Menantu Pungut

Tebar Pesona



Tebar Pesona

0Begitu sampai di gedung pencakar langit milik JL Fashion, Aaron Liu dan juga Jiang Lily bergegas keluar dari sana. Ada beberapa staf yang sengaja memberikan sambutan istimewa atas kembalinya cucu dari pemilik perusahaan.     

"Selamat datang, Nona Jiang. Anda sudah ditunggu di ruang meeting," sapa seorang perempuan yang cukup sopan dan juga ramah.     

"Aku akan langsung ke ruang meeting," balas Jiang Lily tanpa menghentikan langkah menuju ke sebuah lift yang berada tak jauh dari lobby perusahaan.     

Aaron Liu tetap berada di samping atasannya. Mulai hari itu, ia akan bekerja dengan seorang perempuan yang selama ini sangat tak menyukainya.     

Pria itu sama sekali tak mengerti alasan Jiang Lily begitu membencinya. Seolah perempuan itu menganggap Aaron Liu seperti penjahat saja.     

"Silahkan, Nona," ucap Aaron Liu pada Jiang Lily begitu pintu lift telah terbukti.     

"Tunjukkan jika kamu benar-benar seorang asisten yang pantas bekerja denganku!" tegas Jiang Lily pada sosok pria muda dan juga tampan pilihan neneknya.     

"Baik, Nona," jawab Aaron Liu sangat sopan.     

Bagaimanapun juga, pria itu harus bersikap sebaik mungkin, sedikit kesalahan saja bisa memperumit hubungan di antara mereka berdua. Tentu saja hal itu tak terlalu baik bagi pekerjaan. Memaksa Aaron Liu harus menahan diri dan tak terprovokasi dengan segala keangkuhan Jiang Lily.     

Begitu masuk ke dalam ruang meeting, semua orang langsung bangkit dari tempat duduknya. Mereka semua berdiri dan memberikan penghormatan kepada pimpinan JL Fashion.     

"Silahkan duduk! Aku akan memperkenalkan asisten baruku. Dia adalah Aaron ... siapa nama belakangmu?" Jiang Lily sama sekali tak mengetahui nama belakang dari asisten barunya itu. "Tak perlu dijawab! Aaron saja sudah cukup," lanjutnya lagi sebelum pria itu memberikan jawaban atas pertanyaannya.     

"Selamat bergabung, Tuan Aaron." Mereka semua memberikan sebuah sambutan yang cukup baik. Bukan tanpa alasan, semua orang di ruangan itu sempat melihat pria itu datang bersama Nenek Jiang beberapa waktu lalu.     

"Mulai sekarang, Aaron yang akan mengurus semua pekerjaanku. Kalian bisa langsung berhubungan dengannya." Begitulah kalimat terakhir yang diucapkan oleh Jiang Lily sebelum mengakhiri meeting tersebut.     

Ada satu hal yang sangat mengusik hatinya. Hal itu benar-benar membuat Jiang Lily tak nyaman berada di ruangan itu untuk waktu yang lebih lama.     

Alasan itu juga yang membuat Jiang Lily memilih untuk langsung masuk ke dalam ruangannya. Ia langsung duduk di sebuah kursi dengan wajah masam dan tak senang.     

Aaron Liu tampak sangat bingung dan juga cemas melihat ekspresi dari atasannya itu. Ia menduga jika ada sesuatu yang membuat Jiang Lily merasa tak nyaman berada di sana.     

"Apakah Nona baik-baik saja?" tanya Aaron Liu pada seorang perempuan cantik yang berwajah muram.     

"Apakah kamu sengaja ingin menggoda semua perempuan di kantor ini? Kamu merasa hebat bisa menarik perhatian mereka ya ... " ledek Jiang Lily dengan wajah masam dan tentu saja cukup geram dengan pemandangan tak menyenangkan di dalam ruang meeting.     

Jiang Lily bisa melihat jika semua perempuan di ruang meeting tadj lebih memperhatikan Aaron Liu. Pesona dari asistennya itu benar-benar sudah menghipnotis mereka. Hal itu membuat perempuan cantik itu merasa sangat risih dan juga tak nyaman akan hal itu.     

Sedangkan Aaron Liu sama sekali tak paham dengan ucapan atasannya. Ia merasa tak melakukan kesalahan apapun yang mungkin saja telah membuat perempuan itu begitu murka. Namun kenyataannya ....     

"Apa maksud, Nona? Saya merasa tak melakukan apapun," jelas Aaron Liu karena ia merasa tak melakukan apapun untuk menggoda perempuan-perempuan di kantornya.     

"Dasar, Pria munafik! Kamu pikir aku bodoh, aku melihat sendiri jika kamu sengaja menebar pesona di hadapan mereka semua," ungkap Jiang Lily atas kecurigaannya pada sang asisten.     

"Sepertinya Nona telah salah paham." Aaron Liu semakin tak paham dengan jalan pikiran dari perempuan itu. Seolah apapun yang dilakukannya selalu saja salah bagi Jiang Lily.     

Berulang kali Aaron Liu berpikir, tetap saja tak bisa memahami sosok perempuan cantik yang terlihat sangat membencinya itu. Seperti sebuah takdir yang salah, mereka berdua seperti minyak dan air yang tak pernah bisa bersatu.     

Jiang Lily bangkit dari kursi dan memandang sosok pria kepercayaan neneknya. Ia merasa jika kehadiran Aaron Liu adalah sebuah kehancuran baginya. Neneknya menjadi sedikit berlebihan sejak kemunculan pria misterius itu.     

"Bisakah kamu membuatkan kopi untukku? Rasanya sangat mengantuk dan tak bisa fokus untuk bekerja," ucap Jiang Lily pada asistennya.     

"Silahkan tunggu sebentar, Nona. Saya akan membuat kopi untuk Anda." Tanpa membuang waktu, Aaron Liu bergegas keluar dari ruangan itu menuju pantry.     

Pria itu sempat bertanya pada beberapa orang mengenai keberadaan pantry. Untung saja ada seorang perempuan yang bersedia membantunya untuk membuat secangkir kopi untuk Jiang Lily.     

Dalam sekejap saja, Aaron Liu sudah kembali ke ruangan atasannya. Ia pun meletakkan kopi di atas meja tepat di hadapan Jiang Lily.     

"Silahkan kopinya, Nona." Aaron Liu mengatakan hal itu dengan sedikit cemas. Ia takut jika kopi yang dibawanya tak sesuai selera perempuan itu.     

Tanpa memberikan jawaban apapun, Jiang Lily langsung meminum kopi itu dan memperlihatkan perubahan ekspresi yang signifikan. Hal itu membuat Aaron Liu menjadi panik dan juga takut jika perempuan itu akan marah. Bukan apa-apa, ia hanya tak ingin memperlihatkan hubungan buruk mereka di hadapan semua orang di kantor.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.