Ingin Kukatakan Sesuatu

Wawan Dipukuli!



Wawan Dipukuli!

0Wawan sangat marah. Sudah merampok wanita Sean, bahkan mengkambinghitamkan Sean juga? Jika John dan Louis mendengar ini, takutnya si Lee Minki ini akan mati saat ini juga!     

Wawan mengepalkan tinjunya. Dia membenci dirinya yang tidak bisa berkelahi. Tuannya dipermalukan, tapi dia tidak bisa membalas lawannya.     

Wawan menunjuk Lee Minki dan berkata, "Kamu cari mati! Apa kamu tahu harga yang harus kamu bayar dari menyinggung Tuan Muda Sean?"     

Lee Minki mengamuk, "Sial! Dasar orang Indonesia sombong! Berani juga kamu bicara seperti ini padaku di teritoriku. Kamu tahu tidak aku siapa? Kamu tahu tidak pengaruhku di Seoul? Jangankan Sean! Meski bos lingkaran bisnis Bogor, Presdir Anton sekali pun, jika dia melawanku, itu jalan buntu!"     

Wawan memarahi, "Kamu belajar bahasa Indonesia hanya untuk menyombongkan diri, kan? Kak Jayden, beri dia pelajaran!"     

Jayden sangat serius. Dia mengamati sekelompok orang ini, terutama Lee Minki yang terlihat sangat menakutkan.     

Lee Minki memandang Jayden dan mencibir sambil tersenyum, "Kamu yang melukai bawahanku, kan? Aku dengar tinjumu sangat kuat? Apakah tinjumu bisa menghentikan peluruku?"     

Sambil berkata, tiba-tiba Lee Minki mengeluarkan pistolnya dan melepaskan tembakan ke arah Jayden.     

Dorrr!     

Untungnya Jayden sudah mengambil tindakan pencegahan. Dia segera menghindar. Namun, pintu ruang operasi ini sudah diblokir oleh anak buah Lee Minki sehingga dia tidak bisa keluar sama sekali. Jadi, Jayden berguling di lantai dan berlari ke jendela.     

Dorrr!     

Dorrr!     

Lee Minki terus melepaskan dua tembakan berturut-turut dan salah satunya meleset, tidak mengenai Jayden, tetapi malah mengenai Dokter Cha! Dokter yang tertembak pun langsung jatuh ke lantai..     

"Sial! Ada pistol!"     

Wawan sontak ketakutan dan buru-buru bersembunyi di sudut.     

Bagaimanapun juga, Jayden bukan seorang yang ahli seperti Louis, Bastian, dan Jacob yang bisa menghadapi puluhan orang. Lawan bahkan memiliki senjata, jadi kesempatan untuk menang sama sekali tidak ada. Karena itu, Jayden hanya bisa segera melarikan diri dan bahkan tidak mampu membawa Wawan pergi.     

"Sialan. Dia bahkan bisa kabur."     

Lee Minki tidak menyangka orang ini bisa menghindari pelurunya dan melarikan diri dengan mulus. Tampaknya orang ini memang bukan orang biasa. Namun, saat ini Wawan yang pengecut sedang bersembunyi di pojokan.     

Lee Minki mengabaikan Dokter Cha yang tertembak mati dan menunjuk Wawan yang gemetaran, lalu berkata pada para bawahannya, "Lihatlah orang Indonesia rendahan ini. Bersembunyi di pojokan seperti itu. Bukankah dia terlihat seperti seekor anjing? Hahaha…"     

"Hahahaha…"     

"Benar-benar mirip! Apa orang Indonesia begitu tidak bernyali begini? Bahkan tidak berani melawan sama sekali! Haha."     

Semua orang pun tertawa.     

"Bawa anak ini padaku!" kata Lee Minki.     

"Baik!"     

Wawan dibawa ke depan Lee Minki.     

Lee Minki memegang pistol dan menunjuk Wawan, lalu bertanya, "Menurutmu, siapa yang belajar bahasa Indonesia untuk membual? Hmm?"     

Baru pada saat itulah Wawan tersadar. Pria di depannya berani menembak dan membunuh orang di rumah sakit Korea Selatan. Dia jelas bukan orang biasa!     

Wawan buru-buru berkata, "Tuan Ketua, apa kata saya? Anda begitu bijaksana dan berkuasa, mana mungkin membual, kan?"     

Wawan tahu bahwa sekarang Jayden saja kabur dari sisinya dan tidak ada satu pun penolong. Jika dia bertarung melawan Lee Minki juga, takutnya hanya akan ada jalan buntu.     

Selama masih hidup, masih ada harapan, jadi Wawan memutuskan untuk menjilat si Ketua Lee Minki ini dulu. Namun, Lee Minki tidak termakan omongan Wawan.     

Lee Minki mencibir, "Sekarang kamu baru tahu bagaimana cara memujiku? Sekarang kamu tahu bagaimana mengakuinya? Ketika kamu tadi mengalahkan kawan-kawanku, bukankah kamu sangat luar biasa!?"     

Bakkk!     

Lee Minki meninju wajah Wawan. Si ketua ini cenderung kasar dan paling suka memukul orang. Kadang-kadang ketika tidak ada yang bisa dipukul, dia bahkan memukul bawahannya sendiri. Karena itu, umumnya dalam situasi seperti itu, dia akan turun tangan sendiri.     

Lee Minki bangkit, melirik daftar bedah kosmetik yang dibuat oleh Wawan, dan tersenyum,     

"Orang Indonesia buruk rupa seperti kalian selalu datang ke Korea untuk operasi plastik. Berengsek! Bukankah di Indonesia kamu memiliki rumah sakit bedah plastik? Kenapa harus datang pada kami!? Mencemarkan udara Korea saja! Kamu ingin operasi plastik, kan? Aku akan membantumu!"     

Lee Minki membidik hidung Wawan dan langsung meninjunya. Hidung Wawan pun langsung berdarah.     

Sementara, Lee Minki tampaknya belum cukup bersenang-senang. "Hidung juga harus diperbaiki beberapa kali. Begitu juga mata."     

Bakkk! Bukkk!     

Lee Minki meninju dan menendang Wawan, tetapi Wawan tidak berani melawan. Dia belum pernah dipukuli begitu parah dalam hidupnya dan dia tidak bisa menahan tangisnya.     

Lee Minki tersenyum dan menghina, "Hahaha! Dasar orang Indonesia pengecut! Bisa-bisanya menangis karena aku pukul. Awalnya aku ingin menembakmu, tapi pengecut sepertimu tidak layak mati dengan senjataku. Ingat, kelak jangan datang ke Korea lagi. Jika tidak, aku akan memukulmu setiap kali melihatmu!"     

Setelah berbicara, Lee Minki membawa bawahannya pergi dengan arogan.     

Air mata dan darah Wawan bercampur menjadi satu. Dia bangkit dari lantai dengan susah payah.     

"Dasar bedebah berengsek! Kalau aku tidak membunuhmu, aku bukan manusia!"     

Wawan mengambil ponsel dan menghubungi Sean.     

"Halo."     

Pada saat ini, di pesawat yang seperti lumba-lumba, Sean menjawab panggilan Wawan. Pesawat ini merupakan pesawat tercepat saat ini dan Sean menamainya Dolphin. Kecepatannya lebih cepat dari Zephyr 3, hanya saja tidak bisa memuat banyak orang dan tidak senyaman Zephyr 3.     

Pada saat ini, Sean sudah meninggalkan Pulau Kematian dan pergi ke Korea Selatan untuk menangkap Juan. Chintia juga sudah diantar Sean ke Bogor. Selain itu, Sean juga menghubungi Maureen dan memintanya untuk kembali ke Bogor sesegera mungkin.     

"Tuan Muda Sean…" Di sisi lain telepon, tangisan Wawan terdengar.     

Sean mengerutkan keningnya. Dia tahu sesuatu sudah terjadi pada Wawan dan langsung bertanya, "Ada apa, Wawan? Apakah orang-orang kakak keduaku sudah menindasmu?"     

"Tidak, Tuan Muda Juan sangat baik pada saya. Dia tidak memukuli saya dan bahkan meminta saya untuk menjalani operasi plastik," jawab Wawan, "Saat tiba di rumah sakit, saya melihat adik sepupu mantan istri Anda."     

"Maksudmu Yuana?" tanya Sean.     

Wawan menjawab, "Benar. Yuana mengakui seseorang sebagai ayah angkatnya. Orang itu selalu ingin tidur dengannya. Kali ini dia bersekongkol dengan Ketua Hana Bank untuk menculiknya."     

"Ayah angkat?"     

Sean berpikir sejenak, lalu tiba-tiba teringat bahwa pada hari pernikahannya dengan Maureen, Yuana sudah mengakui seorang pria tua sebagai ayah angkatnya.     

Pada saat itu, Sean sangat marah. Dia tidak ingin Yuana mengambil jalan ini. Dia tidak ingin Yuana menjadi teman tidur seseorang. Jadi, dia berinisiatif membantunya.     

Pada akhirnya, hal yang seharusnya dilakukan oleh Yuana adalah menarik garis yang jelas dengan si Presdir Anton itu. Mungkinkah Presdir Anton menggunakan cara seperti ini karena tidak bisa meniduri Yuana?     

Sean mendengus dingin. "Si Presdir Anton ini menggunakan alasan mengangkatnya sebagai anak, padahal melakukan hal-hal yang memalukan. Aku paling jijik dengan laki-laki tua lingkaran bisnis yang seperti ini di Bogor. Tapi, tidak perlu khawatir. Si Anton ini kenal dengan kakek Maureen. Aku akan mengatakannya pada Tuan Besar Suhendra. Seharusnya dia tidak akan berani menyentuh Yuana lagi."     

Wawan berkata dengan cemas, "Tuan Muda Sean, sekarang bukan hanya si Anton itu yang ingin meniduri Yuana, tapi Ketua Hana Bank juga ingin menidurinya! Selain itu, dia bahkan sudah membawa Yuana ke rumahnya! Dia bahkan bilang…"     

"Apa yang dia bilang?"     

"Dia bilang setelah meniduri Yuana, dia akan melemparkan kesalahan pada Anda!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.