Menantu Pungut

Penipu!



Penipu!

0"Saya sama sekali tak berniat untuk menipu Nenek Jiang sedikit pun. Pertemuan kami benar-benar tak sengaja, Nona." Aaron Liu mencoba untuk menjelaskan hal itu secara langsung pada cucu di rumah itu.     

Jiang Lily tersenyum sinis pada sosok pria yang masih berdiri tak jauh darinya. Bisa dipastikan jika pakai pria itu cukup basah setelah kehujanan di luar.     

Seolah tanpa rasa kasihan sedikit pun, Jiang Lily sedikit mendorong Aaron Liu yang hanya bisa menatapnya. Tak ada perasaan iba ataupun simpati yang diperlihatkan oleh perempuan itu. Hanya ada kecurigaan dan juga pikiran buruk pada pria tampan yang berhasil mencuri perhatian neneknya.     

"Jangan berbicara omong kosong di hadapanku! Aku sangat mengenal beberapa orang penipu sepertimu." Jiang Lily mengatakan hal itu dengan penuh penekanan. Seolah memperingatkan kebencian yang begitu mendalam.     

"Baiklah, Nona. Saya akan berganti pakaian dulu," pamit Aaron Liu sebelum meninggalkan perempuan cantik yang tadi pagi sudah membantunya.     

Takdir benar-benar tak terduga dan di luar perkiraannya. Tak pernah terbayangkan jika sosok perempuan sombong yang ditemuinya tadi pagi adalah cucu dari Nenek Jiang. Mau tak mau ia harus berhadapan langsung dengan perempuan cantik itu.     

Segala terasa begitu sulit bagi Aaron Liu. Namun, pria itu tak memiliki pilihan lain selain tinggal di rumah itu. Tak ada lagi sebuah tempat yang bisa melindunginya dari terik matahari, hujan dan dinginnya malam.     

"Jangan harap kamu bisa kabur dan hidup tenang di rumah ini!" ketus Jiang Lily dengan nada sinis dan suara cukup nyaring. Ia sengaja melakukannya agar pria itu bisa mendengar setiap kata-kata yang diucapkannya.     

Ucapan Jiang Lily itu sampai terdengar di kamar Nenek Jiang. Membuat wanita tua itu langsung bergegas keluar untuk menemui cucunya.     

Nenek Jiang sama sekali tak paham dengan kekesalan cucunya pada Aaron Liu. Tak seharusnya perempuan cantik kesayangannya itu bersikap berlebihan padanya. Seolah ada sesuatu yang benar-benar menumbuhkan kebencian di dalam hati Jiang Lily.     

"Lily!" bentak Nenek Jiang dengan wajah geram. "Bisakah kamu bersikap sedikit lebih baik? Apakah nenek mengajarimu untuk bersikap liar dan tak terkendali seperti itu," kesal seorang wanita tua pemilik dari mansion mewah di mana Aaron Liu tinggal.     

"Nenek!" Jiang Lily hanya menundukkan kepala tanpa berani memandang neneknya. Ia sangat sadar jika dirinya sangat bersalah telah bersikap tak sopan. Namun, perempuan itu sama sekali tak senang dengan kehadiran Aaron Liu di rumah itu. Ia takut jika pria asing itu hanya akan memanfaatkan neneknya.     

"Nenek tak ingin melihatmu bersikap tak sopan pada Aaron!" peringat Nenek Jiang pada cucu kesayangannya.     

Meskipun Jiang Lily tak bisa menerima hal itu, ia tak mungkin berani melawan neneknya. Saat ia berbicara keras saja, rasanya sudah sangat menyesal sudah tak sopan pada seseorang yang sudah merawatnya sejak kecil.     

Tak berapa lama, ada seorang pelayan yang kebetulan datang dan menghampiri mereka berdua. Pelayan itu memberitahukan kedatangan seseorang yang sudah berada di depan rumah.     

"Seolah kurir mengirimkan beberapa perabot ke sini, Nyonya," ucap si pelayan pada nyonya rumah.     

"Suruh mereka masuk!" sahut Nenek Jiang tanpa ekspresi yang cukup berarti. Wanita itu langsung berjalan menuju ke pintu utama untuk melihat beberapa orang yang baru saja datang mengantarkan perabotan baru.     

Jiang Lily mengikuti neneknya, ia sangat penasaran dengan kiriman yang baru saja datang. Begitu barang-barang itu diturunkan dari mobil, mata perempuan itu langsung berbinar. Seolah cucu dari Nenek Jiang itu terkesima dengan perabotan baru yang telah datang.     

Perempuan itu mendekati neneknya, memeluk dengan penuh kelembutan. Jiang Lily mencoba untuk mendekati neneknya dan mencari tahu mengenai kepemilikan barang-barang.     

"Apakah Nenek ingin memakai semua barang-barang itu di kamar? Mengapa tak memesan dua sekaligus untuk kamarku juga?" protes Jiang Lily pada seorang wanita tua yang selama ini begitu mencintai dan juga menyayanginya.     

"Apakah kamu menyukai barang-barang itu?" tanya Nenek Jiang pada cucunya.     

"Aku sangat menyukainya, Nek. Semua barang itu sangat sesuai dengan seleraku. Benar-benar sangat sempurna dan sesuai dengan bayanganku selama ini." Jiang Lily langsung menyentuh beberapa perabot yang sebenarnya memang dipilih untuk kamarnya. Ia benar-benar tak menyangka jika selera neneknya benar-benar sangat bagus.     

Di dalam hati, Nenek Jiang sangat senang menyaksikan respon cucunya. Ia tak menyangka jika semua pilihan Aaron Liu sangat sesuai dengan selera Jiang Lily. Seakan mereka berdua sengaja diciptakan untuk bersama saja.     

Hal itu memunculkan pemikiran tidak-tidak mengenai mereka berdua. Nenek Jiang menginginkan sesuatu yang mungkin saja akan sangat mustahil bagi mereka berdua.     

"Kamu boleh memakainya untuk kamarmu. Nenek sengaja membeli semua barang untuk kamar barumu," ucap Nenek Jiang sangat bersemangat.     

"Terima kasih, Nek." Perempuan itu langsung memeluk wanita tua yang selama ini sudah menggantikan tugas kedua orang tuanya. Jiang Lily benar-benar sangat mencintai neneknya.     

Dari kejauhan, Aaron Liu tersenyum senang melihat Jiang Lily sangat menyukai pilihannya. Tak menyangka jika perempuan itu begitu menyayangi Nenek Jiang begitu besar. Sebuah perasaan cinta tulus yang tampak sangat jelas di setiap sorot matanya.     

Aaron Liu sangat puas akan dirinya sendiri. Setidaknya ia sedikit berguna untuk Keluarga Jiang. Meskipun, perempuan itu masih saja sangat membenci dan tak menyukainya.     

"Aku akan melakukan hal terbaik bagi keluarga ini," gumam Aaron Liu pelan pada dirinya sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.