Ingin Kukatakan Sesuatu

Tian Memberi Hadiah!



Tian Memberi Hadiah!

0Lianny dan Tian tidak lagi dalam hubungan yang biasa, tetapi keduanya sangat pandai menyembunyikannya. Orang-orang lain bahkan tidak mendapati ada sesuatu yang aneh di antara mereka.     

Tian tersenyum dan berkata, "Tidak masalah, Tante. Tante sudah begitu lama diikat di pabrik terbengkalai dan ada begitu banyak debu di sana, jadi Tante memang harus benar-benar membersihkannya baik-baik. Lagi pula tadi malam Kakek minum-minum, jadi hari ini Kakek juga bangun terlambat. Saya akan memanggilnya satu jam lagi."     

Lianny pun tersenyum tipis. "Terima kasih."     

Maureen membantu membawa koper Lianny. "Bu, aku bantu memilihkan pakaian."     

"Hm."     

Maureen membawa Lianny ke kamarnya terlebih dulu.     

———     

Satu jam kemudian, keluarga Susetia dan keluarga Yuwono berkumpul di ruang makan.     

Charles tersenyum dan memandang Lianny, lalu bertanya, "Nyonya Lianny, apa Anda terbiasa dengan sarapan di sini?"     

Lianny memegang pisau dan garpu, lalu menjawab dengan hormat, "Tuan Besar Charles, panggil saya Lianny saja."     

Lianny melirik hidangan yang begitu menggiurkan di depannya dan berkata dengan kagum, "Tuan Besar Charles, saya belum pernah makan sarapan yang begitu beraneka ragam seperti ini. Ada daging dan sayuran, warna dan rasanya lengkap, terutama penyajiannya, benar-benar dibuat dengan cermat. Ketika sarapan-sarapan ini disajikan, semuanya tampak seperti lukisan. Saya bahkan tidak tega menyentuhnya dengan garpu saya."     

Maureen turut tersenyum dan berkata, "Bu, semua orang di keluarga Susetia sangat cermat tentang penyajian dan ritual, tidak seperti kita. Kita menggoreng telur, lalu meletakkannya di piring dan memakannya. Pada setiap hidangan, bahkan telur goreng biasa, koki mereka menaruh beberapa daun hijau atau buah, atau menaburi sesuatu untuk hiasan."     

Martin mengangguk dan berkomentar, "Inilah kehidupan bangsawan yang sebenarnya. Dibandingkan dengan kami, kami seperti dari desa! Haha."     

Sebagai putra dari keluarga Susetia, Martin harus menjaga kehormatan keluarga Susetia. Tetapi, dia bersedia merendah karena bibi Sean, wanita idamannya.     

Lianny menggigit buah berwarna kuning dan sontak merasa buah ini sangat enak. Dia pun bertanya, "Apa ini? Rasanya agak seperti mangga, tapi sedikit berbeda."     

Maureen membantu menjelaskan, "Ini buah yang ditanam secara pribadi oleh keluarga Yuwono. Di dunia ini hanya keluarga Yuwono yang memilikinya. Namanya seperti nama Italia. Bu, Ibu sangat suka makan buah. Nanti aku akan membawa Ibu ke hutan buah suamiku. Di sana ada banyak buah yang enak!"     

Lianny memiliki kulit yang sangat bagus. Dia wanita berusia 40-an yang terlihat seperti wanita berusia 30-an. Selain mengandalkan produk perawatan kulit yang mahal, poin yang sangat penting adalah karena dia suka makan buah. Dia benar-benar pecinta buah dan memakannya hampir setiap hari.     

"Oke, oke!" jawab Lianny dengan gembira.     

Charles, yang melihat Lianny tampak dalam suasana hati yang lebih baik, berinisiatif untuk berkata, "Besan, maaf sekali. Ketika tiba di Inggris, Anda malah dirampok di kasino. Ini kelalaian saya. Di sini saya ingin meminta maaf pada Anda. Saya jamin, hal seperti ini tidak akan terjadi lagi."     

Seorang pria terkemuka seperti Charles meminta maaf pada dua orang dari generasi yang lebih muda, jadi mana mungkin Martin dan Lianny berani menerimanya?     

"Tuan Besar Charles, Anda terlalu sungkan. Ini hanya kecelakaan kecil saja. Selain itu, cucu tertua Anda sudah menyelesaikannya. Saya justru ingin berterima kasih padanya!" kata Lianny.     

Martin menimpali, "Ini semua salah Lianny yang tidak menurut. Jelas-jelas Sean sudah bilang mau menjemputnya, tapi dia bersikeras pergi ke kasino. Mohon Tuan Besar Charles tidak memasukkan masalah ini ke dalam hati."     

Pada saat ini, Pengurus Fairus menghampiri Tian sambil membawa surat kuasa.     

"Tuan Muda Tertua, Kasino Crockfords sudah dibeli."     

Tian meletakkan pisau dan garpunya. Dia mengangguk dan mengambil dokumen itu, lalu bangkit dan berjalan menghampiri Lianny.     

"Tante, saya sudah membeli kasino Crockfords yang Anda kunjungi tadi malam. Ini untuk Tante. Tante tinggal menandatanganinya saja dan kasino ini akan langsung menjadi milik Tante."     

Lianny mendongak menatap Tian dan ​​​​tercengang di sana. "Apa? Kamu membeli Crockfords? Mau memberikannya pada saya?"     

Martin tak kalah terkejut. "Dengar-dengar kasino itu hampir berusia 200 tahun dan sangat terkenal. Tian, ​​​​hadiahmu terlalu berharga! Kami tidak dapat menerimanya!"     

Charles mengangguk lega. "Sangat jarang bosnya bersedia begini. Besan, terima saja."     

Tian menambahkan, "Ya, saya juga tidak ingin ibu mertua adik saya mengalami hal seperti itu lagi. Setelah Tante menjadi pemilik Crockford, saya akan memberi setidaknya 20 penjaga keamanan di sana. Lain kali saat Tante bermain di sana lagi, Tante tidak perlu khawatir dirampok."     

Lianny memandang Tian dengan tersentuh. Dia mengulurkan tangannya dengan lembut, lalu mengambil dokumen itu dan berkata, "Tian, ​​​​terima kasih…"     

Tian tersenyum. "Sama-sama, Tante. Tante adalah ibu mertua adik saya. Saya dan adik saya adalah keluarga, jadi Tante dan kami juga keluarga. Tante bisa datang pada saya kalau membutuhkan sesuatu."     

Lianny mengangguk senang dan berkata dengan lembut, "Kalau begitu, jika saya butuh bantuan, saya akan merepotkanmu lagi."     

Tian tersenyum dan menjawab, "Tidak masalah."     

Martin diam-diam menarik lengan baju Lianny di bawah meja dan berbisik, "Jaga perkataanmu! Kamu benar-benar berencana merepotkannya dan menyuruhnya membantumu? Kita harus berusaha menghindari masalah sebanyak mungkin di keluarga Yuwono. Jika bisa tidak merepotkan, kita jangan merepotkan merepotkan mereka."     

Lianny mendengus dingin dan membalas, "Untuk apa kamu ikut campur? Dia kakak tertua menantuku. Apa salahnya aku meminta bantuannya? Bukankah kamu juga meminta bantuan pada bibi Sean?"     

"Aku…"     

Begitu masalah ini disebut, Martin terdiam.     

Pada saat ini, Sean dan Maureen turut berterima kasih pada Tian, "Terima kasih, Kak.'     

Tian kembali ke tempat duduknya sambil tersenyum. "Sean, kalau kamu masih begitu sungkan pada kakakmu, aku akan marah!"     

Maureen sangat senang. Dia tidak menyangka keluarga suaminya begitu harmonis. Tidak seperti keluarga Susetia mereka. Ketika dua bersaudara Marvin dan Matthew bertemu, mereka sudah seperti orang asing. Jika melibatkan keuntungan, mereka pasti akan berkelahi. Namun, hubungan antara Tian dan Sean sangat baik.     

Maureen berbisik, "Sayang, kakakmu sangat baik padamu."     

Sean mengangguk. "Kak Tian dan Kak Yumi memang orang yang sangat baik. Selain itu, mereka berdua tidak peduli dengan uang."     

"Eh. Kenapa aku tidak melihat Kak Yumi?" Maureen tiba-tiba bertanya.     

Tepat pada saat ini, Yumi datang dengan mengenakan kimono. Dia sangat sopan, seperti istri orang Jepang. Dia selalu membungkuk. Ketika tiba, dia juga dengan sopan menyapa Lianny dan membungkuk, "Konichiwa (halo), Nyonya Lianny."     

Lianny buru-buru bangkit berdiri, "Nyonya Yumi, halo, halo. Kita bertemu lagi. Anda lebih cantik dari terakhir kali kita bertemu. Kimono Anda sangat cantik."     

Lianny terus memuji Yumi dengan mengatakan bahwa dia cantik, anggun, sopan, dan merupakan wanita bangsawan. Meskipun penampilan dan kepribadian Yumi memang layak mendapat pujian ini, pujian Lianny ini pasti karena hati nuraninya merasa bersalah. Bagaimanapun juga, barusan dia sudah melakukan hal yang salah, yang seharusnya tidak terjadi, dengan suami Yumi!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.