Ingin Kukatakan Sesuatu

Marvin: ‘Kakek, Selamatkan Aku!’



Marvin: ‘Kakek, Selamatkan Aku!’

0Pwiwittt! Pwiwittt!     

Marvin masih bersiul tanpa lelah, tetapi semakin dia bersiul, dia semakin merasa putus asa.     

"Apa yang terjadi? Di mana orang-orangku? Kenapa mereka belum masuk?"     

Sean berkata pada Marvin, "Orang-orangmu tidak akan bisa masuk. Ayo pergi. Aku sudah berjanji untuk mengirimmu ke angkasa. Aku pasti melakukan apa yang aku katakan."     

Sean dan John memaksa Marvin masuk ke UFO. Kemudian, John duduk di kursi pengemudi, sementara Marvin di kursi penumpang. Tidak lama kemudian, John segera lepas landas dan terbang di langit lagi.     

"Wow! Paman dan Paman berkepala botak terbang!" Sisi mendongak dan melihat piringan yang semakin kecil di langit.     

Maureen sangat khawatir tentang keselamatan Marvin. "Sean…"     

Sean berkata pada Maureen, "Jangan khawatir. Dia tidak akan mati."     

Jika Sean ingin membunuhnya, dia tidak akan menggunakan metode yang merepotkan seperti ini. Tetapi, hukuman ini cukup untuk membuat Sean merasa sangat lega.     

Di atas langit, John mengemudikan UFO, sementara Marvin berkeringat gugup. Tiba-tiba Marvin mengeluarkan sebuah kunci yang terlihat seperti kunci biasa, namun sebenarnya adalah sebuah pisau kunci. Pisau saku itu dilipat di dalam kunci sehingga sangat tersembunyi. Ini adalah jenis pisau yang harus dimiliki oleh banyak agen rahasia saat sedang berada di luar.     

Marvin membawa pisau kunci untuk berjaga-jaga dan berkata pada John, "Namamu John, kan? Haha. Segala kekacauan yang terjadi di Jakarta bergantung pada keputusan akhirmu. Sayangnya, ini Bogor! Segala kekacauan di Bogor, semuanya tergantung keputusanku!"     

"Kamu mencoba untuk menendangku ke angkasa? John, bukannya aku membencimu, tapi entah di darat atau di pesawat ini, aku bisa mengalahkanmu satu lawan satu dan membuatmu menangis!"     

John tersenyum dan melirik Marvin. "Tuan Muda Marvin, kamu tidak perlu gugup. Tuanku tidak membiarkanku menendangmu."     

John terus menekan beberapa tombol, sepertinya mengatur navigasi otomatis. Marvin juga tidak pernah menyentuh benda-benda seperti pesawat terbang, jadi dia hanya melihatnya.     

"Apakah kamu sedang menggunakan navigasi otomatis? Ke mana tujuannya?" tanya Marvin.     

Dengan pengaturan navigasi otomatis, UFO akan secara otomatis terbang ke tujuan tanpa perlu pilot dan bisa terbang sendiri. Jangankan UFO palsu ini, mobil listrik Tesla milik Elon Musk sejak dulu memiliki fungsi mengemudi autopilot.     

"Kamu akan tahu sebentar lagi," jawab John.     

Setelah John selesai mengaturnya, pintu pengemudi tiba-tiba terbuka.     

Whush… Whush… Whushhh… Whushhh...     

Meskipun laju penerbangannya tidak cepat, tapi tetap saja ada angin kencang yang bertiup ke dalam UFO.     

"Apa yang ingin kamu lakukan?!"     

Marvin sangat ketakutan sehingga segera mengambil pisaunya lagi.     

John tersenyum dan berkata, "Jangan panik begitu. Aku tidak akan menendangmu. Aku yang akan turun. Selamat tinggal, Tuan Muda Marvin. Semoga perjalananmu menyenangkan. Oh, ya! Tuan Muda Sean bilang, UFO ini untukmu."     

Setelah itu, John melompat dari pesawat dan menghilang!     

Srak!     

Begitu John melompat, parasut pun keluar.     

"Sial! Sebenarnya Sean ingin mengirimku ke mana?"     

Marvin gelisah. Dia sangat ingin menerbangkan pesawat UFO ini dan menghentikannya, tetapi dia tidak tahu cara mengoperasikannya. Sebelum mengetahui apa yang sedang terjadi, UFO sudah mencapai tujuannya dan berhenti di udara.     

Marvin menunduk dan tiba-tiba ingin memaki, "Si berengsek Sean ini rupanya mengirimku ke kantor polisi!"     

Begitu UFO muncul di atas kantor polisi, UFO langsung menarik perhatian para penjaga.     

Dalam waktu kurang dari dua menit, polisi segera mengenakan senjata lengkap dan mengarahkan senjata mereka ke Marvin dan UFO.     

Kepala Polisi memegang pengeras suara dan berteriak pada Marvin, "Orang yang di atas sana! Dengar! Segera daratkan pesawat Anda sekarang juga!"     

Marvin ingin berteriak menjelaskan, tetapi pada saat ini, tiba-tiba dari pesawat terdengar suara John.     

"Para petugas kepolisian! Saya Marvin Susetia! Saya datang untuk menyerahkan diri! Saya sudah menghancurkan keluarga orang lain dengan memperkosa istrinya. Saya pantas mati karena kejahatan saya. Tolong hukum saya!"     

Marvin sontak tercengang. "Sial! Kenapa bisa begini?!"     

John sudah kabur dengan menggunakan parasut, tapi kenapa suaranya masih ada? Mungkinkah direkam terlebih dulu dan waktunya telah sengaja diatur untuk diputar pada saat ini?     

"Para petugas kepolisian! Saya Marvin Susetia! Saya datang untuk menyerahkan diri! Saya sudah menghancurkan keluarga orang lain…"     

Suara John terdengar lagi. Ini adalah mode pengulangan tanpa akhir.     

"Arghhh! Dasar Sean berengsek!"     

Marvin menghentakkan kakinya dengan marah.     

Di bawah, Kepala Polisi berteriak dengan pengeras suara, "Marvin Susetia, kami telah mendengar dan mengetahui kejahatan Anda. Segera turunkan pesawat ini dengan aman, maka kami akan mempertimbangkan keringanan hukuman Anda."     

"Saya ulangi, Marvin Susetia, kami telah…"     

Setelah berteriak beberapa kali, Marvin tidak bisa menjawab dan hanya terus mengulangi pengakuan yang telah direkam John untuknya.     

Setelah sepuluh menit kebuntuan, Kepala Polisi berkata, "Tolong segera turunkan pesawat Anda, atau kami akan menembak Anda dengan senjata berat!"     

"Saya ulangi! Tolong segera…"     

"Pergi dan bawakan meriam."     

"Jangan! Jangan! Jangan menyerangku! Aku memang ingin turun!"     

Begitu mendengar bahwa dia akan ditembak, Marvin ketakutan. Sejak tadi dia sudah mencari parasut di pesawat dan akhirnya menemukannya. Dia adalah orang yang takut ketinggian, tetapi sekarang dia tidak punya pilihan lain selain terjun payung. Namun, ketika melihat ke bawah, ketinggiannya terlalu rendah. Jika Marvin turun dengan parasut, dia tidak akan punya waktu untuk membuka parasut dan akan mati terjatuh.     

Sky diving adalah salah satu dari lima kematian teratas olahraga paling ekstrem.     

Meskipun Marvin takut ketinggian, dia masih menggunakan akal sehatnya. Dia tidak punya pilihan selain menghubungi kakeknya.     

———     

Pada saat ini, Suhendra baru saja menelepon Julius untuk memberi selamat padanya atas pernikahannya dan mengatakan bahwa pada tanggal 15, dia akan berusaha menyempatkan untuk datang dan memberi selamat padanya.     

"Marvin, kebetulan kamu menelepon.. Lima hari lagi adalah pernikahan Julius dan Chintia. Di antara kamu dan Matthew, siapa yang akan pergi?" tanya Suhendra.     

Marvin menangis dan berkata, "Kakek, cepat selamatkan aku. Jika Kakek tidak datang untuk menyelamatkanku, aku akan diledakkan dan tidak akan bisa pergi ke mana pun."     

"Apa?! Di mana kamu?"     

———     

Pada saat ini, Sean mengucapkan selamat tinggal pada Sisi, lalu meninggalkan rumah Maureen dan tiba di bandara, tempat jet pribadinya diparkir. Sekarang dia ingin bergegas ke Surabaya bersama Andy dan anak buah lainnya.     

"Tuan Muda Sean, maafkan saya. Selama periode waktu ini, saya memperhatikan keselamatan Anda di Bogor sehingga saya tidak memperhatikan situasi di pihak Presdir Chintia."     

Andy tak kalah terkejut ketika tadi mengetahui kabar bahwa Chintia dan Julius akan menikah.     

Sean melihat ke luar jendela dan berkata, "Tidak apa-apa. Chintia hanya marah padaku. Tiba-tiba aku memiliki seorang putra dan seorang putri. Selain itu, aku tidak bisa menghabiskan waktu bersamanya akhir-akhir ini. Dia pasti tidak bisa menerimanya dan marah padaku. Asalkan aku tiba di Surabaya, minta maaf padanya, dan membujuknya, semuanya akan baik-baik saja. Hubungan kami tidak akan berakhir dengan begitu mudah."     

Andy mengangguk dan berkata, "Benar! Presdir Chintia sangat mencintai Anda. Ketika Anda berpura-pura diusir dari keluarga, dia selalu ada untuk Anda. Tidak ada alasan baginya untuk tidak bersama dengan Anda di saat Anda gemilang seperti sekarang ini. Pasti Julius si tua bangka itu yang sudah mengambil keuntungan saat Anda tidak ada waktu untuk menemani Presdir Chintia dan membuatnya goyah."     

Begitu teringat akan Julius, Sean pun mengamuk.     

"Beraninya si tua bangka ini menyentuh tunanganku! Dia benar-benar cari mati!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.