Ingin Kukatakan Sesuatu

Kekasih Sempurna Maureen!



Kekasih Sempurna Maureen!

0Sean tidak mengungkapkan identitasnya pada si Dokter Gunardi ini. Dia membawa Sisi naik mobil dokter itu.     

Sisi agak merasa ketakutan. Sesudah menaiki mobil, dia hanya terus duduk tanpa berbicara, sementara Sean terus memegangi tangan Sisi untuk memberinya rasa aman.     

Sementara, Maureen yang duduk di kursi penumpang bagian depan terus bersandar di pintu dalam posisi duduk yang terlihat sangat merasa tidak aman. Sepanjang jalan, Gunardi terus menghiburnya dengan kata-kata.     

Tidak lama kemudian, mobil Gunardi tiba di tempat yang tampaknya seperti rumah sakit swasta. Setelah memasuki halaman dan memarkir mobil, Gunardi membantu Maureen turun. Sean juga membawa Sisi keluar dari mobil, baru kemudian dia melihat nama rumah sakit yang tertulis di sebelah air mancur taman.     

Rumah Sakit Mayapadi.     

Sean tahu ini bukan rumah sakit besar biasa. Dia pun bertanya pada Gunardi, "Anda dokter apa?"     

Gunardi dengan percaya diri menjawab, "Saya psikiater terbaik di Bogor. Bukan. Di seluruh Indonesia."     

Setelah berbicara, Gunardi membawa Maureen ke dalam gedung rumah sakit dan menuju ke kantor pribadinya. Ruang kantornya lebih mewah dan berbeda dari yang lain. Jenis ruangan yang belum pernah dilihat di rumah sakit.     

"Sekarang Nona Maureen ketakutan. Saat ini saya akan menghipnotisnya agar dia bisa segera beristirahat. Bawa putrinya keluar dulu," kata Gunardi pada Sean.     

"Aku tidak ingin meninggalkan Ibu," kata Sisi.     

Sean tidak ingin Gunardi dan Maureen bersama. Dia mendapati hubungan keduanya sangat dekat. Dokter ini bahkan tahu lebih banyak mengenai apa yang terjadi pada Maureen daripada Sean. Entah mengapa, Sean merasa cemburu…     

Sean berkata terus terang, "Dokter Gunardi, maaf. Saya tidak percaya pada Anda."     

Pada saat ini, Gunardi mengambil remote control dan menekannya ke arah jendela. Baru saat itulah didapati ternyata transparansi jendela dapat disesuaikan.     

"Di luar kalian bisa melihat apa yang terjadi di dalam," kata Gunardi.     

Pada saat ini, Sean membawa Sisi keluar. Keduanya berada di luar jendela dan terus mengawasi apa yang terjadi di dalam sepanjang waktu.     

Gunardi menyuruh Maureen berbaring di sofa yang sangat nyaman dan mulai menghipnotisnya. Tidak lama kemudian, Maureen menutup matanya dan tertidur lelap. Gunardi menyelimuti Maureen, kemudian berjalan keluar ruangan.     

"Apa kamu sudah memberitahu orang-orang dari keluarga Susetia?" tanya Gunardi pada Sean.     

Sean menggelengkan kepalanya. "Saya tidak punya nomor telepon mereka."     

Gunardi terkejut. "Bagaimana mungkin? Bukannya kamu pengawal keluarga Susetia?"     

Pada saat ini, Sisi berinisiatif angkat bicara, "Dia bukan pengawal, tapi satpam atau Ayahku!"     

"Apa katamu?" Gunardi sontak terkejut.     

Baru pada saat itulah Sean mengungkapkan identitasnya. "Ya, saya ayah biologis Sisi."     

Gunardi langsung meledak, "Kamu bajingan yang saat itu… menyakiti Nona Maureen!"     

Sean mengerutkan keningnya. "Bagaimana bisa kamu tahu tentang ini?"     

Hal ini terkait dengan reputasi Maureen dan reputasi keluarga Susetia. Ini sama sekali tidak mungkin diketahui orang biasa.     

Gunardi tidak menjelaskan dan terus memarahi Sean, "Apa kamu tahu betapa parahnya kamu menyakiti Nona Maureen saat itu?! Jika bukan karenamu, hari ini Nona Maureen tidak akan menderita penyakit seperti ini! Dasar kriminal! Saya akan mewakili Nona Maureen untuk memberi pelajaran padamu!"     

Dalam kemarahan, Gunardi mengangkat tinjunya dan melayangkannya pada Sean. Namun, Sean tidak menghindar dan meraih pergelangan tangan Gunardi dengan satu tangan, membuatnya tidak bisa bergerak.     

"Dokter Gunardi, tangan Anda sangat hebat untuk menyembuhkan penyakit dan menyelamatkan orang, tapi menggunakannya untuk berkelahi bukanlah keahlian Anda," kata Sean, "Demi kepercayaan Maureen padamu, saya tidak akan memukulmu. Hanya saja, Anda harus memberitahu saya segalanya tentang Maureen dan kondisi penyakitnya!"     

Sean sangat ingin tahu apa yang terjadi pada Maureen, mengapa dia bereaksi sampai seperti itu, dan apakah itu ada hubungannya dengannya.     

Tangan Gunardi kesakitan. Mau tidak mau, dia menyerah dan melirik Sisi.     

"Kamu tidak ingin putrimu melihat kembali perlakuan kejammu seperti dulu, kan?"     

Sean menepuk kepala Sisi dan berkata, "Sisi, barusan ibu ketakutan, jadi sekarang Ibu sedang tidur. Kamu juga ke sana temani Ibu tidur, ya?"     

"Hm! Hm!" Sisi sangat patuh dan pengertian. Dia berjalan dengan langkah-langkah kecil, tanpa membuat suara, dan duduk dengan patuh di kursi lain sambil melihat ibunya tidur.     

"Sisi benar-benar putri yang paling pengertian sedunia."     

Gunardi menghela napas dengan penuh emosi, lalu berkata, "Ikutlah denganku."     

Gunardi membawa Sean ke kamar sebelah, lalu membuka tirai dan membuka jendela. Setelah itu, dia menyalakan sebatang rokok.     

Sean yang penasaran pun bertanya, "Apa hubunganmu dengan Maureen? Kenapa kamu begitu tahu tentangnya?"     

Gunardi mengambil sebatang rokok dan menjawab, "Nama saya Gunardi Yunardi. Saya psikiater pribadi Nona Maureen."     

"Empat tahun lalu, Marvin Susetia, tuan muda dari keluarga Susetia, secara khusus mengundang saya dari Amerika Serikat untuk menyembuhkan Nona Maureen. Saat itu, Maureen dalam kondisi yang sangat buruk. Anoreksia, tidak mau makan, dan mengalami mimpi buruk. Tentu saja ini semua berkatmu!"     

Memikirkan keadaan Maureen saat itu, Gunardi masih sangat membenci Sean. Sean juga merasa kasihan pada Maureen yang dulu, tetapi dia tidak tahu apa-apa tentang hal-hal ini.     

Gunardi berkata, "Saya mencoba banyak metode untuk mengeluarkannya dari kegelapan, tetapi tidak ada yang berhasil. Jadi, saya menemukan metode yang guru saya bilang mungkin akan berhasil. Saya pun mencobanya!"     

Tiba-tiba timbul pertanyaan di benak Sean. Pertama, siapa guru psikiaternya?     

Di usianya yang masih belia, Gunardi berani mengklaim dirinya sebagai psikiater terbaik di Indonesia. Selain itu, ruang kantornya memang sangat bergaya. Sean juga bersekolah di Amerika Serikat, jadi mungkin saja Sean juga mengenal guru Gunardi.     

Pertanyaan lainnya tentu saja hal mendesak yang lebih ingin Sean ketahui.     

"Metode apa yang Anda gunakan?"     

Gunardi menghela napas. "Saya benar-benar tidak seharusnya menggunakan metode ini. Sekarang saya sangat menyesal! Kenapa saat itu saya bertindak seperti itu?! Jika saya tidak menggunakan metode itu, hari ini Nona Maureen tidak akan menderita penyakit aneh ini dan mungkin telah menikah dengan pria lain dan hidup bahagia sejak lama."     

Sean yang sudah tidak sabar pun berteriak dengan keras, "Katakan padaku sekarang juga! Sebenarnya metode apa yang kamu gunakan?!"     

Gunardi menatap Sean. Dia menatap wajah Sean lekat-lekat. Rokok di tangannya dengan cepat terbakar dan asap terus mengepul dari tangannya.     

Setelah lebih dari sepuluh detik, Gunardi berkata pada Sean, "Saya menyuruh Maureen untuk berhenti membencimu, berhenti memperlakukanmu sebagai orang jahat dan pemerkosa, tetapi menganggapmu sebagai…"     

Gunardi berhenti lagi, seolah-olah tidak ingin mengatakan yang sebenarnya.     

Sementara, Sean yang sejak tadi sudah sangat penasaran pun meraih kerah kemeja Gunardi dan berseru dengan suara yang keras, "Kamu anggap saya apa?! Selama empat tahun ini, kamu sudah membuat Maureen menganggapku sebagai apa?! Cepat katakan!!!"     

Sean meraung. Dia sangat peduli tentang masalah ini.     

Gunardi menelan ludahnya dan mengucapkan tiga kata perlahan, "Kekasih yang sempurna!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.