Ingin Kukatakan Sesuatu

Perselingkuhan Martin!



Perselingkuhan Martin!

0Dalam satu malam, kebahagiaan Lianny berubah menjadi kesedihan yang luar biasa. Perubahan suasana hatinya sangat berfluktuasi. Sekarang setelah akhirnya diselamatkan, dia menangis kegirangan.     

Bastian menghabisi para penculik dan bandit-bandit ini. Sesudah itu, dia langsung berjalan ke arah Lianny yang diculik dan bertanya, "Anda ibu mertua Tuan Muda Ketiga, kan?"     

Tangan dan kaki Lianny diikat sehingga dia tidak bisa menyeka air matanya. Dia terus mengangguk dan menjawab, "Benar! Tuan, saya memang ibu mertua Sean, Lianny Hanindita. Terima kasih sudah datang menyelamatkan saya."     

Bastian tersenyum. Dia mengeluarkan belati, memotong tali di tubuh Lianny, dan memberikan Lianny sebungkus tisu untuk menghapus air matanya. Segera sesudah itu, dia juga melepaskan para nyonya kaya satu per satu.     

Mereka mengucapkan terima kasih pada Bastian berulang kali. Para wanita paruh baya ini jarang bertemu dengan pria setinggi Bastian dan mereka juga mengagumi keahliannya barusan.     

Lianny bertanya pada Bastian, "Tuan, saya belum tahu nama Anda."     

Bastian menjawab dengan hormat, "Nama saya Bastian. Saya bawahan Tuan Muda Tian. Saya datang untuk menyelamatkan anda atas perintah Tuan Tian."     

"Tian?"     

Lianny tercengang. Kenapa bisa kakak tertua Sean, Tian? Kenapa bukan anak buah Sean yang datang untuk menyelamatkannya?     

"Sean sialan! Bisa-bisanya dia bahkan tidak turun tangan untuk menyelamatkanku! Aku bahkan mengira laki-laki jangkung dan perkasa ini orang Sean!"     

Barusan Lianny bahkan merasa sangat berterima kasih pada Sean si menantunya itu. Tapi, sekarang rasa terima kasih itu segera sirna.     

"Saya akan membawa kalian keluar dari sini," kata Bastian.     

Bastian membawa pergi mereka dari sini dan kembali ke pusat kota London.     

Nyonya-nyonya kaya ini sangat ketakutan sehingga tidak berani tinggal di Inggris lebih lama lagi. Mereka segera membeli tiket pesawat dan langsung menuju bandara. Sementara, Lianny dibawa Bastian ke Kastil Cinta keluarga Yuwono.     

Pada saat ini, Sean, Maureen, dan Tian sudah menunggu di ruang tamu.     

Pada pukul enam pagi, Lianny tiba di Kastil Cinta keluarga Yuwono.     

"Tuan, misi penyelamatan sudah diselesaikan!" Bastian datang dan melapor pada Tian.     

"Ibu!"     

Ketika Maureen melihat Lianny mengikuti di belakang Bastian, dia segera berlari kegirangan. Ibu dan anak itu sama-sama meneteskan air mata. Mereka jelas ketakutan.     

Sean datang dan bertanya dengan khawatir, "Bu, apakah Ibu baik-baik saja?"     

Lianny memutar bola matanya pada Sean. "Huh!"     

Lianny tidak menatap Sean dengan baik, tetapi langsung mengabaikannya dan justru berjalan menghampiri Tian lebih dulu.     

Ketika menghadapi Tian, ​​​​Lianny tersenyum dan menyapa, "Tuan Tian, ​​​​halo, kita bertemu lagi. Anda ingat saya?"     

Tian tersenyum. "Tentu saja. Anda ibu mertua adik saya, besan keluarga Yuwono kami, dan terakhir kali kita pernah bertemu di pernikahan Sean. Anda begitu cantik, jadi mana mungkin saya melupakannya?"     

Lianny tersenyum. "Tian, ​​​​apa Tuan Bastian ini bawahanmu? Terima kasih banyak. Kamu sudah mengutus bawahan kesayanganmu ke tempat berbahaya itu untuk menyelamatkan kami. Waktu itu, Tante khawatir melihat Tuan Bastian yang datang seorang diri melawan begitu banyak orang."     

Tian tertawa dan berkata, "Tante terlalu banyak berpikir. Ini hanya hal kecil. Bagi Bastian, ini sangat mudah. Ketika memberikan tugas padanya, saya secara khusus mengatakan padanya untuk tidak membiarkan bahkan sehelai rambut Tante terluka. Entah dia melakukan tugasnya atau tidak. Tante tidak terluka, kan?"     

Lianny buru-buru melambaikan tangannya. "Tidak, tidak! Para penculik itu tidak sempat melakukan apa pun pada kami. Tuan Bastian langsung menghabisi mereka dalam beberapa detik! Benar-benar luar biasa! Hari ini berkatmu, hidup Tante terselamatkan."     

"Maureen, cepat kemari! Berterima kasihlah pada kakak iparmu!" kata Lianny pada putrinya.     

Orang yang menyelamatkannya adalah orang Tian, jadi tentu saja pujian ini harus diberikan pada Tian. Ini membuat Sean, si menantunya ini, merasa tidak dianggap keberadaannya. Jika Sean mengirim Louis, dia juga bisa menyelamatkan Lianny dengan sempurna seperti ini!     

Maureen datang dan membungkuk pada Tian. "Terima kasih, Kak. Terima kasih, Kak Bastian."     

Tian buru-buru berkata, "Tante, Adik Ipar, kenapa kalian seperti orang luar begini? Saya dan Sean saudara kandung, jadi keluarganya adalah keluarga saya. Sudah tugas saya sebagai seorang kakak untuk melakukan ini."     

"Ngomong-ngomong, Tante, barusan Tante sangat terkejut. Saya sudah meminta para pelayan untuk menyiapkan mandi mawar untuk Tante. Tante bisa mandi dulu dan bersantai sebentar," kata Tian lagi.     

Lianny langsung kegirangan. "Aduh! Lihat betapa perhatiannya kakak Sean. Bahkan menyiapkan mandi mawar untuk Tante. Terima kasih banyak. Tapi, Tante ingin bertemu ayah Maureen dulu. Bukankah dia juga datang kemari? Kenapa Tante tidak melihatnya?"     

"Oh, dia mungkin belum bangun. Kami tidak ingin dia khawatir, jadi kami tidak memanggilnya atau memberitahu dia tentang penculikan Anda. Saya akan membawa Anda mencarinya," jawab Tian.     

"Kalau begitu, maaf sudah merepotkanmu."     

Lianny mengikuti Tian ke kamar tempat Martin berada. Namun, setelah mengetuk beberapa kali, tetap tidak ada jawaban.     

"Mungkinkah Ayah tidak ada di kamar?" Maureen bertanya dengan heran.     

Tian memanggil pelayan di lantai ini dan bertanya, "Apakah Tuan Martin ada di kamar?"     

Pelayan itu menjawab, "Beliau sudah pergi ke tempat Nona."     

"Nona?"     

Semua orang tercengang. Adik perempuan Sean sedang tidak ada di rumah, jadi dari mana ada seorang nona?     

Seharusnya dia pergi ke tempat Bibi.     

Sean sudah bisa menebaknya. Sejak awal, dia sudah melihat bahwa Martin menyukai bibinya. Bahkan, kedatangannya ke Inggris kali ini adalah untuk bibi Sean.     

Tian sangat bingung. "Apa jangan-jangan pergi ke tempat Bibi?"     

Lianny segera naik pitam. Dia meraih lengan Tian ​​​​dan berkata, "Tian, ​​​​bawa saya ke kamar bibimu. Martin si bajingan ini pasti ada di sana! Apa aku bilang? Kenapa dia begitu bersikeras ingin pergi ke Inggris? Rupanya hanya untuk mengejar wanita! Dia masih saja belum menyerah pada bibimu!"     

Lianny sendiri tahu betul apa yang terjadi pada Martin dan bibi Sean lebih dari 20 tahun yang lalu. Dia tahu wanita yang paling disukai Martin saat itu bukanlah dirinya, melainkan bibi Sean.     

"Ini…" Tian merasa serba salah.     

Lianny meraih lengan Tian, lalu berkata dengan emosional, "Tante mohon, tolong bawa Tante ke sana. Tante janji tidak akan membuat keributan. Tante hanya ingin memeriksa apakah Martin si bajingan itu benar-benar melakukan hal yang tidak tahu malu atau tidak!"     

Maureen buru-buru membela ayahnya, "Bu, tidak mungkin. Ayah mungkin ada urusan dengan Bibi."     

"Baiklah. Kalau begitu, kita lihat ke sana saja."     

Tian berjalan di depan dan tiba di lantai tempat bibinya berada. Baru saja naik, dia langsung mendapati bibinya dan Martin keluar dari kamar. Keduanya berpegangan tangan seperti sepasang kekasih sambil tersenyum bahagia. Lianny yang menyaksikan suaminya berpegangan tangan dengan wanita lain pun langsung ambruk di tempat.     

Ketika Martin melihat Lianny, dia sangat terkejut hingga buru-buru melepaskan tangannya.     

"Li… Lianny? Kenapa kamu bisa ada di sini?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.