Ingin Kukatakan Sesuatu

Maureen punya Penyakit?



Maureen punya Penyakit?

0Tiba-tiba Maureen menjadi panik dan terus mundur sampai ke sudut dan tidak bisa mundur lagi.     

Meskipun kebanyakan gadis seperti Maureen tidak terlalu lemah dan adiknya, Marvin Susetia, dapat mengalahkan lima orang sekaligus, dia tetap saja panik. Maureen juga suka bermain ski dan olahraga lainnya. Tetapi, sejak dia memiliki anak, dia menjadi ibu penuh waktu. Dalam beberapa tahun terakhir, dia tidak pernah melakukan apa pun selain membesarkan putrinya dan sama sekali tidak pernah olahraga.     

Bagaimanapun, Maureen adalah seorang wanita. Dia tidak bisa melawan pria dewasa seperti Manajer Huda yang bekerja sebagai seorang penjaga keamanan.     

Maureen mencoba membujuk, "Manajer Huda, saya tahu Anda sudah minum alkohol dan sekarang tidak terlalu sadar. Buka pintunya dan biarkan saya keluar. Saya akan menganggap ini tidak pernah terjadi, oke?"     

Manajer Huda tersenyum dan membalas, "Melepaskanmu? Tidak bisa! Mana mungkin aku melewatkanmu begitu saja? Adik, tidurlah satu kali bersamaku. Nanti aku akan memberi suamimu kenaikan gaji. Bagaimana?"     

Manajer Huda yang bodoh ini ternyata mengira Sean dan Maureen orang biasa yang bisa ditidurinya. Dia mengira Maureen hanyalah istri bawahannya yang bisa ditidurinya.     

"Manajer Huda, lihat dengan jelas pakaian saya. Tiap pakaian yang saya kenakan harganya sangat mahal! Saya bukan anak dari keluarga biasa dan Sean juga bukan orang biasa. Dia menjadi satpam hanya untuk bersenang-senang saja. Kami bukan orang biasa! Jika kamu berani macam-macam, kamu akan membayarnya dengan harga yang sangat mahal!" tegas Maureen.     

Manajer Huda sangat mabuk sehingga dia tidak tahu apakah Maureen orang kaya atau tidak.     

"Hah! Memangnya kenapa kalau kamu putri keluarga kaya?! Wajahmu secantik ini! Meski aku harus mendekam di dalam penjara selama beberapa tahun, aku bersedia!"     

———     

Pada saat ini, Sean dan Sisi sudah tiba di air mancur. Sean menoleh ke belakang dan menyadari Maureen tidak mengikuti mereka.     

"Aneh. Di mana Maureen?"     

Sean merasa agak khawatir dan berkata pada Sisi, "Sayang, jangan pergi dari sini. Ayah akan mengajak Ibu bermain bersamamu, oke?"     

"Ya, ya!" jawab Sisi dengan sangat patuh.     

Sean berjalan kembali, tetapi masih tidak melihat batang hidung Maureen. Akhirnya Sean menghubungi Maureen.     

Begitu telepon berdering, Maureen berteriak keras, "Sean, cepat selamatkan aku!"     

"Pelacur! Beraninya kamu menelepon!"     

Sean mendengar suara Maureen dan Manajer Huda secara bersamaan.     

"Gawat!"     

Setelah dua hari berhubungan, Sean tahu Manajer Huda bukanlah orang baik. Hari ini dia juga minum banyak alkohol dan mungkin melecehkan Maureen di bawah pengaruh alkohol.     

"Maureen!"     

Sean segera berlari menuju ruang keamanan. Kecepatannya sangat cepat, seperti bayangan hantu yang lewat.     

Sean tiba di ruang tunggu dengan begitu cepat dan menendang pintu yang terkunci dari dalam dengan satu tendangan. Tepat pada saat ini, Manajer Huda datang menyerang Maureen.     

"Dasar bajingan! Cari mati!"     

Bak!     

Sean menarik Manajer Huda dan meninju wajah Manajer Huda. Sesudah meninjunya, dia yang masih marah pun terus meninjunya lagi. Dengan hanya dua pukulan keras, dia menjatuhkan Manajer Huda hingga tidak sadarkan diri. Namun, dia masih tidak berhenti dan terus memukuli Manajer Huda.     

Pada saat ini, Aji bergegas menghampiri. Dia melihat wajah Manajer Huda sudah berubah menjadi tidak bisa dikenali. Dia buru-buru meraih Sean.     

"Sean, berhenti memukulnya! Jika kamu memukulnya lagi, dia akan mati!"     

Sean sangat marah. "Binatang buas ini harus mati!"     

"Jangan gegabah! Jika kamu membunuhnya, kamu juga harus masuk penjara. Jika begitu, istri dan putrimu semakin tidak memiliki siapapun yang melindungi mereka," tegur Aji.     

Aji memiliki hubungan yang baik dengan Manajer Huda. Mereka sudah saling mengenal untuk waktu yang lama, jadi dia lebih banyak tahu orang seperti apa si Manajer Huda itu.     

Ketika tiba di tempat kejadian, Aji sudah tahu Manajer Huda ingin melecehkan istri Sean.     

Aji menunjuk Maureen, sengaja mengalihkan perhatian Sean. "Kak Sean, pergi temui istrimu. Lihat! Dia begitu gemetaran. Dia pasti sangat terkejut. Cepat tenangkan dia."     

Setelah Sean tiba, dia hanya fokus memukuli Manjer Huda. Baru sesudah itu dia menyadari bahwa Maureen meringkuk di sudut sambil memeluk kaki dengan kedua tangannya. Seluruh tubuhnya gemetar hebat dan air mata terus mengalir di wajahnya.     

"Maureen, Maureen. Kamu baik-baik saja, kan?"     

Untungnya Sean tiba tepat waktu dan tidak membiarkan Manajer Huda berhasil. Hanya saja, tindakan Manajer Huda sudah membuat Maureen ketakutan.     

Sementara Sean menghibur Maureen, Aji buru-buru menyeret Manajer Huda keluar. Setelah dipukuli oleh Sean begitu lama, meski tidak mati, sepertinya Manajer Huda akan lumpuh.     

Kondisi Maureen terlihat sangat tidak stabil. Pandangan matanya kosong dan tubuhnya gemetar hebat.     

Sean segera mengeluarkan kotak obat pribadi yang dibawanya. Obat-obatan di kotak obat ini semuanya obat langka di dunia. Tidak ada satupun yang dijual ke dunia luar dan hanya keluarga Yuwono yang memiliki akses untuk bisa mendapatkannya. Terdapat obat yang dapat menyembuhkan, tetapi ada juga yang berbahaya.     

Sean mengeluarkan pil putih yang merupakan pil penenang. Setelah meminum pil ini, suasana hatinya akan lebih stabil.     

"Maureen, jika kamu minum obat ini, kamu akan jauh lebih baik."     

Sean menyerahkan pil itu pada Maureen, tetapi Maureen tidak mengambilnya. Dia seperti sedang teringat akan sesuatu.     

"Obat… Obat."     

Maureen buru-buru mengangkat teleponnya dan menelepon. Pada saat seperti itu, Sean mengira Maureen akan menelepon keluarganya, tetapi dia tidak menyangka…     

"Dokter Gunardi, cepat kemari dan selamatkan saya."     

Dokter Gunardi? Apakah itu dokter pribadi Maureen?     

Tidak heran jika beberapa orang kaya memiliki dokter pribadi.     

Melihat Maureen masih meringkuk di sudut ruangan dan menolak bergerak, Sean pun membawakan Sisi padanya. Namun, setelah Sisi datang, Maureen hanya memeluk Sisi erat-erat dan tetap meringkuk di sudut. Pada saat ini, Sean tiba-tiba tersadar.     

"Mungkin Maureen memiliki suatu penyakit."     

Tidak lama kemudian, seorang pria berkacamata berusia 30 tahun yang terlihat berwibawa dan berpendidikan berjalan masuk dengan cepat.     

"Nona Maureen! Nona Maureen! Bagaimana keadaan Anda?"     

Pria itu masih mengenakan jas dokter berwarna putih, jadi pasti dokter yang baru saja dihubungi Maureen adalah Dokter Gunardi.     

"Dokter Gunardi…"     

Melihat kedatangan Dokter Gunardi, sepertinya Maureen langsung merasa nyaman.     

Dokter Gunardi berjongkok di lantai dan memeriksa kondisi Maureen, kemudian kembali menatap Sean. "Sebenarnya apa yang terjadi?"     

Sean pun menjelaskan yang sebenarnya, "Barusan manajer departemen keamanan di sini ingin melecehkan Maureen, tapi saya menghentikannya tepat waktu. Hanya saja, dampaknya sangat besar padanya sehingga sejak tadi dia terus meringkuk di sudut dan tidak mau keluar."     

Dokter Gunardi tampak sangat marah. "Sialan! Seorang manajer keamanan kecil berani menyentuh cucu Tuan Besar Suhendra!"     

Sambil berbicara, Dokter Gunardi mengeluarkan sekotak obat dari sakunya dan berkata pada Maureen, "Nona Maureen, minumlah obat penenang dulu."     

Maureen mendengarkan kata-kata dokter dan meminum obat dengan patuh. Sean sangat yakin bahwa pil dokter ini benar-benar tidak ada bandingannya dengan obat yang baru saja dikeluarkannya. Namun, Maureen lebih percaya dan mengandalkan dokter ini.     

Setelah menyuruh Maureen minum obat, Dokter Gunardi membantu Maureen berdiri. "Saya ingin segera membawanya untuk dirawat di rumah sakit."     

Melihat adegan ini, Sean sedikit cemburu. "Biar saya saja yang memapahnya."     

Dokter Gunardi langsung menolak. "Nona Maureen tidak membiarkan orang asing menyentuhnya. Kamu pengawal keluarga Susetia, kan? Tolong bawa putrinya ikut dengan saya. Mobil saya ada di depan."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.