Ingin Kukatakan Sesuatu

Yuana Wangsa Mengganti Namanya!



Yuana Wangsa Mengganti Namanya!

0Meskipun hanya dua tiga kali pertemuan singkat, Sean yakin Chevin adalah pria temperamental yang suka main tangan dan semena-mena. Bukan hanya menjadi pilihan suami yang tidak baik, dia juga tidak akan pernah menjadi ayah tiri yang baik.     

Selain itu, Chevin memiliki dendam pribadi dengan Sean dan sangat membencinya. Karena Sisi adalah anak Sean, Chevin bisa saja menumpahkan kebenciannya akan Sean pada Sisi. Inilah yang paling Sean khawatirkan.     

Sisi sangat menggemaskan dan hebat. Sean tidak akan pernah membiarkan siapapun menyakitinya.     

"Jangan khawatir. Bagaimanapun juga, Chevin putra keluarga Laksono yang bermartabat. Bahkan jika dia tidak bisa menjadi ayah yang bertanggung jawab, dia tidak akan memperlakukan Sisi dengan buruk. Selain itu, aku yang akan tetap mengurus Sisi, jadi tidak akan ada yang berbeda dari sebelumnya."     

Karena Maureen berkata demikian, Sean tidak bisa berkata apa-apa.     

Tidak lama kemudian, keduanya keluar dari kamar.     

Begitu keluar, Chevin segera menghampiri dan berkata pada Maureen, "Maureen, aku baru saja menelepon orang tuaku dan orang tuamu. Kita akan segera menikah. Aku ingin keluarga kita makan bersama malam ini."     

Chevin takut Maureen akan terpengaruh oleh Sean dan membatalkan pertunangan dengannya, jadi lebih baik mengambil tindakan terlebih dahulu. Dia membuat janji dengan orang tua dari kedua belah pihak untuk membicarakan hal ini lagi.     

Maureen mengangguk dan tidak menolak. Chevin pun sangat gembira.     

"Bagus! Kalau begitu, ayo bersiap-siap. Ayo kita pilih fotografer pernikahan dulu."     

"Ya." Maureen setuju, lalu berjalan menuju Sean. "Bagaimana kalau kamu datang kembali besok pagi saja?"     

"Oke."     

Sean mengucapkan selamat tinggal pada Sisi, kemudian menyaksikan Chevin pergi bersama Maureen dan Sisi. Sebelum pergi, ekspresi sombong dan arogan Chevin masih membuat Sean ingin menghajarnya.     

Chevin, hari ini kamu sudah mempermalukanku di jalanan dan di depan banyak orang! Bahkan kamu juga mempermalukanku di depan putriku! Aku tidak akan membiarkanmu begitu saja!     

Sean mengepalkan tinjunya. Dia adalah seseorang yang akan membalaskan dendamnya. Selain itu, begitu dia menemukan Chintia, dia bersiap untuk meninggalkan Indonesia. Siapapun yang memilih saat-saat ini untuk memprovokasi Sean benar-benar cari mati karena dia bisa membunuh mereka tanpa ragu sebelum pergi.     

Di pintu, Susi menyapa Sean, "Tuan Muda, mari masuk dan duduk di dalam untuk minum teh sebelum pergi."     

Senyuman muncul di wajah Sean. "Tidak perlu. Terima kasih. Aku masih ada urusan, jadi aku sudah harus pergi."     

Saat keluar dari rumah Maureen, diam-diam Sean menghubungi Wawan.     

Wawan berseru, "Tuan Muda Sean!"     

Sean langsung berkata, "Wawan, kamu harus meninggalkan Bogor. Menurut tebakanku, keluarga Susetia sudah menyuruh orang untuk menemukanmu. Begitu kamu ditemukan, keluarga Susetia pasti tidak akan membiarkanmu begitu saja."     

"Kalau saya pergi, lalu bagaimana dengan keselamatan Tuan Muda Sean?" tanya Wawan.     

"Jika orang-orang dari keluarga Susetia ingin membunuhku, ketika aku kembali untuk kedua kalinya ke Bogor, mereka pasti sudah melakukannya. Sekarang mereka sudah menangkap Chintia. Tujuannya adalah memaksaku tunduk dan menjadi milik mereka, jadi untuk sementara ini mereka tidak akan menyentuhku."     

"Baiklah. Kalau begitu, saya akan kembali ke Surabaya untuk menemui Kak John dulu. Katanya, ada kabar baik mengenai kasus Kak John. Kemungkinan sebentar lagi dia akan dibebaskan!"     

Sean melihat dengan mata kepalanya sendiri saat Suhendra melakukan panggilan telepon untuk menangani kasus Andy dan John. Tampaknya setelah itu dia tidak mengingkari janjinya.     

Setelah menjelaskan, Sean menutup telepon. Sean tidak punya uang sekarang dan dia juga tidak meminta Wawan untuk mengirim uang padanya. Dia tidak ingin Wawan mengambil risiko karena merasa kemungkinan besar keluarga Susetia diam-diam mengawasinya sekarang.     

Tidak memiliki uang dan tempat tinggal adalah masalah yang harus diselesaikan Sean sekarang.     

Akhirnya Sean memeriksa peta terdekat, kemudian mengikuti peta menuju mal yang tidak jauh dari rumah Maureen. Ini adalah pusat perbelanjaan yang sangat mewah di Bogor. Sean berencana datang ke sini untuk melamar kerja menjadi petugas keamanan.     

Melamar menjadi satpam dapat menyelesaikan masalah akomodasi dan menghasilkan uang. Selain itu, tentu ada alasan yang lebih penting. Pekerjaan ini sangat cocok bagi Sean untuk menyelidiki keberadaan Chintia secara diam-diam.     

Mal ini penuh sesak dengan orang-orang dan kendaraan. Jika Sean diawasi oleh orang-orang dari keluarga Susetia, akan lebih mudah untuk keluar dari pengawasan keluarga Susetia dalam waktu singkat.     

Dalam perjalanan dari rumah Maureen ke mal, Sean jelas merasa ada seseorang yang mengikutinya. Selain itu, ada lebih dari satu orang.     

Ketika tiba di kantor departemen keamanan pusat perbelanjaan, Sean mengetuk pintu dan masuk. Di dalamnya ada seorang pria paruh baya yang sedang menonton acara televisi di ponselnya sambil merokok. Pria itu terlihat biasa-biasa saja. Penampilannya tidak terlihat baik, tetapi juga tidak terlihat seperti orang dengan jabatan yang biasa-biasa saja.     

"Permisi."     

Pria itu menoleh dan melihat penampilan Sean yang baik. Dia mengira Sean pelanggan mal, jadi dia buru-buru bangkit berdiri dan dengan hormat bertanya, "Ada apa, Tuan? Apakah Anda tersesat?"     

"Saya ke sini untuk melamar pekerjaan sebagai satpam. Apa Anda sedang membuka lowongan?" tanya Sean.     

Begitu mendengar Sean datang untuk melamar pekerjaan, wajah pria itu segera berubah. "Melamar pekerjaan rupanya? Mengagetkanku saja."     

Pria itu kembali duduk di kursinya, lalu lanjut menatap ponselnya dan menonton acara televisi, mengabaikan Sean.     

"Saya hanya membutuhkan 2 juta sebulan dan berikan saya tempat untuk tinggal saja," kata Sean.     

Begitu mendengar permintaan Sean, pria itu langsung terkejut. Di Bogor, upah sebesar itu sudah terlalu kecil.     

"2 juta sebulan? Apa kamu yakin?"     

Sean mengangguk. Pria itu menjadi tertarik.     

"Baiklah kalau begitu. Kamu diterima. Saya Huda, Manajer Departemen Keamanan. Jika ada sesuatu, kamu bisa mencari saya. Ada satu set seragam keamanan di lemari. Kamu bisa memakainya sekarang, lalu pergi ke tempat parkir di lantai tiga untuk menggantikan Aji yang bertugas di sana. Suruh dia kembali."     

"Saya tidak punya uang sekarang. Anda harus membayar saya 2 juta sekarang," kata Sean.     

Manajer Huda berpikir sejenak sambil melihat Sean dari atas ke bawah. Dia merasa Sean tidak terlihat seperti pembohong, jadi dia pun berkata, "Tunjukkan KTP-mu pada saya."     

Sean menyerahkan kartu identitasnya. Sesudah Manajer Huda memverifikasinya, dia mengeluarkan 2 juta dari dompetnya dan menyerahkannya pada Sean.     

"Saya akan membawa KTP-mu dulu. Kebetulan saya sedang membawa banyak uang tunai. Biasanya saya tidak membawa uang tunai sebanyak ini. Jangan boros! Kalau sampai habis, bulan ini kamu sudah tidak punya uang lagi!"     

"Baik."     

Sean menerima uang itu, mengganti bajunya dengan seragam satpam pusat perbelanjaan, dan berjalan ke tempat parkir di lantai tiga. Karena ini adalah pusat perbelanjaan kelas atas, pakaian kerja para satpam juga berbeda dengan yang ada di pusat perbelanjaan lainnya.     

Di sepanjang jalan, banyak gadis memandangi Sean.     

"Wow! Kakak ini tampan sekali! Aku benar-benar ingin meminta nomor WhatsApp-nya!"     

"Kakak apanya? Jelas-jelas dia satpam!"     

"Hah? Dengan tampang yang setampan itu, bagaimana bisa dia menjadi seorang satpam? Paling-paling gajinya hanya berapa. Kawan-kawan, bagaimana kalau kita pelihara saja?"     

"Hahaha…"     

Zaman benar-benar sudah berubah. Gadis-gadis kecil ini bahkan membicarakan Sean dengan tidak bermoral. Sean sendiri juga dapat mendengarnya dengan jelas, namun dia tidak menggubris mereka.     

Ketika tiba di tempat parkir lantai tiga, Sean menemukan satpam yang sedang bertugas dan bertanya, "Apakah kamu Aji?"     

Aji melirik Sean. "Ya. Apa kamu orang baru?"     

Sean mengangguk. "Ya. Manajer Huda memintaku untuk menggantikanmu. Kamu bisa pergi ke kantor untuk beristirahat."     

Aji langsung kegirangan. "Benarkah? Sinting! Bagus sekali! Sejak tadi aku berdiri di sini dan bahkan tidak bisa minum air. Aku sudah hampir mati kehausan. Kalau begitu, aku pergi, ya."     

Sean menahan Aji dan berkata, "Jelaskan dulu ketentuan kerja di sini."     

Aji menjelaskan, "Sangat mudah. Kamu cukup periksa apakah orang pengemudi memiliki kartu Gold BTS atau struk belanja di mal kita. Ingat, hanya yang memiliki kartu Gold BTS atau berbelanja lebih dari 150 juta sehari yang boleh naik. Jika tidak punya, usir mereka keluar!"     

Setelah mengatakan itu, Aji pergi secepat kilat.     

Pada saat ini, sebuah mobil sport Ferrari berwarna merah kebetulan melaju. Orang-orang di dalam mobil itu adalah gadis-gadis yang sangat muda dan cantik berusia sekitar 20 tahun. Namun, ketika Sean melihat kursi penumpang, tiba-tiba dia berkata dengan terkejut, "Yuana?"     

Orang yang duduk di kursi penumpang tidak lain adalah Yuana. Sementara, gadis yang duduk di kursi pengemudi memandang Yuana dengan curiga dan bertanya, "Jennifer, kamu kenal satpam ini?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.