Ingin Kukatakan Sesuatu

Mimpi Yuana menjadi Bintang!



Mimpi Yuana menjadi Bintang!

0Baik Yuana maupun Sean sangat terkejut karena mereka bisa bertemu di Bogor.     

"Kak Sean?"     

Yuana, yang duduk di kursi penumpang bagian depan, mengenakan pakaian yang sangat minim untuk menonjolkan lekuk tubuhnya yang indah.     

Meskipun jendela di sisinya terbuka, dia tidak melihat Sean sama sekali. Bagaimanapun juga, sekarang Sean hanya seorang satpam. Wanita kaya dan cantik yang mengendarai Ferrari itu tidak akan peduli seperti apa tampang seorang satpam.     

Jika Sean tidak memanggilnya, sepertinya Yuana akan melewati Sean begitu saja.     

Yuana memandang Sean dari atas ke bawah. Dia juga tahu apa yang terjadi pada Sean baru-baru ini. Dia bertanya, "Kamu… datang ke Bogor untuk menjadi satpam?"     

Sean mengangguk dengan canggung.     

Sean pernah menjadi Presiden Direktur Grup Citra Abadi. Dia merupakan pria kalangan atas yang dikagumi keluarga Wangsa. Setiap hari Yuana bahkan menemuinya dan mengejarnya. Tetapi, sekarang di depan Yuana, Sean hanyalah seorang satpam yang merupakan pegawai biasa.     

"Kenapa kamu bisa ada di Bogor?" tanya Sean. Seharusnya saat ini Yuana sedang kuliah di Jakarta.     

"Aku sedang sekolah film di Bogor. Aku bersiap untuk ikut syuting dan masuk industri hiburan!" jawab Yuana.     

Sean terkejut. "Kenapa tiba-tiba kamu belajar akting dan memasuki industri hiburan? Apa orang tuamu setuju?"     

"Sebenarnya aku memang sudah berencana untuk belajar akting. Tahun lalu aku juga ikut ujian dan wawancara di sekolah film, tapi orang tuaku tidak setuju. Sekarang sudah tidak masalah. Keluargaku sudah tidak punya uang, jadi mereka setuju aku masuk industri hiburan untuk mencari uang," terang Yuana.     

Sean mengangguk. Sean sangat mengenal seperti apa orang tua Yuana.     

Sebenarnya seluruh keluarga Wangsa memiliki harga diri yang tinggi. Meskipun hanya keluarga kaya kelas dua, persyaratannya untuk anak-anak mereka sama dengan keluarga kelas satu, yaitu anak-anaknya tidak diizinkan memasuki industri hiburan.     

Sekarang seluruh keluarga Wangsa terjerat hutang, kecuali Giana yang memiliki 3 triliun yang diberikan Marvin padanya. Sementara, Giana dan Yuana selalu berselisih sehingga Giana tidak mungkin memberi uang pada Yuana. Bisa dibilang masuknya Yuana ke industri hiburan juga disebabkan oleh balas dendam Sean terhadap Giana.     

"Aku baru saja mendengar dia memanggilmu Jefer?" tanya Sean.     

Yuana tertawa. "Haha. Jennifer! Aku mengganti namaku menjadi Jennifer Wangsa. Ini nama panggungku! Nama sebelumnya terlalu kuno! Tidak akan bisa terkenal!"     

Nama Yuana memang tidak semodern nama Jennifer.     

Melihat gadis yang ada di depannya ini, Sean merasa sama sekali tidak mengenalnya. Yuana sudah banyak berubah. Wajahnya sudah berubah. Dia pergi ke Korea Selatan untuk operasi plastik dan lekuk tubuhnya juga berkali-kali lebih bagus daripada tiga tahun yang lalu. Bahkan, karakternya juga sudah berubah. Dia menjadi lebih dewasa dan bijaksana.     

Sebelumnya, Yuana sering menghina Sean. Tetapi, sejak mengetahui identitas Sean, bahkan jika Sean menjadi orang miskin beberapa kali, Yuana selalu sangat baik pada Sean.     

Gadis yang duduk di kursi pengemudi tersenyum dan berkata, "Jennifer, aku bahkan tidak tahu kalau dulu namamu Yuana jika bukan karena kakak tampan ini."     

Sean memandang gadis yang duduk di kursi pengemudi sambil tersenyum. Yuana tersenyum dan memperkenalkannya, "Ini teman sekelasku dari sekolah film, Mandy Cendana."     

"Halo," sapa Sean.     

"Halo." Mengetahui bahwa Sean adalah seseorang yang dikenal Yuana, Mandy juga sangat sopan. Dia bertanya, "Apa aku perlu menunjukkan struk belanja untuk bisa parkir di atas? Ini."     

Mandy mengulurkan lengannya yang ramping dan menyerahkan struk belanja pada Sean dengan jumlah pembelian 400 juta. Bisa dilihat bahwa teman sekelas Yuana juga seorang gadis cantik yang kaya raya.     

Sean melirik struk tersebut dan berkata, "Silakan masuk."     

Yuana melambaikan tangannya. "Bye-bye, Kak Sean! Kalau senggang, aku akan mencarimu untuk minum teh bersama."     

"Bye-bye." Sean balas melambai pada mereka berdua.     

Mandy perlahan-lahan mengendarai mobil ke dalam.     

Sambil mencari tempat parkir, Mandy bertanya, "Jennifer, siapa satpam barusan?"     

Dengan sedikit senyum di wajahnya, Yuana menjawab, "Orang yang mengambil ciuman pertamaku!"     

"Sinting!" Mandy terkejut. "Seorang satpam mengambil ciuman pertama Jennifer kami? Ini tidak masuk akal!"     

Yuana terkikik.     

"Jangan melihatnya sebagai satpam sekarang. Sebelumnya dia sangat hebat! Dia Presiden Direktur Grup Citra Abadi, juga mantan kakak iparku. Dulu saat di Jakarta, dia mengendarai Maybach edisi terbatas dan mengenakan setelan jas yang mendominasi. Dia sangat keren sampai rasanya aku ingin menangis! Awalnya aku ingin memberikan keperawananku untuknya, tapi sayangnya dia tidak mau."     

Mandy sudah memarkir mobil saat ini. Dia melonggarkan sabuk pengamannya dan berkata sambil tersenyum, "Untung saja kamu tidak memberikan keperawananmu padanya. Lihat saja betapa buruknya dia sekarang. Bukankah lebih baik memberikan keperawananmu untuk ditukar dengan peran tokoh utama wanita sebuah drama?"     

Sekarang Yuana sedang ingin mengembangkan talentanya. Mandy juga ingin menjadi aktris bersamanya, seperti Carissa yang menjadi perwakilan bintang-bintang di lingkaran industri hiburan.     

"Bukankah kamu bilang Tuan Muda Chevin tidak menyukai selebriti pendatang baru sepertiku?" tanya Yuana.     

"Ada lebih banyak petinggi di lingkaran di Bogor. Tidak hanya Tuan Muda Chevin saja. Aku akan menyuruh Kak Carissa membantumu mencari tahu. Jangan khawatir. Tubuhmu sangat bagus, jadi pasti ada konglomerat generasi kedua yang menginginkanmu. Kita harus menemukan pemodal yang paling kuat, jadi kamu tidak perlu khawatir berada di industri hiburan," kata Mandy.     

Di zaman sekarang, sangat sulit bagi seorang wanita menjadi bintang top tanpa tambang emas di belakangnya.     

———     

Sementara Sean sedang dengan hati-hati melakukan pekerjaannya sebagai satpam, tidak jauh darinya, seorang pria yang terlihat licik menghubungi Chevin.     

"Tuan Muda Chevin, Sean pergi ke BTS Mall untuk menjadi satpam. Sekarang dia berada di tempat parkir lantai tiga."     

Chevin membawa Maureen dan Sisi bersamanya. Barusan mereka memilih toko gaun pengantin.     

"Maureen, ayo pergi ke BTS Mall untuk membeli cincin," ajak Chevin.     

Maureen bukan orang yang suka berbelanja, jadi dia menjawab, "Bagaimana kalau kamu saja yang memilihnya? Aku dan Sisi tidak ikut."     

Chevin ingin membuat Maureen dan Sisi melihat Sean dipermalukan karena bekerja sebagai seorang penjaga keamanan.     

"Ayo pergi bersama. Di sana juga ada tempat permainan anak. Sekalian biarkan Sisi bermain."     

"Baiklah."     

Maureen tidak bersikeras lagi. Sebentar lagi dia akan menikah dengan Chevin, jadi dia berharap Sisi dan Chevin bisa menjalin hubungan yang baik sesegera mungkin.     

Tidak lama kemudian, sebuah Lincoln Navigator dengan plat nomor bagus melaju ke tempat parkir di lantai tiga BTS Mall. Chevin mengemudi, sementara Maureen dan Sisi duduk di barisan belakang. Dia sengaja membuka jendela belakang agar Maureen dan Sisi bisa melihat Sean.     

"Ayah!"     

Maureen jarang menatap orang lain, tetapi Sisi langsung mengenali Sean. Melihat Sean mengenakan seragam keamanan, Maureen segera mengerti mengapa Chevin ingin pergi ke sini.     

"Sisi, Maureen…"     

Sean sangat senang melihat putrinya dan Maureen. Namun, tiba-tiba Chevin tersenyum dan berkata, "Oh, siapa ini? Bukankah ini Sean? Kenapa kamu bekerja sebagai satpam?!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.