Menantu Pungut

Asisten Baru



Asisten Baru

0Nenek Jiang tentunya sangat tahu kekecewaan mereka. Apalagi perintah itu terkesan mendadak dan tanpa negosiasi lebih dahulu. Tak ingin dua pria itu berpikir tidak-tidak mengenai Aaron Liu, dia pun memikirkan sebuah cara agar mereka tak memperpanjang masalah itu.     

"Bukankah seharusnya kalian senang? Jelas-jelas aku akan menaikkan gaji dan juga bonus untuk kalian berdua." Hanya cara itu yang bisa dilakukan oleh Nenek Jiang untuk menutup mulut mereka. Baginya, tak ada perdebatan dan juga tak ada penolakan jauh lebih baik.     

"Terima kasih, Nyonya Jiang. Kami akan melakukan apapun sesuai perintah Anda." Kedua pria itu tampak sangat bersemangat untuk segera bekerja di perusahaan. Sebenarnya tak ada bedanya bekerja di rumah ataupun di perusahaan.     

Satu persatu mereka keluar meninggalkan Nenek Jiang seorang diri. Dia sadar jika sudah melakukan banyak hal untuk Aaron Liu. Namun hal itu setimpal dengan pengorbanan pemuda yang telah menolongnya.     

"Panggil Aaron untuk menemuiku di ruang kerja," perintah Nenek Jiang pada seorang pelayan yang berdiri tak jauh darinya. Sepertinya akan lebih baik memberitahukan kabar itu pada seseorang yang sudah menjadi penolongnya.     

Aaron Liu masih berada di ambang kesadarannya. Dia sangat terkejut saat seorang pelayan datang dan mencoba untuk membangunkannya. Dengan sedikit terpaksa, lelaki itu membuka matanya lalu bangkit dari ranjangnya.     

"Ada yang bisa saya bantu?" Sebuah pertanyaan yang terdengar sangat sopan untuk ukuran seorang pelayan yang bekerja di rumah itu.     

"Nyonya Jiang memanggil Anda, Tuan. Beliau sudah menunggu di ruang kerjanya," jawab pelayan itu dengan ramah.     

Pelayan itu akhirnya mengantarkan Aaron Liu untuk menemui pemilik dari mansion mewah yang ditinggalinya. Begitu sampai di depan pintu, dia mempersilakan tamu dari nyonya rumah untuk masuk ke dalam.     

"Silahkan masuk, Tuan." Sebuah ucapan sopan terdengar dari mulut seorang pelayan yang dipercaya untuk mengurus kebutuhan Aaron Liu selama tinggal di rumah itu.     

Setelah menghela nafas beberapa kali, Aaron Liu memberanikan diri untuk masuk ke dalam sebuah ruangan di depannya. Dia pun memutar handle pintu lalu mendorongnya masuk.     

"Masuklah, Aaron!" Baru saja pintu terbuka, Nenek Jiang langsung memintanya untuk masuk. "Maaf, sudah menggangu istirahatmu Anak muda," ungkap pemilik rumah itu.     

"Tak masalah, Nek. Aku sudah terbangun dari tadi." Aaron Liu sengaja berbohong pada Nenek Jiang. Dia tak ingin membuat wanita tua itu tak enak hati karena telah membangunkan dirinya. Jelas-jelas, dia masih terbuai dalam mimpi saat seorang pelayan mendatangi kamarnya.     

Nenek Jiang bisa melihat jika pemuda itu sedang membohonginya. Terlebih, wajah Aaron Liu sangat melukiskan jika dirinya baru saja terbangun dari tidur. Dengan langkah pelan, dia menarik tangan seorang lelaki yang sudah membantunya, mengajaknya untuk duduk di sebuah kursi.     

"Mulai besok, kamu akan menjadi asistenku. Semoga kamu tidak keberatan, Aaron." Tanpa basa-basi sedikit pun, Nenek Jiang memilih untuk langsung mengungkapkan keinginannya. Dia tak ingin terbelit-belit membicarakan hal yang tak penting.     

"Tapi, Nek .... Bukankah ini sangat berlebihan? Apalagi Nenek baru saja mengenalku kemarin," sahut Aaron Liu dengan penuh keraguan. Dia tak ingin menjadi parasit dalam keluarga Nenek Jiang.     

Sejak awal, Nenek Jiang sama sekali tak mengerti dengan pemikiran Aaron Liu. Ego di dalam dirinya yang terlalu tinggi atau menunjukkan arogansi yang memaksanya untuk tak menerima segala bentuk kebaikan untuknya.     

Di pandang secara sekilas saja, sudah sangat jelas jika Aaron Liu bukanlah seorang pria muda biasa yang tak memiliki apapun. Namun seolah dia sedang menutupi jati diri keluarganya.     

"Apakah kamu berasal dari keluarga kaya raya hingga tak ingin bekerja sebagai asistenku?" Kali ini Nenek Jiang sengaja melontarkan pertanyaan itu. Dia ingin menggali sesuatu yang seolah telah disembunyikan oleh pemuda tampan di sebelahnya.     

"Tentu saja bukan, Nek. Keluargaku hanya petani kecil di Pulau Chyou. Nenek sudah berpikir yang berlebihan tentang aku," kilah Aaron Liu atas sebuah pertanyaan yang bisa mengungkapkan identitasnya sebagai anggota Keluarga Liu.     

Tak mau mengambil pusing, Nenek Jiang terpaksa harus mempercayai semua ucapan Aaron Liu. Dia akan mencari tahu sendiri, siapa sebenarnya sosok pemuda yang telah membantunya itu.     

"Kalau boleh tahu, bisnis apa yang Nenek kerjakan?" Sebenarnya, Aaron Liu hanya takut jika dirinya tak bisa melakukan apapun untuk Nenek Jiang. Apalagi, dia sudah diperlakukan sangat baik olehnya.     

"Fashion." Hanya jawaban itu saja yang dikatakan oleh Nenek Jiang. Dia sama sekali tak menjelaskan secara detail, perusahaan apa yang sedang dikerjakannya. "Besok pagi, kamu juga akan tahu. Sekarang istirahatlah!" Nenek Jiang membukakan pintu untuk Aaron Liu, seakan dia mengusirnya secara halus.     

Aaron Liu berangsur meninggalkan ruangan itu. Sebelum kembali ke kamarnya, seorang pelayan datang dan menghampirinya.     

"Apakah Anda ingin makan malam di kamar atau di ruang makan, Tuan? Malam ini Nyonya Jiang tidak bisa menemani Anda makan malam. Beliau berpesan agar kami melayani Anda dengan baik," ujar pelayan itu dengan tutur kata sopan dan juga sangat ramah.     

"Saya makan malam di kamar saja," balas pria tampan itu sebelum beranjak masuk ke dalam kamarnya. Dia bisa melihat jika Nenek Jiang sangat sibuk dengan banyak pekerjaannya. Bahkan, meja kerjanya tampak sangat berantakan dengan berkas-berkas dan juga desain-desain.     

Tak berapa lama setelah masuk ke dalam kamarnya, terdengar suara ketukan pintu. Seorang pelayan datang dan meletakkan sepaket makan malam lengkap di atas meja.     

"Silahkan menikmati makan malam Anda, Tuan," ucap pelayan itu lalu berjalan ke arah pintu untuk keluar.     

"Tunggu!" Aaron Liu sengaja menghentikan pelayan itu sebelum melewati pintu kamar.     

Seketika itu juga, perempuan muda yang berseragam pelayan itu menghentikan langkahnya. Dia pun membalikkan badan dan memandang ke arah sosok tamu istimewa dari nyonya rumahnya.     

"Apakah Nenek Jiang tinggal sendirian di rumah ini? Maksudku ... apakah tak ada keluarganya yang tinggi di sini?" Dengan sangat terburu-buru dan juga sangat penasaran, Aaron Liu pun menanyakan hal itu pada si pelayan. Dia tak sabar untuk menunggu kejelasan dari Nenek Jiang.     

"Tidak, Tuan. Ada seorang cucunya yang tinggal di sini. Hanya saja ... Nona sedang dalam perjalanan bisnis ke luar negeri. Sepertinya Minggu depan akan kembali," jelas pelayan itu padanya.     

Aaron Liu pun meminta pelayan itu untuk keluar, dia sangat berterima kasih karena seluruh pelayan di sana memperlakukannya dengan sangat baik. Dia tak menyangka akan menemukan seseorang yang sangat baik dan juga peduli padanya, di saat semua orang telah meninggalkan dirinya.     

Setelah menyelesaikan makan malamnya, Aaron Liu keluar dari kamar menuju ke dapur. Sebetulnya dia tak perlu melakukannya, tinggal menekan sebuah tombol saja ... seorang pelayan pasti datang dan siap untuk membantunya.     

"Kenapa Anda tidak memanggil kami saja, Tuan?" Seorang pelayan tiba-tiba datang dan mendapati Liu Xingsheng sedang membawa piring kotor. "Nyonya Jiang bisa marah besar jika melihat Anda di dapur," lanjut pelayan itu lagi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.