Ingin Kukatakan Sesuatu

Akhirnya Bertemu Chintia!



Akhirnya Bertemu Chintia!

0Sambil berbicara, Jasmine langsung hendak pergi ke puncak gunung.     

Sean meraih lengan ramping Jasmine, tapi terlebih dulu menegur John, "Kelak saat berbicara, jangan setengah-setengah!"     

Sean kemudian menjelaskan pada Jasmine, "Jasmine, kamu salah paham. Aku memang sengaja memberikan ponselmu pada kakak keduaku."     

Wajah Jasmine menjadi aneh dan dia ketakutan. "Ka… Kamu… Kamu sangat mesum! Aku harus memberitahu kakakku bahwa dia tidak bisa menikahimu. Kalau tidak, bisa gawat kalau suatu saat nanti bertemu denganmu di Indonesia!"     

"Bukan."     

Sean berpikir dalam hatinya bahwa apa yang dikatakan Jasmine begitu tidak karuan. Dia pun menarik Jasmine dengan keras, lalu berkata, "Alasan kenapa aku melemparkan ponselmu ke kakak keduaku adalah karena aku sudah meletakkan pelacak di ponselmu! Jika ponsel itu ada di tangannya, aku bisa mengetahui lokasinya kapan saja!"     

"Pelacak?" Wajah kecil Jasmine yang halus dan menggemaskan kebingungan.     

"Kamu ingat ketika kamu dipanggil ke atas panggung untuk bernyanyi bersama di konser Ji Changwook? Setelah bernyanyi dengannya, bukankah ada penerjemah wanita yang ingin bertukar LINE denganmu dan mengambil ponselmu?"     

Tiba-tiba Jasmine tersadar. "Oh. Pantas saja kamu bisa begitu tepat waktu menyelamatkanku! Ternyata kamu memasang pelacak di ponselku! Hihi. Aku sudah tahu Kak Sean bukan laki-laki mesum seperti itu."     

Sambil bicara, Jasmine meraih lengan Sean dengan kedua tangannya. Sean terdiam beberapa saat, lalu buru-buru mendorong Jasmine menjauh. Chintia berada di puncak gunung. Mungkin ada kamera tersembunyi di sini. Jika Chintia melihatnya, maka akan gawat.     

"Jasmine, kelak jangan ambil foto vulgar seperti itu lagi. Kamu seorang gadis. Jika ada orang yang tahu, akan sangat mudah untuk merampok ponselmu," kata Sean.     

Jasmine cemberut. "Tapi, aku ingin mengambil foto. Atau begini saja, kelak sesudah mengambil foto, aku akan langsung mengirimkannya padamu. Kamu saja yang menyimpannya untukku. Bagaimana?"     

Sean menggaruk kepala dan mengganti topik pembicaraan. "Kenapa kata sandimu 696969?"     

"Uhuk! Uhuk! ...Tuan Muda Sean, pertanyaan seperti ini masih saja Anda tanyakan. Nona Jasmine pasti malu untuk menjawabnya." John tertawa jahat.     

Jasmine berkata dengan wajah lugu, "Apa yang memalukan tentang ini? Seingatku Kak Sean memiliki sebuah handphone yang kata sandinya 969696, jadi aku menggunakan kebalikannya."     

Tiga pria dewasa, Sean, John, dan Louis semuanya tampak malu. Tetapi, Jasmine, seorang gadis yang polos, masih tidak mengerti di mana letak memalukannya.     

...     

Tidak lama kemudian, Sean dan yang lainnya tiba di puncak gunung dan memang ada vila tidak tetap di sini! Di luar villa penuh dengan tanaman hijau, rerumputan, bunga, dan pepohonan. Vila bergaya Eropa ini sangat indah, terbuat dari kayu dan terasa sangat kokoh. Entah bagaimana caranya Juan membuat vila ini.     

Tempat yang sungguh indah… Ini lingkungan yang disukai Chintia.     

Sean mendengar kicau burung. Dia juga melihat kelinci kecil yang lucu berlari di halaman dan melompat ke kakinya.     

Tiba-tiba Sean teringat vila yang ditinggalinya bersama Chintia ketika berada di Banten. Vila itu dibeli Chintia dengan uangnya sendiri. Pada saat itu, Sean sedang hidup bergantung padanya. Belum pernah ada wanita seperti Chintia yang memperlakukan Sean dengan begitu baik…     

"Ayah!"     

Jasmine berjalan di paling depan dan memanggil seorang pria paruh baya yang sedang mengambil air di luar vila. Pria paruh baya ini persis seperti Yudha Yandra yang telah menghilang selama lebih dari sepuluh tahun!     

Yudha mengenakan pakaian yang polos dan berwibawa, jelas terlihat sangat rendah hati.     

Sean melangkah maju dan menyapa dengan hormat, "Halo, Paman Yudha. Saya Sean Yuwono."     

Yudha memandang Sean dengan kagum, dan mengangguk. "Halo."     

Sean merasa sangat bersalah saat menghadapi Yudha karena keluarga Yuwono membawa Yudha pergi dan membuatnya tidak bisa menemani kedua putrinya.     

Yudha sepertinya bisa membaca pikiran Sean. Dia pun berkata, "Apa kamu datang untuk mencari Chintia? Dia ada di dalam. Pergilah menemuinya."     

Pada saat ini, satu-satunya orang yang ingin dilihat Sean adalah Chintia!     

"Terima kasih."     

Sean tidak mengatakan apa-apa lagi. Dia menginjakkan kakinya di tangga kayu berwarna kuning dan berjalan ke vila.     

Ketika membuka pintu vila, terlihat perabotan dengan pengaturan yang sederhana, menyegarkan, dan bersih. Kemudian, Sean melihat seorang wanita dengan pakaian kasual. Itu Chintia!     

Pakaian Chintia sangat biasa saja saat ini. Dia tidak memiliki keagungan presiden direktur wanita yang mendominasi di masa lalu, tetapi menambahkan sedikit kelembutan seorang wanita yang lemah lembut.     

Setelah sekian lama, akhirnya Sean melihat wajah cantik Chintia lagi. Seolah-olah dia sudah mengemudi di terowongan untuk waktu yang lama, kemudian tiba-tiba keluar dari terowongan dan kegirangan karena bisa melihat cahaya lagi!     

Chintia mengubah gaya rambutnya. Selain itu, dia jadi terlihat jauh lebih muda!     

"Chintia!"     

Sean tidak tahan lagi. Dia berlari dan memeluk Chintia dengan erat.     

Sebelumnya Sean pernah bertemu Chintia palsu, tapi dia tahu wanita yang ada di hadapannya ini pasti yang asli. Temperamen yang mulia dari seorang presiden direktur wanita, juga pandangan mata penuh kasih sayang ketika memandang Sean, tidak dapat ditiru wanita lain!     

Saat melihat Sean, air mata Chintia mengalir. Dengan air mata yang mengalir di matanya, Chintia terlihat semakin cantik dan mendebarkan. Ada begitu banyak hal yang ingin Sean tanyakan padanya. Akan tetapi, saat ini tidak ada yang ingin dilakukannya. Dia hanya langsung mencium Chintia!     

Chintia tampak sedikit terkejut. Dia tidak bisa menolak pria yang sangat dicintainya, tetapi dua menit kemudian, dia mendorong Sean menjauh.     

"Sean, jangan seperti ini. Kamu sudah punya istri. Nona Maureen akan sangat sedih jika mengetahuinya."     

Chintia menyeka air matanya, lalu merapikan pakaian dan rambutnya.     

Sean mencium Chintia sebentar untuk melepaskan kerinduannya yang sudah begitu lama.     

"Chintia, kenapa kamu tiba-tiba meninggalkanku? Awalnya aku kira kamu diculik. Aku sangat mengkhawatirkanmu dan terus mencari-cari keberadaanmu. Tapi, aku kemudian melihatmu di pesta ulang tahun Suhendra. Aku tahu kamu jelas-jelas bisa datang menemui dan menghubungiku. Kenapa kamu tidak menghubungiku?" tanya Sean.     

Chintia menjelaskan, "Aku juga tidak berpikir untuk berpisah denganmu. Mungkin ini kehendak Tuhan. Saat itu, kakak keduamu datang ke rumah Bogor untuk mencariku dan bilang kalau dia bisa membawaku menemui ayahku, jadi aku pergi bersamanya. Kemudian, aku bertemu ayahku. Tapi, kakak keduamu bilang, kalau aku ingin bersama ayahku, aku harus meninggalkanmu."     

Sean sangat marah. "Dasar Kakak Kedua bajingan! Kenapa dia begitu kejam?!"     

Chintia buru-buru berkata, "Sean, jangan salahkan kakak keduamu. Sebenarnya Juan melakukan ini untuk kebaikanmu."     

"Untuk kebaikanku?" Sean tidak mengerti.     

"Juan bilang, kakak tertuamu, Tian, sangat ingin mengambil alih aset keluarga Yuwono, sementara kamu penerus keluarga Yuwono yang paling disukai oleh kakekmu. Dia khawatir kakak tertuamu akan menyakitimu suatu hari nanti, jadi dia membuatmu menikah dengan keluarga Susetia. Bagaimanapun juga, keluarga Susetia sangat kuat di Indonesia. Jika keluarga Susetia melindungimu, setidaknya di Indonesia, tidak peduli seberapa berkuasanya Tian, ​​dia tidak akan bisa menyentuhmu," terang Chintia.     

Sean terkejut. Kak Tian ingin membunuhku?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.