Ingin Kukatakan Sesuatu

Akhirnya Bertemu Juan!



Akhirnya Bertemu Juan!

0Sean paling mengenal Juan dan Juan paling suka melakukan konspirasi.     

Sean membawa Louis, jadi Juan tidak akan sebodoh itu untuk menghadapi Sean secara langsung. Oleh karena itu, Sean menduga Juan membuat trik untuk membuat Sean meninggalkan pesawatnya!     

Benar saja. Ketika Sean kembali dari gunung, dia mendapati orang-orang Juan sudah menghabisi para penjaga yang ditinggalkan Sean, dan satu per satu menaiki Zephyr 3-nya.     

"Berengsek!"     

Sean buru-buru bergegas dengan kecepatan penuh.     

Pada saat ini, Juan yang melihat Sean dan yang lainnya bergegas kembali pun sengaja membuka jendela pesawat dan menyapa Sean sambil tersenyum.     

"Halo, Adik! Lama tidak jumpa! Kamu secara khusus datang untuk mencariku? Aku sedang ada urusan mendesak. Kita bertemu dan mengobrol lain kali saja, ya? Haha."     

Sean tidak ingin bertarung dengan Juan. Meskipun dia kakak keduanya, kali ini Sean mendapat tugas dari keluarga untuk menangkapnya!     

Sean segera meraih pistol yang dipegang John dan mengarahkannya ke Juan yang mengenakan kacamata hitam dan memiliki gaya rambut yang keren.     

"Juan! Aku perintahkan kamu untuk segera turun dari pesawat Zephyr 3-ku dan kembali ke rumah bersamaku! Kalau tidak, aku akan menembak!"     

Juan bersikap acuh tak acuh dan berkata sambil tersenyum, "Adikku yang baik, kita sudah bermain bersama dari kecil hingga dewasa. Kalau sampai aku tidak mengenal karaktermu dengan baik, maka aku sudah sangat gagal sebagai kakakmu."     

"Kakek selalu mengembangkanmu untuk menjadi penerus dengan pandangan paling positif dan hati yang paling baik. Giana mengkhianatimu, tapi kamu tidak membunuhnya. Aku begitu baik padamu, memperkenalkan istri keduamu, memberi rumah di Banten, dan memberimu perhiasan paling mahal di dunia. Kenapa sekarang kamu malah ingin menembakku?" lanjut Juan.     

Juan benar-benar mengerti Sean!     

Baru pada saat itulah Sean tahu rumah kecil Juan yang ada di pinggiran Bogor, dan perhiasan dengan harga setinggi langit di brankas rumah itu, adalah hadiah pernikahan yang disiapkan khusus oleh Juan untuk Sean. Dia sudah tahu Sean akan menikahi Maureen! Pantas saja kata sandi untuk brankas itu adalah hari ulang tahun Sean.     

Dorrr!     

Terdengar suara tembakan. Sean membidik Juan, tetapi mengenai jendela.     

"Segera keluar dari pesawatku sekarang juga! Setiap tembakanku tidak akan selalu meleset," kata Sean.     

Juan masih tidak takut dengan tembakan ini. Dia menggelengkan kepala dan kembali tertawa.     

"Adikku, guru tembak kita sama. Seberapa bagus keahlian menembakmu, apakah aku tidak tahu? Haha."     

Tentu saja, Juan tahu tadi Sean sengaja membuat tembakannya meleset. Dengan keahlian menembak Sean, jika dia ingin menembak hidung Juan, dia tidak akan meleset ke mulut Juan.     

"Dasar keji!"     

Juan adalah kakak kedua Sean dan Sean tidak mungkin benar-benar menembak kepala Juan.     

Sean melemparkan pistol ke pantai dengan marah, lalu merebut ponsel di tangan Jasmine yang ada di sebelahnya. Kemudian, dia memegang ponsel itu dan melemparkannya tepat ke arah kepala Juan!     

"Hei, Kak Sean! Kenapa kamu mengambil ponselku?"     

Jasmine ingin menghentikan Sean, tapi Sean sudah bertindak.     

Kali ini, Sean tidak menahan kemampuannya dan langsung melemparnya ke kepala Juan. Kecepatan serangan Sean sangat cepat. Jika orang biasa, pasti akan jatuh pingsan dan tidak sempat menangkapnya. Namun, Juan mengulurkan dua jari dan dengan mudah menjepit ponsel itu!     

"Oh. Ini ponsel Jasmine. Kebetulan aku ingin melihat foto pribadi Jasmine. Aku ingat kata sandi handphone Jasmine 696969, kan?"     

Juan tersenyum dan menyimpan ponsel Jasmine.     

Tiba-tiba ekspresi Wajah Jasmine berubah. "Ka… Ka… Ka… Kak Juan, ka… kamu… Cepat kembalikan ponsel itu padaku! Kakak tidak diizinkan melihat foto-fotoku!"     

Jasmine berlari menuju Zephyr 3 dengan cepat. Sean juga bergegas mengejar, mencoba menurunkan Juan. Namun, pada saat ini Juan memerintahkan seseorang untuk menyalakan pesawat.     

Pesawat segera meninggalkan tanah dan naik ke udara. Jasmine dan yang lainnya hanya bisa menatap kosong.     

Sean sangat marah. "Juan, kamu bajingan! Kamu juga punya Zephyr 2! Kenapa merampok milikku?!"     

Juan menjawab dari tempat yang tinggi, "Sebagian dari pesawatku dirusak oleh seorang jalang. Sekarang ada di dalam hutan Pulau Kematian. Aku pinjam dulu pesawatmu, sementara pesawatku, bantu aku sekalian untuk memperbaikinya."     

"Kembali! Kamu mau ke mana? Ada banyak hal yang ingin aku tanyakan padamu!" teriak Sean.     

"Mari kita bicara ketika aku punya waktu. Aku sibuk mengurus seorang gadis kecil. Dia benar-benar seperti bidadari! Nanti aku akan mengirimkan fotonya padamu," kata Juan, "Oh, ngomong-ngomong, Chintia-mu aku tinggalkan untukmu di vila yang berada di puncak gunung. Pergilah padanya. Sampai jumpa."     

Setelah berbicara, Juan menutup jendela pesawat, dan pesawat terbang dengan cepat.     

"Sialan!"     

Sean sangat marah. Dia sudah tahu Juan pasti tidak melakukan hal baik dengan menerbangkan pesawatnya. Ternyata mau berurusan dengan gadis di bawah umur? Bukan kali terakhir Sean menanggung kesalahan dari orang lain!     

Selain itu, pesawat Zephyr adalah pesawat top dunia. Siapa yang bisa menghancurkannya? Jalang yang disebut Juan, sepertinya memiliki latar belakang yang tidak biasa.     

"Bagaimana ini, Tuan Muda Sean? Wawan masih di atas. Apa dia akan baik-baik saja?" tanya John dengan cemas. Dia sudah mengenal Wawan begitu lama, jadi dia dan Wawan pun sudah memiliki rasa persahabatan tersendiri.     

Sean melirik sepuluh penjaga yang ditinggalkannya. Semuanya hanya dibuat pingsan, tetapi mereka tidak memiliki luka yang mengancam hidup.     

"Kakak Kedua tidak membunuh orang-orangku. Wawan sangat pintar. Dia akan baik-baik saja," kata Sean. Jika dia menebak dengan benar, sekarang Wawan pasti sedang menjilat Juan.     

Pada saat ini, Jasmine menarik pakaian Sean sambil terisak.     

"Kak Sean jahat! Kenapa Kakak mengambil ponselku dan melemparkannya ke Kak Juan? Jika Kakak ingin melempar, Kakak bisa mengambil ponsel Kak John, atau batu di tanah, kan? Di ponselku benar-benar ada banyak selfie pribadi. Aku juga tidak tahu bagaimana Kak Juan bisa mengetahui kata sandi ponselku. Tamat sudah. Kalau dia melihat semua foto-fotoku, aku akan malu setengah mati!"     

Sean tampak tak berdaya. Dia tahu Jasmine sangat suka berfoto selfie, sama seperti Yuana. Tidak mengambil selfie selama satu hari saja, dia akan merasa menderita. Gadis-gadis bertubuh bagus ini memang sangat narsis.     

Sebelumnya, ketika Sean dan Jasmine pergi ke luar negeri untuk mencari kebenaran tentang kematian Yudha, Sean secara tidak sengaja melihat selfie di ponsel Jasmine. Sebuah selfie Jasmine yang sedang duduk di toilet…     

Sean tahu pasti ada foto yang lebih terbuka dan lebih berani di ponselnya daripada foto itu.     

John membela Sean, "Nona Jasmine, jangan salahkan Tuan Muda Sean. Tuan Muda Sean melempar Juan dengan ponselmu bukan sembarangan. Dia sengaja melakukannya!"     

Ketika mendengar ini, Jasmine menjadi semakin marah dan semakin menarik-narik Sean.     

"Bagus kamu, Kak Sean! Kamu jelas-jelas tahu ada begitu banyak foto pribadi di ponselku, tapi kamu masih melempar ponsel itu untuk dilihat kakak keduamu! Kakak keduamu itu cabul dan kamu juga bukannya tidak tahu Aku juga wanitamu sekarang, tapi kamu malah membiarkan laki-laki lain melihat foto wanitamu! Huh! Aku akan memberitahu kakakku! Dasar bajingan!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.