Ingin Kukatakan Sesuatu

Ayahku Bukan Orang Tidak Berguna!



Ayahku Bukan Orang Tidak Berguna!

0Maureen tidak menyangka akan ditampar oleh calon ibu mertuanya sebelum dia secara resmi bergabung dengan keluarga ini. Bahkan jika seorang gadis dari keluarga biasa pergi ke rumah pihak pria untuk melakukan percobaan tinggal bersama sebelum menikah, orang tua pria pasti akan memperlakukannya dengan sopan. Terlebih lagi, Maureen memiliki latar belakang keluarga yang menonjol, tapi berani-beraninya ibu Chevin menamparnya.     

Maureen jarang menunjukkan statusnya sebagai nona tertua keluarga Susetia, tapi saat ini dia mau tidak mau harus menyebutkannya.     

"Bagaimanapun juga, aku ini berasal dari keluarga Susetia. Apa Tante tidak takut jika aku memberitahukan perilaku Tante terhadapku ini pada orang rumahku?"     

Ibu Chevin mendengus dingin. "Jangan gunakan keluargamu untuk menakutiku. Tamparan yang baru kuberikan padamu adalah untuk ibumu!"     

"Adikmu jadi cacat karena si Sean itu dan dia tidak bisa berlatih seni bela diri lagi ke depannya. Ibumu sangat tertekan dan tidak bisa tidur sepanjang hari, tapi setiap hari kamu malah bersama Sean si pelaku dan saling bermesraan sepanjang hari. Sebelum kamu datang, ibumu secara khusus menyuruhku untuk mendidikmu dan membuatmu sadar!" tukas ibu Chevin.     

Ibu Maureen, Lianny Hanindita, selama ini lebih menyayangi Marvin karena Marvin lebih patuh. Sementara, karena Maureen membuat keputusannya sendiri dan bersikeras untuk melahirkan anaknya empat tahun lalu, Lianny sangat kecewa padanya sehingga hubungan ibu dan anak di antara mereka juga menjadi renggang.     

Maureen meneteskan air mata. Dia tidak pernah membayangkan bahwa ibu yang dicintainya akan memperlakukannya seperti ini.     

Ibu Chevin mencibir, "Kamu suka membangkang! Tidak heran ibumu sangat marah padamu! Hatimu begitu besar, katanya hubungan persaudaraan yang kamu miliki dengan adikmu sangat dekat, tapi saat adikmu terluka karena Sean, apa kamu tidak sedikit pun membenci Sean? Dasar gadis kejam tidak berperasaan!"     

Maureen merasa sudah diperlakukan dengan tidak adil. Mana mungkin dia tidak merasa sakit hati saat adiknya terluka? Namun, orang luar tidak tahu bahwa Marvin sudah meniduri istri Sean terlebih dahulu.     

Dengan latar belakang dan kemampuan keluarga Sean, jika Maureen tidak berlutut dan memohon belas kasihan, jangankan kaki Marvin yang terluka, bahkan dia sudah kehilangan nyawanya dari dulu. Jadi, Maureen tidak bisa menyalahkan Sean, tetapi malah berterima kasih padanya karena telah menyelamatkan nyawa Marvin..     

Ibu Chevin menatap Maureen dan berkata, "Tetaplah di kamar ini. Ketika kamu sudah berpikir dengan jernih dan sudah paham dengan benar, baru kamu keluar. Jika tidak, malam ini kamu tidak usah makan!"     

Setelah selesai berbicara, ibu Chevin keluar. Ada bawahan berdiri di luar pintu dan dia menginstruksikan, "Awasi di muka pintu dan jangan biarkan Nyonya Muda keluar tanpa perintahku."     

"Baik!"     

Pada saat ini, tidak hanya kebebasan pribadi Maureen yang dibatasi, tetapi juga Sisi.     

Seorang bibi tua berusia 50-an sedang mengajar Sisi membaca dan melafalkan aturan keluarga Laksono. Misalnya, ketika bertemu para tetua keluarga Laksono, harus menyapa terlebih dahulu. Jika semuanya belum makan, tidak boleh makan terlebih dulu.     

Tidak ada gerakan yang diperbolehkan saat makan. Setiap minggu, pertunjukan bakat disiapkan untuk ditonton oleh para VIP keluarga Laksono. Harus selalu mengingat nama semua orang yang ditemui. Di pertemuan berikutnya, tidak boleh sampai salah memanggil, dan lain sebagainya.     

Sisi membutuhkan waktu satu jam untuk menghafal doktrin-doktrin keras ini.     

"Aku sudah selesai. Bisakah aku pergi mencari ibuku?"     

Sisi menghafalnya selama satu jam berturut-turut. Meskipun dia baru saja makan, sekarang mulutnya sudah menjadi kering. Sementara, bibi tua ini terlihat garang dan terus mengoreksi kesalahan Sisi selama satu jam sehingga membuat Sisi sangat takut padanya.     

Berkat didikan Maureen yang baik, jika dia seorang putri kecil dari keluarga normal, dia pasti sudah sejak lama menangis dan meraung di lantai. Peduli setan pada aturanmu ini. Tetapi, Sisi memiliki daya tahan dan kesabaran yang lebih kuat daripada anak sebayanya.     

"Sisi, keluar."     

Tiba-tiba Chevin memanggil Sisi. Pada saat ini dia sedang merokok di halaman sambil melamun. Pikirannya penuh dengan adegan Maureen dan Sean yang berciuman hari itu.     

Chevin adalah pria yang paling mementingkan harga dirinya, tetapi tunangannya bahkan berciuman dengan pria lain sebelum pernikahan. Selain itu, Maureen lah yang mengambil inisiatif terlebih dahulu.     

Tidak hanya itu, cinta Maureen untuk Sean sudah mengakar dan bahkan setelah tiga hari dicuci otak, tetap saja tidak berhasil. Di masa depan, tidak ada yang bisa menjamin jika suatu hari nanti Maureen akan mengajak Sean naik ke tempat tidur.     

Sean sialan!     

Chevin sudah merokok empat batang berturut-turut. Setiap kali memikirkan Sean, dia ingin mengulitinya.     

Sisi dengan patuh berjalan keluar dan mendatangi Chevin dan memanggil, "Om Chevin."     

Chevin memandang Sisi si gadis kecil cantik, tapi dalam pandangannya terdapat kebencian yang tidak habis bagi tuan putri kecil yang dicintai oleh semua orang ini.     

Kenapa anak haram ini sangat cantik?!     

Chevin meluapkan semua kebenciannya terhadap Sean pada Sisi, putri Sean. Dia membuang puntung rokoknya dan berkata pada Sisi, "Sisi, Om akan menjadi ayahmu mulai sekarang. Sekarang kamu adalah anggota keluarga Laksono!"     

"Keluarga Laksono kami, baik laki-laki maupun wanita, harus berlatih seni bela diri dan menjadi tentara. Tradisi ini telah berlangsung selama ratusan tahun! Jadi, karena kamu sudah masuk ke keluarga Laksono, mulai hari ini dan seterusnya, kamu harus mulai berlatih seni bela diri!"     

Sisi begitu polos dan mengira itu adalah suatu permainan yang menyenangkan, jadi dia segera bertepuk tangan.     

"Wow, wow! Ayahku juga pernah bilang ingin mengajariku bela diri! Ayah sangat hebat! Dia pernah membunuh seekor citah!"     

"Omong kosong!" Melihat Sisi memuji Sean, Chevin langsung murka.     

Chevin pernah pergi ke semua jenis tempat yang keras di dunia. Dia juga telah melihat adegan citah memangsa dengan mata kepalanya sendiri. Citah itu secepat mobil sport dan efektivitas tempurnya luar biasa. Saat memikirkan adegan di mana mulut citah berlumuran darah, seluruh tubuhnya gemetar.     

"Nanti saat kamu melihat citah dengan mata kepala sendiri, kamu akan tahu bahwa ayahmu hanyalah orang tidak berguna yang tukang membual!" bentak Chevin.     

Sisi pun mengerutkan keningnya dan berkata, "Tidak! Ayahku tidak akan membual. Dia tidak akan membohongiku!"     

"Cih." Chevin tidak ingin berdebat dengan seorang gadis kecil berusia empat tahun, jadi dia berkata, "Sekarang kamu mulai belajar kuda-kuda. Kedua kaki ditekuk 15 derajat, lalu perlahan berjongkok. Arahkan jempol kakimu ke depan, pusatkan berat badanmu ke bawah, lalu jongkok! Renggangkan tanganmu dengan telapak tangan menghadap ke bawah."     

Sisi mengikuti instruksi Chevin.     

"Oke. Pertahankan posisi ini dan jangan bergerak selama setengah jam!"     

Chevin bahkan meminta seorang gadis kecil berusia empat tahun untuk menahan kuda-kuda dengan postur standar selama setengah jam.     

Sisi sendiri gadis kecil yang relatif kurus dan lemah. Kekuatan fisiknya seperti anak-anak pada umumnya, jadi tidak mungkin dia bisa bertahan selama setengah jam. Dalam beberapa menit, Sisi merasa lelah dan posturnya tidak sesuai standar.     

Persyaratan Chevin sangat ketat. Begitu gerakan Sisi tidak sesuai standar, dia akan secara paksa memperbaiki postur Sisi dengan tangannya. Perlahan-lahan, kaki Sisi mulai gemetar dan tenaganya habis.     

"Om Chevin, aku… Aku sudah tidak bisa menahannya lagi. Bisakah aku istirahat sebentar?" Sisi memohon dengan menyedihkan.     

Chevin berkata dengan marah, "Kamu tidak bisa menahannya sebentar! Ayahnya sampah dan putri yang dilahirkannya juga sangat lemah!"     

Setelah Sisi datang ke rumah keluarga Laksono, tubuh dan mentalnya hancur. Dia sudah tidak bisa menahannya lagi dan mulai menangis sambil meraung, "Ayahku bukan orang tidak berguna! Ayahku bukan orang tidak berguna!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.