Ingin Kukatakan Sesuatu

Maureen dalam Bahaya!



Maureen dalam Bahaya!

0Mobil Manajer Clarissa adalah Porsche Taycan berwarna putih yang merupakan mobil listrik murni.     

Sisi tertidur begitu masuk ke dalam mobil, mungkin karena bermain gila-gilaan selama tiga jam berturut-turut dan kekuatan fisiknya yang kecil benar-benar tidak mendukung.     

Saat mengemudikan mobil, Sean berkata pada Maureen, "Tidurlah jika kamu mengantuk. Aku akan membangunkanmu ketika sampai di rumah."     

Maureen menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku tidak mengantuk."     

Sean memandang ke depan dan mengingat apa yang terjadi pagi ini, lalu berkata, "Kamu seharusnya bisa menebak hubungan antara Manajer Clarissa dan kakakku, kan? Aku ingat pertama kali aku melihatmu di Kafe, aku juga menganggapmu sebagai kekasih kakakku. Itu karena aku terlalu mengenalnya. Jika bertemu wanita cantik, dia pasti tidak akan melepaskannya."     

"Ngomong-ngomong, selain melemparkanmu padaku, dia tidak menindasmu, kan? Aku tidak punya niat lain. Jika dia menindasmu, ketika aku bertemu dengannya, aku akan menghajarnya dengan kejam untukmu!" tambah Sean.     

Ketika Maureen mendengar nama Juan, ekspresinya tetap tenang.     

"Tidak. Juan cukup menghormatiku. Aku juga bukan wanita yang bisa menjalin hubungan dengan pria mana pun."     

Ketika Sean mendengar ini, dia buru-buru menjelaskan, "Tentu saja, aku tahu kamu bukan wanita seperti itu. Maksudku bukan begitu. Tolong jangan salah paham."     

Maureen balas menyahut, "Aku juga bukan seperti yang kamu pikirkan itu."     

"Apa maksudmu?" Sean kebingungan.     

Bukan seperti apa yang kamu pikirkan? Apa maksudnya?     

Seketika Maureen tidak ingin membicarakan topik ini. Dia menutup matanya dan berkata, "Aku juga sedikit lelah. Bangunkan aku jika sudah sampai di rumah saja."     

Maureen memejamkan matanya, entah benar-benar tidur atau pura-pura tidur. Namun, sambil menunggu lampu lalu lintas, Sean melirik Maureen dan Sisi. Dia merasa keduanya yang saling berpelukan benar-benar terlalu cantik dan menggemaskan.     

Sean tidak bisa menahan diri dan diam-diam mengambil foto mereka berdua. Saat mengambil foto, dia jelas-jelas dapat merasakan bahwa ekspresi Maureen sedikit berubah. Dia pun menyadari bahwa Maureen sedang berpura-pura tidur.     

Rupanya masih ada rahasia yang Maureen sembunyikan dariku. Tapi, siapa yang tidak punya rahasia?     

Sean sendiri berasal dari keluarga misterius dan bahkan tidak tahu rahasia keluarganya sendiri. Jadi, dia juga tidak perlu menyelidiki rahasia wanita yang akan segera menjadi istri orang lain.     

Setelah mengantar keduanya ke rumah, Sean memasak makan siang yang lezat untuk mereka berdua. Setelah itu, dia mengembalikan mobil pada Manajer Clarissa, kemudian naik bus untuk bekerja.     

———     

Tidak lama kemudian, waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Sean dan Aji berpatroli di luar, sementara Manajer Huda yang mabuk di luar juga sedang mengobrol bersama mereka.     

Tiba-tiba Sean mendengar suara Sisi memanggil, "Ayah!"     

Ketika menoleh ke arah datangnya suara, ternyata Sisi terlihat sedang berlari ke arah Sean.     

"Sisi?" Sean sangat terkejut.     

Bagaimana bisa Sisi dan Maureen datang selarut ini? Mal bahkan sudah tutup dari tadi.     

Rambut Maureen dikuncir kuda. Dia mengenakan baju lengan panjang berwarna gelap dan celana ketat hitam, menonjolkan kakinya yang ramping.     

Maureen berjalan sambil tersenyum dan berkata, "Entah ada apa dengan Sisi hari ini, tapi mau bagaimanapun aku membujuknya, dia tidak mau tidur dan bersikeras ingin datang menemuimu."     

Sean tersenyum, Dia sangat senang putrinya begitu memikirkannya. Ini membuktikan bahwa hubungannya dengan putrinya sudah semakin baik.     

Sisi meraih tangan Sean, lalu menunjuk air mancur di luar mal dan berkata, "Ayah, aku ingin Ayah membawaku bermain ke sana."     

Sean kebingungan. Tentu saja dia senang bermain dengan Sisi, tetapi sekarang masih jam kerja.     

Manajer Huda melambaikan tangannya. "Sean, temani putrimu bermain saja! Biarkan Aji bekerja sendiri!"     

Sisi buru-buru berkata, "Ayah, mari kita berlomba! Siapa pun yang sampai di sana lebih dulu, dia yang menang!"     

Setelah Sisi selesai berbicara, dia mulai berlari. Sean juga tidak mengatakan sepatah kata pun dan berlari kecil, mengikuti putrinya. Maureen melihat sosok ayah dan anak yang pergi dengan cepat sambil tersenyum senang, lalu bersiap menghampiri mereka.     

Tubuh tinggi Maureen baru saja melewati Manajer Huda. Manajer Huda mencium aroma sampo rambut Maureen serta aroma tubuhnya. Melihat kecantikannya yang samar-samar dan lembut di malam yang gelap, Manajer Huda tampak terpaku.     

"Bagaimana bisa ada wanita cantik seperti itu di dunia ini?"     

Manajer Huda baru saja makan bersama beberapa teman dan minum banyak alkohol.     

Sejak terakhir kali Manajer Huda melihat Maureen, dia terpesona oleh wanita ini dan bahkan berfantasi dengan sosok Maureen malam itu. Kali ini, di malam yang begitu gelap di teritorinya, Manajer Huda bertemu Maureen lagi. Dia merasa ini adalah kesempatan.     

"Hei, Adik."     

Manajer Huda tiba-tiba menghentikan Maureen. Maureen pun berhenti dan menatap Manajer Huda.     

Manajer Huda bertanya dengan serius, "Sudah larut begini, bagaimana kalian datang kemari?"     

Maureen menjawab dengan jujur, "Naik mobil."     

"Di parkir di mana mobilnya?" tanya Manajer Huda lagi.     

Maureen menunjuk ke area parkir di depannya. "Di parkiran bawah tanah."     

Tiba-tiba Manajer Huda tampak bingung.     

"Oh, kamu tidak bisa berhenti di situ. Tim konstruksi akan datang untuk memperbaiki jalan nanti. Kenapa kamu tidak memindahkan mobilmu langsung ke air mancur saja? Dengan begitu, kalian juga akan lebih mudah saat pulang nanti. Putrimu tidak perlu berjalan terlalu jauh."     

Maureen tahu orang ini adalah manajer departemen keamanan yang cukup berkedudukan, jadi dia bertanya, "Apa tidak apa-apa?"     

Manajer Huda melambaikan tangannya. "Tidak apa-apa. Aku akan menemanimu ke sana. Pindahkan saja mobilnya kemari."     

Maureen melirik Sean dan Sisi yang sudah berlari jauh. Tanpa memiliki keraguan apa pun, dia pergi bersama Manajer Huda. Namun, Manajer Huda bukannya mengikuti jalan tempat Maureen datang, melainkan menunjuk ke jalan lain.     

"Jalan ini lebih dekat dan lampunya lebih terang," kata Manajer Huda.     

Maureen berjalan mengikuti Manajer Huda tanpa menyadari sesuatu yang janggal. Namun, ternyata jalan ini kebetulan melewati ruang keamanan mereka.     

"Adik, ini ruang istirahat pribadiku. Kamu lelah, kan? Bagaimana kalau aku ajak kamu masuk ke dalam untuk duduk sebentar?"     

Pada saat ini, Manajer Huda tiba-tiba mengungkapkan niat jahatnya.     

Maureen buru-buru menolak, "Tidak perlu. Manajer Huda, silakan beristirahat. Saya akan memindahkan mobil sendiri. Anda tidak perlu menemani saya."     

Maureen sudah menyadari ada sesuatu yang salah, tetapi Manajer Huda berhasil menjebaknya ke sini. Mana mungkin dia akan melepaskannya begitu saja? Manajer Huda meraih lengan Maureen, kemudian menariknya dengan kasar ke ruang tunggu.     

"Ayo masuk saja. Duduk dan minum teh dulu. Itu tidak akan menunda waktumu terlalu lama."     

Manajer Huda menyeringai, lalu menyeret Maureen masuk ke ruang tunggu dan segera mengunci pintu dari dalam. Manajer Huda memandang Maureen yang cantik dan terus meneteskan air liurnya.     

"Adik, kamu sangat cantik. Aku sudah hidup selama bertahun-tahun, tapi aku belum pernah melihat wanita yang begitu cantik dengan tubuh yang begitu bagus sepertimu! Adik, bagaimana kalau denganku?"     

Sambil berbicara, Manajer Huda terus berjalan mendekati Maureen.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.