Menantu Pungut

Momen Berharga



Momen Berharga

0"Apa yang sedang kamu lakukan, Lily!" bentak Nenek Jiang pada cucu kesayangannya yang mulai sulit dikendalikan. Wanita itu keluar dari mobil dan berdiri tak jauh dari Jiang Lily.     

Rasanya semakin tak masuk akal saja kelakuan dari seorang perempuan cantik yang selama ini sangat dibanggakannya. Entah karena alasan apa, Jiang Lily menjadi begitu angkuh dan terkesan arogan pada orang lain.     

Nenek Jiang memang sengaja bersikap tegas pada cucunya. Ia hanya tak ingin Jiang Lily menjadi seorang perempuan kasar dan tak sopan. Semua itu dilakukannya hanya untuk kebaikan cucu kesayangannya itu.     

"Aku akan berangkat ke perusahaan bersama Aaron, Nek. Kuharap Nenek tak memperpanjang sikap buruk ini." Jiang Lily sangat berharga jika neneknya mau memaafkan semua sikap buruknya. Melawan Nenek Jiang tentu saja bukan pilihan terbaik.     

"Untuk apa kamu minta maaf pada nenek? Jika kamu memang sangat menyesal, minta maaflah pada Aaron!" ketus Nenek Jiang pada cucunya sendiri.     

Tak peduli dengan penolakan Jiang Lily sebelumnya, Nenek Jiang hanya berupaya agar cucunya mau bersikap baik pada Aaron. Ia cukup yakin jika mereka berdua akan bisa diandalkan di masa depan.     

Terlepas dari itu, Aaron Liu dan juga Jiang Lily tampak serasi satu sama lain. Ada sedikit harapan kecil yang terselip di dalam hati Nenek Jiang. Meski ia sendiri masih belum terlalu yakin dengan hal itu.     

"Apa! Haruskah aku minta maaf padanya?" Jiang Lily tampak tak rela jika harus mengatakan kata maaf pada seorang pria yang kebetulan berdiri tak jauh dari mobil.     

"Nenek tak ingin memaksa kamu, Lily. Itu adalah pilihanmu sendiri, jika tak ada yang lain ... nenek akan berangkat sekarang." Nenek Jiang beranjak masuk ke dalam mobil. Ia berpura-pura tak peduli dengan cucunya itu. "Ayo kita berangkat, Aaron!" ajaknya cukup menyakinkan.     

"Tunggu sebentar!" Entah keberanian seperti apa, Jiang Lily berusaha untuk menghentikan Aaron Liu masuk ke dalam mobil.     

Perempuan itu tak mungkin melawan neneknya hanya demi sebuah ego di dalam diri. Jiang Lily menatap Aaron Liu yang kebetulan juga memandang lekat pada dirinya. Ia sangat bingung dan juga kehilangan kata-kata untuk mengungkapkan maaf pada pria di hadapannya.     

Beberapa menit berlalu, Jiang Lily masih berdiri dengan memegang tangan Aaron Liu. Ia sama sekali tak ingin kehilangan kesempatan apapun untuk kembali mendapatkan kesempatan emas. Tak mungkin jika ia harus melepaskan perusahaan begitu saja. Tak tega jika membiarkan Nenek Jiang bersusah payah mengurus perusahaan sendirian.     

"Jangan membuang waktu, Aaron! Cepatlah masuk!" seru Nenek Jiang dari dalam mobil. Ia bisa melihat jika cucunya merasa begitu berat dan juga tak rela mengungkapkan kata maaf.     

"Tunggu, Nek. Beri aku dua menit saja!" Jiang Lily terdengar sedikit memohon kali ini. Ia tak mau jika neneknya sama sekali tak memberikan kesempatan apapun padanya.     

Menghilangkan segala ego di dalam dirinya, Jiang Lily tampak sedang menarik nafas sebelum mengeluarkan sepatah kata. Perempuan itu tampak begitu ragu, tetapi juga tak bisa menghindari apapun.     

Di dalam mobil, Nenek Jiang harus menahan senyuman. Ia sangat yakin jika Jiang Lily pasti mau menerima Aaron Liu. Cepat atau lambat, mereka berdua akan menjadi partner kerja yang sangat cocok satu sama lain.     

"Maafkan aku, Aaron. Aku sudah sangat tak sopan padamu. Kuharap kita bisa bekerjasama dengan baik." Jiang Lily mengulurkan tangannya, ia ingin memberikan kesan baik di hadapan neneknya. Berharap jika Aaron Liu mau menyambut sebuah jabat tangan yang akan menandakan mereka menjadi partner kerja.     

"Semoga saya bisa membantu Anda, Nona." Dalam gerakan cepat, Aaron Liu langsung berjabat tangan dengan Jiang Lily. Mereka berdua benar-benar seperti pasangan rekan kerja yang sangat baik.     

Sebuah momen yang harus diabadikan oleh Nenek Jiang. Dengan gerakan cepat, wanita tua itu langsung mengambil ponsel dan memotret mereka berdua. Sebuah awal yang baru dan akan memperlihatkan sebuah perubahan yang signifikan.     

Tanpa berpikir panjang, Nenek Jiang keluar lagi dari mobil. Ia pun berjalan mendekati cucu perempuannya itu. Melemparkan sebuah tatapan hangat dan penuh arti pada sosok keluarga satu-satunya.     

"Selamat bekerja! Mulai hari ini, nenek berharap jika kalian berdua akan saling membantu untuk membangun perusahaan kita," ucap Nenek Jiang pada partner kerja baru yang akan bekerjasama membangun perusahaan.     

"Terima kasih atas kepercayaannya, Nek. Aku berharap jika Nenek masih berkenan untuk membimbingku," ucap Aaron Liu penuh harap.     

Tak banyak hal yang bisa dilakukannya, ia hanya berharap jika Nenek Jiang berkenan untuk memberikan bantuan untuk menjadi asisten yang baik bagi Jiang Lily.     

Hal itu bukanlah persoalan besar, Nenek Jiang cukup yakin jika Aaron Liu bisa mengatur semuanya. Pria itu terlihat cukup cakap dan tentunya sangat sopan terhadap orang lain.     

"Kamu bisa bertanya langsung pada Jiang Lily. Jika cucuku tak mau membantumu, langsung saja hubungi nenek." Meskipun kalimat itu terdengar begitu lembut, sebenarnya itu mengandung ancaman tak main-main bagi Jiang Lily. Nenek Jiang sengaja menyelipkan maksud terselubung dalam ucapannya.     

"Apakah Nenek begitu percaya dan juga menyayangi Aaron? Bagaimana Nenek bisa lebih membelanya?" Terlalu sulit bagi Jiang Lily untuk memahami hal itu. Pria asing yang datang di dalam hidupnya telah merusak semuanya. Malangnya lagi, ia sama sekali tak bisa melakukan perlawanan apapun. Sangat memilukan!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.