Ingin Kukatakan Sesuatu

Pisah Kamar Setelah Menikah!



Pisah Kamar Setelah Menikah!

0Chevin adalah pria yang sangat semena-mena dan mementingkan harga dirinya. Dia sangat marah ketika mengetahui tunangannya berada di kamar yang sama di rumah sakit dengan pria lain semalaman.     

Sementara, Maureen buru-buru berdiri dan menjelaskan, "Chevin, kamu harus punya bukti atas perkataanmu itu! Kamu bahkan tidak tahu apa-apa. Atas dasar apa kamu berkata seperti itu mengenai aku dan Sean?"     

Sean juga merasa sangat kesal. Mereka bertiga sedang sarapan dengan bahagia, tapi si Chevin ini datang dan mengacaukan suasana di sini.     

Sean meletakkan pisau dan garpunya, lalu berkata pada Chevin, "Jika kamu suka dikhianati, aku bisa melakukannya! Mau?"     

"Kamu…" Chevin sangat marah hingga menggertakkan giginya. Kata-kata Sean begitu membuatnya kesal.     

Maureen tidak ingin keduanya terus berdebat, jadi dia menyela, "Chevin, ada yang ingin aku katakan padamu."     

Chevin mendengus dingin. "Kebetulan sekali! Aku juga ingin membicarakan sesuatu denganmu!"     

"Ayo bicara di kamarku saja," kata Maureen.     

Melihat Chevin yang marah, Sean khawatir Chevin akan bersikap kasar pada Maureen, jadi dia memanggil Maureen, "Maureen, jika ada apa-apa, panggil aku."     

"Ya." Maureen tersenyum dan mengangguk pada Sean, diikuti dengan Sean dan Chevin saling memandang dengan penuh kebencian satu sama lain.     

Ketika tiba di kamar Maureen, Chevin tersihir oleh wangi Maureen yang luar biasa harum, semerbak di seluruh kamar ini.     

Chevin memandang Maureen yang cantik dan nada suaranya menjadi lembut, "Maureen, mari kita tinggal bersama."     

"Apa?" Maureen sangat terkejut saat mendengar Chevin meminta untuk tinggal bersama sebelum menikah.     

"Tanggal 1 April sudah tidak terlalu lama lagi. Aku harap kita bisa tinggal bersama sebelumnya. Dengan begitu, jika kamu atau Sisi sakit, aku bisa mengantarmu ke rumah sakit sesegera mungkin," kata Chevin, "Aku tidak ingin hal seperti tadi malam terjadi lagi. Jika ini tersebar, mau kamu letakkan di mana wajahku?"     

Maureen berkata sambil menunduk, "Sebenarnya aku juga ingin membicarakan masalah ini."     

Chevin terkejut. "Kamu juga berencana untuk tinggal bersamaku sebelum menikah? Bagus kalau begitu! Ayo segera pindah ke rumahku!"     

Sambil berkata, Chevin meraih tangan Maureen dan ingin mengajaknya pergi.     

Sejak dulu Chevin sudah sangat ingin memiliki Maureen si wanita dengan kecantikan tiada tara ini. Chevin mau tak mau ingin memiliki kecantikan tiada tara seperti Maureen. Dia sama sekali tidak berpikir Maureen mau segera menikah dengannya.      

Lebih baik saat belum ada tanggal yang tetap. Begitu sudah menetapkan tanggal, beberapa hari ini Chevin semakin tidak tahan lagi. Dia sudah tidak sabar untuk mempercepat dan melewatkan sepuluh hari ini dan langsung melompat ke malam pengantin mereka berdua.     

Maureen melepaskan tangan Chevin dan berkata, "Kamu salah paham. Yang ingin kukatakan padamu adalah tentang hidup di kamar terpisah setelah menikah."     

"Apa maksudmu tidur di kamar terpisah?"     

Chevin langsung bingung. Bukankah suami istri seharusnya hidup bersama setelah menikah?     

"Aku harap setelah kita menikah, kita bisa tidur di kamar terpisah," kata Maureen.     

"Apa katamu?" Chevin segera mengamuk, "Tidur di kamar terpisah? Kamu anggap aku apa? Apa kamu anggap aku menantu yang hanya menumpang di keluarga Susetia-mu? Aku menikahimu dengan begitu terhormat, tapi kamu malah ingin pisah kamar denganku?"     

Benar saja. Seperti yang diduga Maureen, Chevin sangat tidak menyukai hal ini dan menganggapnya sebagai penghinaan bagi dirinya.     

Sean juga pernah mengalami situasi seperti ini. Dia dan Giana menikah selama tiga tahun, tapi tidak pernah tidur di kamar yang sama. Sebagai seorang pria, di mata orang luar, dia tidak bisa mengangkat kepalanya sama sekali. Ini kondisi yang tidak dapat diterima pria normal manapun.     

Maureen menjelaskan, "Chevin, aku bukannya tidak menyukaimu. Aku melakukan ini karena tidak punya pilihan lain. Aku melakukannya karena aku sakit. Aku tidak bisa melakukan hubungan suami istri layaknya pasangan suami istri yang normal denganmu."     

"Sa… Sakit?"     

Chevin mundur selangkah tanpa sadar. Jelas dia juga agak takut. Bukankah Maureen terlihat sangat murni seperti kelihatannya? Apa jangan-jangan dia memiliki sejarah percintaan yang rumit?     

Maureen tidak ingin Chevin salah paham dan mengira dirinya merupakan wanita yang tidak tahu malu, jadi dia berkata, "Maksudku penyakit mental."     

"Penyakit mental? Penyakit mental apa?" tanya Chevin.     

Penyakit ini sangat rumit. Jika Maureen ingin menjelaskan pada Chevin, dia perlu memberitahu seluruh cerita lengkapnya. Maureen tidak ingin Chevin tahu bahwa saat ini satu-satunya orang yang bisa diterimanya hanyalah Sean.     

Maureen pun menjelaskan, "Ini penyakit yang sangat rumit. Aku juga tidak bisa menjelaskannya padamu. Singkatnya, aku sebagai putri tertua keluarga Susetia bersumpah bahwa aku tidak berbohong padamu. Aku sendiri tidak bisa mengontrol tubuhku. Aku harap kamu bisa mengerti. Kita juga bukan baru kenal satu dua tahun. Seharusnya kamu mengenalku. Aku tidak mungkin membohongimu."     

Tentu saja Chevin yakin akan karakter Maureen. Jika tidak, dia juga tidak akan begitu ingin menikahinya. Namun, sebagai tunangan Maureen, dia benar-benar ingin tahu sebenarnya apa yang terjadi pada Maureen.     

Chevin berada dalam dilema. Jika Maureen memang mengidap penyakit ini, apa gunanya dia menikah dengan Maureen?     

Maureen merasa sangat malu dan berkata, "Maaf, Kak Chevin. Jika kamu merasa tidak bisa menerimanya, batalkan saja pernikahannya. Kami akan memberikan kompensasi dan permintaan maaf pada keluarga Laksono."     

Chevin langsung emosi, "Batal? Tidak mungkin! Semua orang di Bogor sudah tahu aku, Chevin Laksono, akan menikah! Semua orang ternama di Indonesia akan datang ke pernikahanku pada 1 April! Aku tidak akan pernah membiarkan mereka melihatku dipermalukan!"     

Maureen melihat sikap Chevin yang begitu kukuh ingin menikahinya. Dia pun kembali berkata, "Atau, bagaimana kalau setelah menikah, diam-diam carilah wanita lain saja. Aku akan menutup mata, asalkan kamu tidak mempermalukan keluarga Susetia kami. Aku tidak keberatan."     

Maureen bahkan setuju jika Chevin memiliki wanita lain dalam pernikahannya. Chevin sangat tertarik, meski awalnya dia memang berencana untuk berbuat seperti itu. Namun, si Chevin ini sangat munafik dan langsung menolak.     

"Tidak tahu malu! Kamu pikir aku orang seperti apa? Setelah aku menikah denganmu, tentu saja aku akan setia padamu! Mana mungkin aku melakukan sesuatu yang bersalah padamu dan keluarga Susetia seperti itu?! Kita bicarakan masalah ini lain hari. Karena kamu sedang sakit, kalau begitu istirahatlah baik-baik. Aku pergi dulu!"     

Setelah berbicara, Chevin mendorong pintu dan meninggalkan rumah Maureen.     

Setelah berjalan keluar dari gerbang dan duduk kembali di SUV Lincoln-nya, Chevin berkata pada Bedjo, "Periksa apa yang terjadi pada Maureen satu tahun ini. Tidak. Tiga tahun ini. Periksa catatan medisnya dan bawa semua dokter yang pernah ditemuinya padaku!"     

"Baik! Tuan Muda Chevin, Anda ini ingin…?"     

"Aku ingin tahu sebenarnya Maureen sakit apa!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.