Ingin Kukatakan Sesuatu

Para Panglima Kembali!



Para Panglima Kembali!

0"Beraninya kamu main tangan?! Kamu sudah bosan hidup, ya?!"     

Penjaga lain bergegas datang, tetapi tetap saja ditendang keluar oleh Sean.     

Sean menggunakan segenap kekuatannya dalam dua pukulannya ini. Dia berusaha sebaik mungkin untuk menaklukkan lawannya dengan satu gerakan.     

Sekarang dia sedang terburu-buru dan tidak punya waktu untuk bertarung dengan mereka. Umumnya setelah melakukan pukulan atau tendangan dengan menggunakan segenap kekuatannya, dia berbaring di tanah dan tidak bisa bangun dalam waktu dua menit.     

"Panggilkan orang! Panggilkan orang! Seseorang ingin menerobos rumah keluarga Laksono!"     

Penjaga lain segera meminta bantuan pada walkie-talkie. Tidak lama kemudian, puluhan orang bergegas keluar dari dalam. Orang-orang ini mengepung Sean. Pada saat yang sama, Chevin dan Bedjo yang juga mendengar kabar itu pun keluar!     

"Sean, rupanya kamu!"     

Chevin sangat marah ketika melihat Sean. Sementara, ketika Sean melihat Chevin, dia sudah tidak sabar ingin membunuhnya.     

Sean bertanya pada Chevin, "Chevin, apa yang kamu lakukan pada Sisi?!"     

Chevin sedikit terkejut. Bagaimana bisa Sean tahu tentang penganiayaan yang dilakukannya pada Sisi barusan? Mungkinkah Maureen yang memberitahunya? Atau, apakah tindakannya barusan terdeteksi oleh UFO tak terlihat milik Sean?     

Chevin mendengus dingin. "Dalam dua hari, saat Maureen menikah dan bergabung dengan keluarga Laksono kami, Sisi juga menjadi anak keluarga Laksono kami. Tentu saja keluarga Laksono harus mendidiknya dengan baik dan menetapkan aturan untuknya!"     

Sean sangat marah. "Persetan dengan aturanmu! Tidak ada satu pun orang yang boleh berani menetapkan aturan untuk putriku! Segera bawa Sisi dan Maureen keluar! Aku mau membawa mereka pergi!"     

Chevin membalas dengan tegas, "Membawa mereka pergi? Kamu anggap apa tempat ini? Pasar? Bisa datang dan pergi sesukamu, begitu?"     

"Aku katakan padamu! Hari ini kamu bahkan tidak akan bisa memasuki gerbang rumahku! Kamu bahkan tidak akan bisa melihat wajah mereka! Selain itu, aku peringatkan padamu, di sini tempat tinggal orang tuaku. Pergi cari tahu kedudukan ayahku di Bogor! Sebaiknya kamu tidak membuat masalah di sini atau aku akan menghabisimu!" Chevin memperingatkan.     

Sean mengepalkan tinjunya. "Bahkan jika ini neraka dan ayahmu Raja Neraka, hari ini aku tetap akan membawa putriku pergi!"     

"Cari mati! Habisi!"     

Chevin memberi perintah dan beberapa bawahannya bergegas menyerang Sean. Namun, Sean membereskan setiap dari mereka dengan satu pukulan. Dengan cepat, para preman ini tergeletak di tanah dan berteriak bergantian.     

"Berengsek!"     

Chevin terkejut. Dia paling tahu kekuatan bawahannya. Para bawahannya Ini bukan orang biasa. Jika hanya orang biasa, Chevin seorang diri juga bisa melawan sepuluh dari mereka. Tetapi, setiap dari preman-preman ini adalah preman elite yang bisa melawan sepuluh orang biasa tanpa masalah.     

Chevin bertarung satu lawan satu dengan Sean sebelumnya dan kalah, tapi dia tetap tidak mau mengakui kekalahannya. Sekarang dia baru menyadari jarak di antara dirinya dan Sean.     

Dengan cara yang sama, gerakan Sean yang cepat, akurat, dan kejam juga membuat bawahan Chevin gemetar. Mereka semua terlihat ketakutan.     

Chevin mengamuk, "Dasar kalian idiot! Kenapa maju satu per satu?! Serang bersamaan! Pegangi dia dan jangan biarkan dia bergerak!"     

Untuk menghadapi pria dengan kekuatan fisik yang kuat seperti ini, harus maju bersamaan dan tidak boleh memberikan Sean kesempatan untuk bertindak.     

Tidak lama kemudian, sepuluh orang bergegas menghampiri Sean bersamaan. Ada orang yang menahan tangan Sean dan ada juga yang menahan kaki Sean. Tetapi, kebanyakan dari mereka ditendang dan diterbangkan oleh Sean, bahkan sebelum mereka sempat mendekati Sean.     

Masalahnya, semakin banyak bawahan Chevin yang bergegas menuju ke arah Sean dari sekitar rumah. Sean pun lama kelamaan tidak dapat bertahan.     

Tidak lama kemudian, tiba-tiba tangan dan kaki Sean berhasil ditundukkan. Tepat ketika Sean hendak membebaskan diri, Chevin, dengan pandangan mata yang tajam dan gerakan yang cepat, mengambil kesempatan ini untuk melompat dan menendang Sean.     

Sean tidak bisa menggerakkan tangan dan kakinya, jadi dia tidak bisa menghindar. Akhirnya Sean pun ditendang Chevin hingga terlempar keluar.     

Chevin tidak sia-sia berlatih seni bela diri dari kecil. Tendangannya ini berhasil membuat Sean tertendang keluar beberapa meter. Bedjo dan yang lainnya segera menyanjung Chevin.     

"Tuan Muda Chevin, keren sekali!"     

"Tuan Muda Chevin hebat!"     

"Tendangan yang bagus!"     

Chevin sendiri tertawa terbahak-bahak. Dia pernah dikalahkan oleh Sean dan dipukuli oleh Sean. Hari ini, akhirnya dia sudah membalas dendam.     

Setelah menendang Sean, Chevin merasa sangat puas. Dia berkata dengan bangga, "Sean! Wanita yang tergila-gila padamu itu sekarang adalah calon istriku! Dalam dua hari, aku akan menekannya di ranjangku dan membuatnya menjadi istriku, Chevin Laksono, dengan cara apapun!"     

Chevin melanjutkan, "Jangan buru-buru memakiku. Pemerkosaan seperti ini aku pelajari darimu! Selain itu, putrimu akan aku latih dengan standar pelatihan agen Amerika. Entah dia bisa menanggung penderitaan atau tidak, tapi dia tetap harus bertahan!"     

"Mereka berdua mengalami ini karenamu, Sean! Karena kamu tidak kompeten! Asetmu sudah dibekukan dan kamu tidak memiliki bawahan. Sekarang kamu hanya orang biasa. Kamu bisa melawanku dengan apa? Hah?!" teriak Chevin pada Sean.     

Chevin berbalik dan memberi perintah pada Bedjo, "Terus utus lebih banyak orang! Panggil seribu lagi. Tidak. Panggil dua ribu orang kemari. Bukankah anak ini bisa bertarung? Biarkan dia bertarung! Aku ingin lihat apakah dia bisa mengalahkan 2.000 orang sendirian!"     

Bedjo tertawa dan berkata, "Baik, Tuan Muda Chevin!"     

Chevin berjalan kembali ke dalam rumah, sementara Bedjo berjalan ke arah Sean dengan bangga.     

"Bocah, jika aku jadi kamu, aku akan segera enyah dan tidak lagi mempermalukan diriku di sini."     

Sean saat ini terjatuh di tanah. Tiba-tiba perasaannya yang tadi tidak sabar semakin bertambah tenang. Saat ini, dia teringat saat berada di medan perang. Ketika dia hendak membunuh seseorang, perasaannya juga sangat tenang.     

Sekarang di depan Sean ada ratusan orang yang mengelilinginya. Sebentar lagi, bahkan bisa ada 2.000 orang. Tidak peduli seberapa kuat Sean, dia tidak dapat menembus pertahanan lebih dari 2.000 orang dan memasuki area rumah keluarga Laksono dengan kekuatan satu orang.     

Sean mengeluarkan ponselnya dan menelepon Wawan. Dia ingin Wawan kembali untuk mengendalikan UFO. Dia ingin membunuh orang-orang ini dengan senapan mesin.     

Wawan segera menjawab telepon, "Tuan Muda Sean, kebetulan sekali. Saya baru akan menelepon Anda ketika Anda menelepon. Kita terlalu kompak!"     

Tampaknya Wawan terdengar sedang dalam suasana hati yang baik. Sementara, Sean tidak berbasa-basi dan langsung berkata, "Segera terbang ke Bogor!"     

Sebelumnya, Sean meminta Wawan meninggalkan Bogor dan pergi ke Surabaya untuk berlindung sementara.     

Wawan tersenyum dan berkata, "Tuan Muda Sean, sekarang saya memang ada di Bogor dan baru saja sampai. Tuan ada di mana? Saya akan mencari Anda sekarang!"     

"Aku ada di Raffles Ville, di rumah orang tua Chevin. Sekarang ada ratusan orang yang menghalangiku. Tidak, mungkin ribuan. Kamu jangan datang. Cari tempat untuk bersembunyi dan dengarkan perintahku untuk mengendalikan UFO!" kata Sean.     

"Apa? Anda sedang dikepung oleh ribuan orang? Saya akan segera ke sana!"     

Baru pada saat inilah Wawan menjadi panik. Saat Wawan menutup telepon, seorang pria botak yang sedang makan pisang datang, lalu bertanya, "Siapa?"     

Wawan segera menjawab dengan serius, "Kak John, Tuan Muda Sean dikepung 2.000 orang!"     

Pria botak itu segera melemparkan pisangnya ke tanah dengan marah. "Berengsek! Siapa yang berani menyentuh Tuan Muda Sean kita?! Benar-benar cari mati!"     

Pria botak itu kemudian berteriak dalam bahasa Thailand, "Saudara-saudara, dengarkan perintah!"     

"Ya!"     

Pada saat ini, dalam sekejap terdengar respons serempak yang menggelegarkan bumi. Suara suasana peperangan yang menggelegarkan bumi ini terdengar begitu luar biasa hingga memberikan kesan seakan ada ribuan orang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.