Menantu Pungut

Pengemis Tampan



Pengemis Tampan

0"Saya sama sekali tak tertarik dengan Nona Aimee. Sebenarnya ... saya hanya ingin bekerja dengan sebaik mungkin. Tidak ada apapun yang bisa saya banggakan untuk menjalin hubungan dengan perempuan manapun." Aaron Liu mencoba untuk menjelaskan kondisi dan juga posisinya saat itu.     

Berharap jika Jiang Lily tak terus memojokkan dirinya apalagi sampai membencinya. Bukan hal mudah untuk bekerja bersama seseorang yang tak ingin menghargai dirinya sedikit pun.     

Jiang Lily tersenyum penuh arti. Entah apa yang sebenarnya dipikirkan oleh perempuan itu. Antara benci dan juga peduli, keduanya terlihat samar-samar bagi Aaron Liu.     

"Apakah kamu sudah memilih beberapa model?" tanya Jiang Lily dengan nada datar. Perempuan itu sudah seperti seorang pimpinan dingin dan juga arogan.     

"Ada beberapa yang sepertinya sangat cocok untuk fashion musim panas." Aaron Liu memperlihatkan beberapa gambar model pilihannya. Ia berharap jika perempuan itu sama sekali tak menolak usulannya kali ini.     

"Duduklah dulu! Aku akan memeriksa model pilihanmu itu," perintah Jiang Lily dengan nada tak menyenangkan. Ia berlagak seperti seorang pimpinan kejam dan sangat menakutkan.     

Tanpa mampu memberikan penolakan sedikit pun, Aaron Liu langsung duduk di sebuah kursi yang berada tak jauh dari meja kerja perempuan itu. Ia harus mematuhi semua perintah dan juga arahan dari cucu Nenek Jiang.     

Meski Aaron Liu tak terlalu menyukai sikap Jiang Lily, ia harus bisa menahan dirinya. Nenek Jiang sudah begitu baik dan memperlakukan dirinya begitu istimewa. Tak mungkin jika ia harus nekat melawan sikap tak menyenangkan dari atasannya itu.     

Pria itu harus menunjukkan sikap dan juga perilaku yang baik. Aaron Liu sangat yakin, sedikit saja kesalahan yang dilakukannya bisa berakibat sangat fatal. Ia tak ingin membuat hubungan mereka berdua semakin memburuk.     

"Okay! Aku setuju dengan beberapa model pilihanmu. Sepertinya cukup lumayan juga seleramu, Aaron." Itu bukanlah sebuah pujian yang dilontarkan oleh Jiang Lily pada asistennya. Melainkan sebuah ledekan atas pilihan dari seorang pria miskin yang berhasil menarik perhatian neneknya.     

"Syukurlah jika Nona sependapat dengan saya. Saya akan segera menemui bagian produksi untuk menyiapkan semua pakaian musim panas sebelum melakukan pemotretan." Aaron Liu tampak begitu semangat untuk menemui staf lainnya. Setidaknya ia cukup berguna berada di sisi Jiang Lily.     

Jiang Lily mengulum senyuman tulus begitu pria itu keluar dari ruangan. Tak menyangka jika Aaron Liu akan sangat bersemangat untuk bekerja di bawah arahannya. Kalau dipikir-pikir, pria itu bisa bekerja dengan sangat baik. Hal itu membuatnya cukup senang dengan keberadaan seorang pria tampan pilihan neneknya.     

Tak berapa lama sejak Aaron Liu pergi dari ruangan itu. Seorang staf desain datang menemui Jiang Lily. Ada hal penting yang harus dikatakan oleh perempuan dari tim desain.     

"Selamat siang, Nona Jiang. Saya ingin memberitahukan jika gaun pengantin dengan pesanan khusus telah selesai dimodifikasi. Nyonya Jiang meminta Anda untuk mengantarkannya secara langsung ke alamat ini." Perempuan itu memberikan sebuah alamat pada atasannya. Berharap jika tak ada drama ataupun masalah yang memperumit hal itu.     

"Mengapa harus aku yang mengantar secara langsung? Bukankah kita bisa memakai jasa kurir?" Jiang Lily merasa jika permintaan neneknya sedikit aneh dan juga berlebihan. Ia tak benar-benar paham maksud dan tujuan Nenek Jiang memintanya untuk mengantar gaun pengantin itu.     

"Sepertinya Nona belum mengetahui jika calon pengantin adalah klien kita. Bahkan Nyonya Jiang sendiri yang merancang gaun pengantin itu." Perempuan itu mencoba untuk menjelaskan situasi yang sedang dihadapi oleh atasannya.     

Jiang Lily terlihat sedikit bingung. Ia tak paham alasan neneknya harus memintanya untuk mengantar secara langsung. Banyak staf yang ada di perusahaan, mengapa harus dirinya?     

Hanya Nenek Jiang yang mampu menjelaskan alasan itu. Jiang Lily sama sekali tak memiliki pilihan lain selain mendatangi sebuah alamat untuk mengantarkan gaun pengantin.     

"Apakah harus hari ini?" tanya Jiang Lily dengan tak bersemangat.     

"Pernikahannya besok pagi, Nona. Paling lambat sore ini harus sudah sampai ke alamat tadi," jawab perempuan itu.     

"Panggilkan Aaron ke sini! Aku tak mungkin berangkat sendirian ke alamat ini." Jiang Lily merasa sangat membutuhkan Aaron Liu kali ini. Ia tak mungkin berangkat sendirian ke sebuah alamat yang sama sekali belum ia datangi.     

Staf desain itu langsung keluar untuk memanggil Aaron Liu. Berharap jika atasannya kali ini sama sekali tak marah atas perintah dari neneknya sendiri. Perempuan itu bisa melihat jika Jiang Lily sangat terkejut saat mendengar ucapannya tadi.     

Aaron Liu bergegas kembali untuk menemui atasnya, ketika perempuan tadi memberitahu hal itu. Pria itu sangat terburu-buru agar Jiang Lily tak menunggu terlalu lama.     

"Apa yang bisa saya bantu, Nona?" tanya Aaron Liu begitu sampai ke ruangan atasannya.     

"Antar akan ke alamat ini." Jiang Lily memberikan sebuah alasan yang tadi telah diberikan oleh salah satu staf. "Apakah kamu tahu alamat itu? Aku sama sekali belum pernah melewati apalagi mendatangi alamat itu," ujarnya tak bersemangat.     

"Aku sangat mengenal area ini, Nona." Aaron Liu melihat dengan sangat jelas jika alamat itu berada tak jauh dari rumah keluarganya dulu. Tentu saja ia sangat mengenal jalanan di sepanjang alamat itu.     

Namun, Aaron Liu sama sekali tak mengetahui penghuni rumah itu. Sudah cukup lama rumah itu tampak kosong dan tak ditinggali. Setelah bertahun-tahun, ia baru akan melihat pemilik rumah itu sekarang.     

Mereka berdua langsung berangkat ke alamat tadi. Aaron Liu juga merasa sangat penasaran dengan penghuni rumah yang berada tak jauh dari rumahnya.     

Tak berapa lama, mereka berdua telah sampai di rumah mewah berpagar tinggi itu. Begitu mengetahui mereka berdua datang membawa gaun pengantin, seorang penjaga langsung menyuruhnya masuk.     

Sebelum berhasil keluar, ponsel Jiang Lily terjatuh di dalam mobil. Ia berusaha untuk meraihnya sebelum menyusul Aaron Liu.     

"Masuk saja duluan! Aku akan mengambil ponselku dulu," seru Jiang Lily dari dalam mobil.     

Aaron Liu memutuskan untuk masuk duluan. Ia melihat sekeliling dan memperhatikan bangunan megah di hadapannya. Meskipun tak semewah rumah lamanya, rumah itu cukup elegan dan tentunya cukup mahal.     

Seorang pelayan melihat kedatangan Aaron dan langsung memintanya masuk.     

"Silahkan masuk, Tuan. Nona sudah menunggu sejak tadi," ujar pelayan itu sangat sopan.     

Aaron Liu langsung masuk ke rumah itu dengan membawa sebuah box mewah berisi gaun pengantin. Baru saja berjalan selangkah masuk ke dalam ruang tamu, pria itu sudah mendapatkan sambutan tak menyenangkan.     

"Pelayan! Mengapa kamu membiarkan seorang pengemis masuk?" teriak seorang perempuan dengan suara nyaring.     

Seketika itu juga, wajah Aaron Liu langsung memucat. Ia tak percaya jika akan bertemu dengan seorang perempuan yang baru saja ditemuinya itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.