarta, John.     

Pada saat John turun dan melihat Sisi, dia segera mengeluarkan permen lolipop untuk membuatnya senang.     

"Nona Sisi si kecil yang cantik, kan? Aku mengambil permen lolipop pelangi ini dari langit untuk diberikan pada Nona. Silahkan diterima!"     

Sisi tercengang. "Wow! Diambil dari langit? Benarkah?"     

"Tentu saja benar," jawab John, "Apa Nona tidak melihat saya turun dari langit?"     

Sisi terus mengangguk. "Lihat! Sangat keren!"     

Sisi mendapati paman berkepala botak ini sangat menghormatinya, jadi dia tidak bersikap waspada dan mengambil permen lolipop.     

Setelah memberikan hadiah pada Sisi, John mendatangi Sean. "Tuan Muda."     

Sisi terkagum-kagum lagi. "Ayah, paman botak ini orang Ayah?"     

Sean mengangguk.     

"Kalau begitu, bisakah aku naik pesawat bundar milik paman berkepala botak?" tanya Sisi lagi.     

Sean menggelengkan kepalanya. "Pesawat bundar ini bukan untukmu, tetapi untuk pamanmu."     

Mendengar ini, Marvin berkeringat dingin. Ketika berada di Jakarta, dia pingsan ketika mobilnya menabrak benda ini dan ditangkap oleh Sean. Melihat UFO ini membuat Marvin teringat akan ingatan buruk itu.     

Sisi merasa cemburu. "Hmph! Ayah hanya sayang pada Paman, tapi tidak sayang pada Sisi! Ayah bahkan tidak membiarkan Sisi naik dulu. Bukankah Ayah terlalu baik pada Paman?"     

Baik terhadapku?     

Seketika Marvin ingin memberi Sisi pelajaran privat dan memberitahu betapa jahatnya Sean.     

Sean memandang Marvin. "Lihat, tidak? Bahkan Sisi iri padamu. Ayo masuk."     

"Aku tidak mau!"      

Marvin meraih pohon besar di halaman dan tidak mau melepaskannya. Sean mengedipkan mata pada John. John pun segera menghampiri dan menggendong Marvin.     

"Ayo, Tuan Muda Marvin! Ini sangat seru!"     

Marvin menendang John, tetapi John menghindar.     

"Jangan dekat-dekat! Begitu aku bersiul, puluhan anak buahku akan keluar untuk melindungiku! Hari ini, jangan harap seorangpun dari kalian bisa menyentuhku!"     

Pwiwittt!     

Marvin bersiul. Hanya saja, satu menit berlalu…     

Lima menit berlalu…     

Sepuluh menit berlalu...     

Tidak ada satu pun yang bergegas masuk ke rumah Maureen.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.