Ingin Kukatakan Sesuatu

Bahkan Seorang Pahlawan Tidak Dapat Berbuat Apa-apa Tanpa Uang!



Bahkan Seorang Pahlawan Tidak Dapat Berbuat Apa-apa Tanpa Uang!

0Chevin memperingatkan Maureen setelah dia tahu bahwa Maureen setuju menikah dengannya karena marah. Sebagai pria yang menjunjung tinggi harga dirinya, dia paling memedulikan pandangan orang lain. Dia tidak akan membiarkan Maureen ingin menikah, lalu membatalkannya seenaknya.     

Sementara, Maureen sendiri wanita yang sangat cerdas. Melihat pria di depannya yang tidak disukainya, dia berkata, "Jangan khawatir. Aku sudah memutuskan untuk menikahimu, jadi aku tidak akan berubah pikiran."     

Chevin tersenyum bahagia. Dia juga tahu Maureen orang yang bermartabat dan berhati-hati dalam tindakannya. Wanita seperti Maureen sangat cocok untuk dijadikan istri. Berbeda dengan putri kaya dari keluarga kecil yang akan bertindak seenaknya dan menimbulkan masalah.     

Akhirnya Chevin dengan senang hati mendiskusikan pernikahanya dengan Maureen. Misalnya saja, ke mana harus pergi untuk melakukan pemotretan pernikahan? Di rumah atau di luar negeri? Selain itu, jenis cincin apa yang disukainya? Apa jenis gaun pengantin yang disukainya? Kemudian, siapa pengiring pengantinnya? Mau atau tidak mengundang selebriti?     

Sementara Chevin terus mengganggu Maureen untuk membicarakan hal ini, Sean juga mengajari Sisi bermain piano di dalam rumah.     

Dua jam kemudian, baru saat itulah Maureen dan Chevin datang untuk melihat keadaan Sean dan Sisi.     

Dalam hatinya, Maureen terheran-heran. Sisi tidak pernah duduk diam saat bermain piano selama dua jam berturut-turut. Biasanya dia akan merengek untuk keluar setelah bermain setengah jam.     

Memang benar. Seorang ayah lebih berguna daripada guru mana pun. Maureen semakin tahu pengaruh cinta seorang ayah terhadap tumbuh kembang putrinya. Maureen tidak ingin Sisi melewatkan hal ini.     

Maureen datang dan berjongkok di depan Sisi, kemudian membelai rambut Sisi dengan senyum bahagia di wajahnya. "Sisi sangat pintar. Setelah bermain begitu lama, lelah, ya? Sudah waktunya makan."     

Sudah waktunya makan siang dan Sisi memang sudah agak lapar.     

"Ya!"     

Sisi pun digendong dari kursi oleh Maureen. Pada saat ini, Maureen juga dengan sopan bertanya pada Sean, "Apa kamu akan tinggal di sini untuk makan siang?"     

Sean mengatakan sesuatu yang sangat menyakiti Maureen tadi malam. Jika itu wanita lain, ketika bertemu, Sean pasti akan diperlakukan sebagai musuh. Namun setelah Sean meminta maaf, sikap Maureen jauh lebih lembut dan dia bahkan mengundang Sean untuk makan di sini.     

Maureen benar-benar wanita yang baik.     

Sean menghela napas di dalam hati, lalu berkata, "Oke. Aku juga ingin menemani Sisi lebih lama lagi."     

"Hore! Hore!" Sisi bertepuk tangan dengan gembira.     

Pada saat ini, Chevin berkata dengan dingin, "Aku lihat kamu hanya pura-pura ingin menemani Sisi. Bukannya sebenarnya kamu di sini karena ingin menumpang makan? Sean, sepertinya sekarang kamu bahkan tidak punya uang untuk makan, kan?"     

Sean tampak malu karena dia benar-benar tidak punya uang untuk makan sekarang. Dia tidak memiliki uang tunai sama sekali dan tidak bisa melakukan pembayaran elektronik.     

Chevin selalu ingin membalas dendam pada Sean. Sekarang ketika bertemu kembali saat Sean sedang terpuruk, mana mungkin dia melepaskannya begitu saja?     

Chevin berkata sambil tersenyum, "Maureen, kamu tidak tahu? Tadi Sean datang naik taksi dan bahkan tidak mampu membayar ongkos taksi yang hanya 30 ribu saja. Akhirnya Sisi menggunakan uang jajannya dan membayarnya untuk Sean. Benar-benar sangat memalukan! Aku belum pernah bertemu laki-laki yang begitu memalukan seperti ini!"     

Wajah Sean memerah. Dia ingin marah, tetapi amarahnya hanya akan semakin membuktikan ketidakmampuannya. Hanya dengan melemparkan uang ke wajah Chevin, barulah Sean bisa membungkam bajingan ini. Namun, dia sekarang tidak bisa melakukannya.     

Maureen sangat terkejut dan tidak bisa memercayainya. "Kenapa bisa begitu? Apakah pembayaran elektronik juga tidak bisa digunakan?"     

Sean mengangguk. "Ya, sudah diblokir."     

Chevin mencibir, "Haha! Rekening bank diblokir dan pembayaran elektronik juga diblokir. Aku rasa sekarang kamu juga tidak memiliki banyak uang tunai. Di Bogor, kamu hanya bisa makan angin saja!"     

Sisi tidak begitu mengerti tentang percakapan antara orang dewasa, tetapi dia bisa melihat bahwa wajah ayahnya muram. Selain itu, penyebabnya adalah karena masalah uang.     

"Ayah, Ibu punya uang! Aku akan mengambilkannya untuk Ayah!"     

Sebelum Sean dan Maureen bisa menahannya, Sisi segera berlari keluar. Kemudian, dia pergi dengan cepat ke kamar Maureen.     

"Ayah, ini!"     

Sisi menemukan dompet entah dari mana dan menyerahkannya pada Sean. Dompet itu panjang dan dapat dilihat ada banyak uang kertas ratusan ribu di dalamnya.     

Sean merasa tersentuh sekaligus sedih. Dia tersentuh karena putrinya sangat peduli padanya dan memberinya uang. Sekaligus sedih, karena sebagai ayah Sisi, dia begitu putus asa sampai-sampai meminta uang dari putrinya.     

"Sisi, Ayah tidak bisa mengambilnya. Cepat kembalikan pada Ibu."     

Bagaimana mungkin Sean bisa mengambil uang ini di depan Maureen dan Chevin? Ini terlalu memalukan!     

Maureen mengambil dompet itu dan mengeluarkan semua uang kertas seratus ribuan. Jumlahnya sekitar 20 lembar uang kertas, atau setara dengan 2 juta rupiah. Kemudian, Maureen menyerahkan uang itu pada Sean.     

"Sean, meskipun aku sangat marah padamu tentang apa yang terjadi tadi malam, itu masalah yang berbeda. Sekarang asetmu dibekukan karena kakekku. Kamu bisa menggunakan uang ini dulu. Jika tidak cukup, aku akan memberimu lagi."     

Ketika Chevin mengetahui aset Sean dibekukan oleh Suhendra, dia tidak hanya merasa sangat senang, tetapi juga semakin bertambah kagum akan kemampuan Suhendra.     

Chevin tersenyum dan berkata, "Oh, pantas saja kamu ke sini pagi-pagi sekali dan menyuruh sopir taksi untuk mengebut hingga menabrak mobilku. Jadi, kamu datang ke sini untuk meminta uang. Bukankah kamu sama saja dengan pengemis?"     

Bedjo yang berjaga di pintu ikut menyahut, "Jika dari tadi aku tahu kalau Tuan Sean ke sini untuk meminta uang pada Nona Muda, aku tidak akan membalap taksinya! Dia meminta uang untuk menyambung hidupnya. Mana mungkin lebih mendesak dari kami, kan?"     

Sean memelototi Chevin dan Bedjo dengan ganas, lalu dengan lembut menjangkau Maureen dan mengembalikan uangnya.     

"Terima kasih, aku terima kebaikan hatimu. Aku punya tangan dan kaki. Meski asetku dibekukan, percayalah, aku juga bisa mengandalkan kekuatan dan kemampuanku untuk menghidupi diriku sendiri."     

Maureen tahu Sean adalah orang yang memiliki harga diri yang tinggi. Bagaimanapun juga, belum lama ini dia masih disebut sebagai orang terkaya di Indonesia. Selain itu, orang luar seperti Chevin dan Bedjo sedang menertawakan Sean, jadi bagaimana mungkin Sean bisa menerima sedekah ini? Maureen pun tidak memaksanya.     

"Baiklah. Kalau begitu, ayo kita makan bersama saja."     

"Ya."     

Sean dan Maureen yang digandeng oleh Sisi tiba di meja makan dan duduk. Seluruh hidangan lezat sudah diletakkan di meja makan dan aromanya bahkan bisa tercium dari kejauhan. Hidangan di meja ini bisa dibilang sangat beragam dan beraneka rasa.     

Chevin duduk dengan begitu angkuh, kemudian berkata, "Maureen, Sisi, semua hidangan ini dibuat oleh koki yang bertanggung jawab atas jamuan makan negara dan dimasak untuk presiden dari berbagai negara. Ayo cepat coba."     

Sean mengangguk-anggukan kepalanya. Dia juga mengerti tentang makanan. Hanya dengan melihat hidangan dan pengaturannya, dia tahu hidangan-hidangan ini sangat tidak biasa. Namun, ketika dia mengambil sendok, tiba-tiba Chevin membentaknya.     

"Sean, hidangan ini dipesan khusus untuk Maureen dan Sisi! Kamu tidak boleh memakannya!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.