Ingin Kukatakan Sesuatu

Juan Orang Baik?



Juan Orang Baik?

0Jasmine berdiri sangat dekat dengan Sean dan tidak berniat menghindarinya sama sekali. Ini membuat Sean sangat malu karena otaknya jadi terus-menerus mengingat kembali berbagai adegan yang mereka berdua lakukan di dalam mobil.     

Benar-benar tidak disangka-sangka. Jasmine, seorang gadis yang baru saja menjadi wanita dewasa, bahkan lebih berpikiran terbuka dibandingkan Sean yang sudah menikah dua kali.     

Jasmine berkata, "Kak Sean, jangan bertingkah seolah-olah kamu akan berduel dengan Kak Juan. Kak Juan sangat baik padaku dan kakakku. Dia orang baik! Jika kalian memiliki kesalahpahaman. Duduk dan bicarakan baik-baik. Pasti bisa diselesaikan!"     

Sean menebak Jasmine sudah tinggal bersama Juan begitu lama. Seharusnya dia mengetahui sesuatu. Sean pun bertanya, "Dia sangat baik pada kalian? Lalu, kenapa dia mengambil Chintia dariku tanpa mengatakan sepatah katapun padaku?"     

"Kak Juan benar-benar sangat baik pada kami. Dia menolong ayahku. Selama beberapa saat ini, aku selalu bersama dengan ayahku. Seumur hidup aku tidak pernah menyangka akan makan bersama dan bersenang-senang dengan ayahku. Aku benar-benar sangat berterima kasih padanya!" kata Jasmine.     

Sean tertegun sejenak. "Apa? Maksudmu, ayahmu, Yudha Yandra juga ada di pulau itu?"     

""Hm, hm." Jasmine mengangguk dengan penuh semangat.     

"Tidak heran dia bisa menipu Chintia tanpa perlawanan."     

Saat itu, pada hari Chintia menghilang, tidak ada jejak perlawanan di rumah Bogor. Dengan keterampilan Chintia, bahkan jika kalah, setidaknya dia pasti meninggalkan beberapa petunjuk.     

Sean tidak mengerti. "Dia menyelamatkan Yudha, tapi kenapa tidak memberitahuku? Aku pasti mendukungnya tindakannya. Chintia pacarku. Aku pasti tidak akan memberitahukan masalah ini pada keluarga. Kenapa selama ini Chintia tidak pernah menghubungiku?"     

Juan selalu memberontak. Kali ini dia turun tangan membawa kabur Yudha dari keluarga, itu pasti sudah melanggar secara pribadi, yang pasti telah melanggar larangan besar keluarga.     

Meskipun Sean sangat mendengarkan kata-kata kakeknya, ketika menyangkut pacarnya, dia pasti akan bersikap egois dan tidak akan mengekspos Juan.     

"Karena mereka ingin kamu menikahi keluarga Nona Maureen," jawab Maureen.     

Sean sontak terkejut. "Ingin aku menikahi Maureen? Kenapa?"     

Jasmine menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu alasan spesifiknya. Nanti saat tiba di pulau itu, kamu tanyakan saja pada kakak keduamu langsung."     

Sean memikirkannya dengan hati-hati dan tidak tahu apa yang sedang dilakukan kakak keduanya ini. Empat tahun yang lalu, dia mengirim Martin padanya. Tetapi, sekarang dia bersikeras membuat Sean putus dari Chintia dan menikahi Maureen.     

Kenapa? Kenapa Sean harus menikahi wanita bernama Maureen Susetia ini?     

Ketika membahas Maureen, Sean sedikit merindukannya, terutama ketika memikirkan apa yang terjadi di taman bermain di pinggiran kota Surabaya dan para pembunuh yang dikirim ke sana. Jika para pembunuh itu benar-benar orang kakak tertuanya…     

Sean agak mengkhawatirkan Maureen!     

"Permisi sebentar."     

Sean berjalan ke sebuah ruangan pribadi dan menghubungi Maureen. Mungkin saat ini masih ada beberapa pesawat sipil yang tidak diperbolehkan melakukan panggilan telepon saat terbang, namun konsep kuno ini sama sekali tidak berlaku pada Zephyr 3.     

"Halo, sayang?" Maureen segera menjawab telepon dengan suara yang begitu enak di dengar.     

"Sayang, apakah kamu baik-baik saja?" tanya Sean.     

"Ya, aku menemani Sisi berlari sebentar dan baru kembali ke kamar," jawab Maureen, "Bagaimana kabarmu? Apa kamu sudah menemukan Kak Chintia?"     

Sean menyahut, "Sekarang aku sedang dalam perjalanan untuk menemuinya. Seharusnya sebentar lagi aku sudah bisa bertemu dengannya."     

Maureen terdiam, kemudian berkata, "Semoga berhasil, sayang."     

"Sayang, apa kamu terbiasa tinggal di kastil? Apa ada hal tidak menyenangkan yang terjadi? Bagaimana perlakuan kakakku padamu?" tanya Sean.     

Maureen menjawab, "Kakak sangat baik padaku. Lagi-lagi dia memintaku untuk memilih sepuluh asetnya untuk diberikan padaku. Dia juga memperkenalkan banyak orang padaku dan bercerita banyak tentang keluargamu. Sayang, kakakmu benar-benar baik! Aku belum pernah bertemu kakak yang sebaik ini."     

"Baguslah kalau begitu. Tinggalah di kastil dengan tenang. Kalau kamu ingin pulang, suruh saja Pengurus Fairus untuk mengantarmu," kata Sean.     

Maureen menjawab, "Ya, oke."     

Sean kembali bertanya, "Oh, iya. Apa Giana masih di kastil?"     

"Ya, dia masih bekerja sebagai pembantu keluarga Yuwono, tapi dia sudah mempekerjakan banyak guru bahasa asing. Setiap hari dia belajar bahasa Inggris, Prancis, Korea, dan Italia. Sayang, sepertinya dia masih berfantasi menjadi istrimu," jawab Maureen.     

Sean mencibir, "Mimpi! Biarkan saja dia menyiksa dirinya. Ya sudah, begitu saja. Jika ada sesuatu, beritahukan padaku."     

———     

Sementara di Inggris, begitu Maureen menutup telepon, Giana mengetuk pintu dan masuk.     

"Nyonya Maureen." Giana masuk dengan hormat.     

Maureen melirik Giana dan bertanya, "Ada apa?"     

Giana melaporkan, "Ada tamu yang datang. Tuan Muda Tian meminta Anda untuk turun menemui tamu itu."     

"Oh, oke. Beritahu Kakak, saya akan langsung turun sesudah berganti pakaian," kata Maureen.     

Giana tidak buru-buru pergi, tetapi bertanya, "Itu… Apakah baru-baru ini Sean pernah menelepon?"     

Maureen tidak menyembunyikan dari Giana. "Ya, dia baru saja menelepon. Dia bilang, sebentar lagi dia akan segera bertemu dengan Kak Chintia."     

Giana bertanya penasaran, "Apakah Anda tidak khawatir? Bagaimana jika setelah bertemu Chintia, dia kembali bersamanya dan tidak menginginkan Anda? Atau, bagaimana kalau Chintia memintanya untuk menceraikan Anda? Apa Anda tidak mengkhawatirkan hal ini?"     

Maureen tersenyum. "Yang saya tahu, kalau Kak Chintia ingin merebut Sean dari saya, maka saya sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk menikah dengan Sean. Selama ini saya selalu berpikir Kak Chintia lah yang sudah membantu saya menikah dengan Sean."     

Giana sontak terkejut. "Apa? Dia yang sudah membantumu menikah dengan Sean? Aku rasa tebakanmu salah. Chintia itu rubah genit. Waktu di Jakarta, dia penakluk para presdir! Dia sudah memiliki hubungan yang ambigu dengan begitu banyak presdir dan membuat istri-istri presdir itu geram. Dia paling jago menghancurkan keluarga orang lain! Mana mungkin dia yang sudah membantumu?!"     

Maureen menggelengkan kepala tanpa daya. Dia tidak menyangka Giana bahkan mengenal Chintia lebih baik dari Maureen. Jika Chintia benar-benar wanita seperti itu, mengapa Sean berusaha keras untuk mencarinya?     

"Keluarlah," kata Maureen dengan dingin.     

Giana mendengus dingin dan berbalik untuk pergi.     

Tidak lama kemudian, Maureen berganti pakaian yang layak dan tiba di ruang tamu untuk menemui tamu.     

Pada saat ini, Tian sedang mengobrol dengan seorang pria paruh baya. Pria paruh baya itu duduk di sofa sambil merokok cerutu dengan sangat bergaya. Di sampingnya, ada seorang wanita muda berusia 30-an.     

Setelah Maureen turun, Tian buru-buru berkata, "Uncle Ilias, ini istri yang baru saja dinikahi adikku. Maureen, ini teman baik keluarga Yuwono kami selama puluhan tahun, Ilias Hunardi."     

Maureen berjalan mendekat dengan sopan dan menyapa, "Halo, Paman Ilias."     

Ilias masih bersandar dan duduk di kursi tanpa bangki berdiri. Dia melirik Maureen dan berkata, "Panggil saja Uncle. Si Sean ini memiliki selera yang bagus. Istrinya sangat cantik!"     

Di ruang tamu, Ilias merokok dengan santai. Selain itu, postur duduknya sangat mendominasi.     

Sebelumnya, Maureen sudah pernah bertemu para tamu yang datang ke sini. Kebanyakan dari mereka sangat berhati-hati dan hormat. Belum ada yang seperti Ilias, yang begitu leluasa. Tampaknya Ilias juga tokoh besar dari level yang sama!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.