Ingin Kukatakan Sesuatu

Sean: Saya ingin Menikahi Maureen!



Sean: Saya ingin Menikahi Maureen!

0Di ruang tamu benar-benar hening. Bahkan, Marvin dan Michelle yang selalu banyak bicara kini diam dan hanya menatap Sean dengan dingin.     

Sean sendiri tidak akan berbicara dengan orang-orang dari keluarga Susetia jika tidak ada yang ingin dibicarakannya. Sambil berpura-pura minum teh dengan tenang, dia pura-pura memegang dagunya dan mengetukkan jarinya di telinga tanpa henti.     

Pada saat ini, Sean mengenakan bluetooth headset di telinganya dan secara teratur mengetukkan tangannya. Dia tampak sedang menghilangkan kebosanan, padahal sebenarnya sedang mengetukkan kode Morse.     

Barusan Sean mengetuk jarinya untuk mengirim pesan ke Wawan, 'Siapkan UFO!'     

Sean memprediksi bahwa keluarga Susetia berkumpul seperti ini karena sepertinya ingin mempersulit Sean lagi.     

Sean mengira dirinya telah mengirim pesan secara diam-diam, tetapi Lubis berjalan dan berkata di telinga Suhendra dengan suara yang pelan, "Tuan, dia baru saja mengirim pesan melalui kode Morse untuk menyuruh orang-orangnya mempersiapkan UFO."     

Suhendra melambaikan tangannya, menunjukkan bahwa dia sudah tahu.     

Sean tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Lubis pada Suhendra. Dia hanya bisa merasakan bahwa orang ini tidak biasa.     

Tidak lama kemudian, Maureen turun. Dia sudah berganti pakaian dan sekarang mengenakan gaun yang sangat elegan.     

Maureen tidak mencuci rambutnya karena rambutnya terlalu panjang. Setidaknya butuh setengah jam bagi seorang wanita untuk mengeringkan rambutnya sesudah mencuci rambut. Tetapi, Maureen tidak bisa membuat Sean dan keluarga Susetia menunggu selama itu.     

Rambut Maureen basah, pasti karena dia menggunakan pelembab rambut untuk menata rambutnya. Maureen benar-benar terlihat sangat cantik hingga membuat orang tidak bisa berkata-kata.     

Maureen menatap Suhendra sekilas. "Kakek."     

"Ya, duduklah," kata Suhendra.     

Maureen duduk di sebelah Sean. Dalam sekejap, Sean dapat merasakan keharuman yang semerbak.     

Pada saat ini, Suhendra akhirnya membuka mulutnya dan bertanya pada Sean, "Sean, bisakah kamu memberitahuku, apa yang kamu lakukan pada Chevin?"     

Apa yang harusnya terjadi, akhirnya terjadi juga. Sean sudah tidak sabar menunggu sejak tadi dan langsung mengatakan yang sebenarnya, "Chevin sudah bukan pria yang utuh!"     

"Haha! Bagus! Punya nyali kamu rupanya!" Marvin tertawa terbahak-bahak.     

Ibu Marvin, Lianny Hanindita, malah sangat marah dan menggebrak meja dengan penuh amarah.     

"Chevin adalah menantu keluarga Susetia kami dan calon suami Maureen. Bagaimana bisa kamu memperlakukannya seperti ini?! Bagaimana putriku dapat menjalani kehidupan pernikahan yang normal nantinya?!"     

Sean terdiam. Ketika Maureen datang, pakaiannya berantakan dan rambutnya juga berantakan seperti itu, jelas-jelas terlihat habis dipukuli orang. Sebagai ibu Maureen, Lianny bahkan tidak peduli dengan penderitaan yang dialami putrinya di rumah keluarga Laksono. Sebaliknya, dia justru mengkhawatirkan keselamatan Chevin dan berfantasi tentang membiarkan Maureen dan Chevin menjalani kehidupan pernikahan.     

"Bagaimana dengan Yohan? Dia ayah Chevin," Suhendra kembali bertanya, tapi ekspresinya sangat tenang.     

Sean menjawab, "Saya tidak menyentuh ayahnya, tetapi bawahan saya menemukan bukti bahwa dia melanggar hukum dan kejahatannya sudah diungkap di internet."     

"Bagaimanapun juga, keluarga Laksono adalah calon besan keluarga Susetia. Apa maksudmu membuat keluarga Laksono seperti ini? Aku memintamu untuk menikahi Maureen, tapi kamu tidak setuju. Sekarang ketika Maureen akan menikah dengan orang lain, kamu membuat keluarga calonnya menjadi seperti ini. Apa kamu ingin membuat cucu perempuanku hidup dengan cinta bertepuk sebelah tangan padamu dan menua sendirian?!"     

Tiba-tiba Suhendra mengamuk dengan sangat berwibawa.     

Sebelum Sean dapat berbicara, Maureen lebih dulu berdiri dan berkata, "Kakek, apa yang terjadi hari ini tidak ada hubungannya dengan Sean. Sisi dan aku dianiaya di rumah keluarga Laksono. Sean tidak bisa menerimanya, jadi dia menerobos masuk rumah keluarga Laksono untuk membantuku."     

Lianny berteriak pada Maureen, "Kamu tidak diizinkan untuk memohon demi Sean! Maureen, semakin lama kamu semakin keterlaluan. Kamu bahkan menuduh keluarga calon suamimu sendiri dan berbicara untuk orang luar!"     

Marvin memutar bola matanya dan berkata, "Sekarang setelah Chevin cacat, keluarga Laksono sudah berakhir. Keluarga Laksono sudah tidak cocok lagi untuk kita. Aku khawatir pernikahan ini harus dibatalkan."     

Suhendra mengangguk. "Bagus, Sean. Kamu menyabotase pernikahan cucuku dan keluarga Laksono. Aku tidak peduli apa tujuanmu. Pokoknya kamu harus memberiku penjelasan hari ini!"     

"Orang seperti ini harus segera ditangkap!" kata Lianny dengan kejam.     

Suhendra melanjutkan, "Jika kamu tidak memberiku penjelasan hari ini, aku pastikan bahwa kamu dan 800 lebih anak buahmu itu semuanya akan ditangkap."     

Sean mengepalkan tinjunya dan berkata dalam hati, Suhendra si tua bangka ini! Kamu tahu sesuatu sudah terjadi pada cucumu, tapi kamu tidak melakukan apa-apa dan menungguku membuat masalah dengan keluarga Laksono! Pada akhirnya, kamu tetap ingin aku menjadi menantu keluarga Susetia-mu! Chintia pasti di tangan Suhendra!     

Sean menjadi semakin curiga. Dia merasa Chintia pasti ada di tangan Suhendra. Termasuk masalah hari ini, Suhendra sengaja meminta Sean untuk melakukannya, hanya untuk memaksa Sean menikahi Maureen.     

Sean memikirkannya dengan hati-hati, Tidak bisa. Aku tidak bisa tinggal di Bogor seperti ini lagi. Suhendra sengaja menyembunyikan Chintia. Aku tidak bisa menemukannya sama sekali, kecuali… aku menjadi orang terdekat Suhendra!     

Setelah satu menit penuh, tiba-tiba Sean berdiri. Semua orang tahu Sean adalah orang yang mengerikan. Adegan ini membuat semua orang segera waspada.     

Lubis ikut bangkit dan berdiri di depan Suhendra. Sama seperti plot di film-film, selama jaraknya masih berada dalam jangkauan, orang bisa terbunuh dalam sekejap.     

Siapa sangka, Sean bukannya akan menyentuh Suhendra, melainkan memegang tangan Maureen.     

Tiba-tiba Marvin panik dan berseru, "Lindungi kakakku!"     

Lianny ikut berteriak, "Lepaskan putriku! Apa yang mau kamu lakukan?!"     

Maureen juga mengira Sean akan menjadikannya sebagai sandera dan bergegas keluar. Dia tidak menghindar, tetapi berinisiatif mendekati Sean dan berkata, "Kamu bawa saja aku sebagai sandera. Pergi dari sini dan jangan kembali."     

Sambil berbicara, air mata mengalir di pipi mulus Maureen. Jika bukan karena dirinya, hari ini Sean tidak akan berada di posisinya saat ini.     

Tanpa disangka, adegan yang tidak terbayangkan terjadi. Sean meraih tangan Maureen justru bukan untuk menculiknya, melainkan… Sean terus mendekati wajah Maureen, kemudian menciumnya di depan semua orang.     

"Apa?!"     

Semua orang tercengang. Apa yang Sean lakukan?!     

Maureen sendiri benar-benar terkejut. Air mata yang semula mengalir di wajahnya tiba-tiba berhenti karena terkejut.     

"Sean, kamu…"     

Maureen tidak mengerti mengapa Sean mau menciumnya.     

Sean memegang tangan Maureen dengan erat, lalu memandang Suhendra dan berkata, "Semua orang di Bogor tahu bahwa pada tanggal 1 April, nona tertua keluarga Susetia akan menikah. Saya tidak akan membiarkan keluarga Susetia kalian kehilangan muka. Pada tanggal 1 April, Maureen tetap akan mengenakan gaun pengantinnya dan menikah. Hanya saja, mempelai laki-lakinya bukan lagi Chevin, melainkan saya, Sean Yuwono!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.