Menantu Pungut

Tak Bisa Menolak



Tak Bisa Menolak

0Tanpa disadari oleh semua orang, Jiang Lily sudah memperhatikan pembicaraan mereka sejak tadi. Ia akhirnya mulai tahu jika Aaron Liu bukanlah pria biasa seperti dugaannya. Cukup mengejutkan dan sulit dipercaya.     

"Mengapa bersembunyi di sana, Nona Jiang?" celetuk Aaron Liu saat mendapati seorang perempuan sedang berdiri di antara beberapa pakaian yang menggantung.     

Jiang Lily sedikit terkejut dengan keberadaan Aaron Liu. Ia tak menyadari jika pria itu sudah berdiri cukup dekat dengannya. Sebuah senyuman kecut terukir tipis di wajahnya. Perempuan itu merasa sangat malu telah tertangkap basah menguping pembicaraan mereka.     

Dalam gerakan pelan dan dipenuhi oleh rasa malu, Jiang Lily beranjak ke arah Aaron Liu. Ia pun menatapnya dengan penuh perasaan yang tak karuan.     

"Aku hanya penasaran saja, siapa yang sebenarnya sedang kamu temui." Jiang Lily memaksakan diri untuk tetap tenang. Meskipun rasa malu itu masih saja tak kunjung hilang.     

"Hanya teman lama. Apakah kamu sudah selesai memilih pakaian? Bagaimana jika kita segera pergi dari sini saja?" ajak Aaron Liu karena mereka tak nyaman dengan keberadaan seorang sahabat yang sengaja menghilang di saat keluarganya telah bangkrut.     

"Baiklah!" Baru kali ini, Jiang Lily langsung menyetujui permintaan pria itu. Ia tahu jika suasana hati Aaron Liu sedang tak baik.     

Sebuah pembicaraan singkat antara Aaron Liu dan juga temannya tadi, sepertinya merusak suasana hatinya. Pria itu terlihat sangat kecewa dan juga sedih setelah bertemu dengan sahabatnya sendiri.     

Aaron Liu merasa jika Su Minghao telah meremehkan dirinya. Padahal dulu, sahabatnya itu selalu memuji-muji dan juga mengaguminya. Segala langsung berubah total di saat ia menjadi orang miskin. Semakin jelas jika tak ada ketulusan di antara hubungan persahabatan kedua pria itu.     

Mereka berdua langsung masuk ke dalam mobil sebelum akhirnya meninggalkan toko pakaian itu. Aaron Liu hanya terdiam tanpa mengatakan apapun. Ia cukup terpukul dengan sikap seorang pria yang ia pikir adalah sahabat terbaiknya.     

"Apakah kamu baik-baik saja, Aaron?" tanya Jiang Lily dengan sedikit cemas. Meskipun ia sudah tahu jika pria di sebelahnya itu tak benar-benar baik.     

"Aku baik-baik saja, Nona. Apakah ada barang lain yang ingin Nona beli?" tanya Aaron dengan suara lirih namun masih terdengar oleh perempuan di sebelahnya.     

Jiang Lily terdiam sebentar, ia sedang memikirkan sesuatu yang mungkin bisa membuat pria di sebelahnya itu merasa jauh lebih baik. Memang bukan sesuatu yang istimewa, setidaknya ada niat baik yang ingin dilakukannya.     

Hingga tak berapa lama, Jiang Lily melihat sebuah kedai ice cream di ujung jalan. Mendadak ia memiliki sebuah ide cemerlang untuk memperbaiki suasana hati dari asistennya itu.     

"Berhenti di kedai depan saja, Aaron! Aku ingin sekali memakan ice cream," seru Jiang Lily dengan antusias.     

"Baiklah, Nona!" jawab Aaron Liu singkat.     

Perempuan cantik itu memang sangat menyukai ice cream. Bahkan Nenek Jiang sengaja membeli berbagai macam rasa khusus untuk cucu kesayangannya itu. Sejak kecil, Jiang Lily sangat suka memakan berbagai macam rasa ice cream. Suasana hatinya akan sangat membaik begitu makanan dingin itu masuk ke dalam mulutnya.     

Tak berapa lama, mereka berdua sudah berada di sebuah kedai ice cream yang berada di ujung jalan. Jiang Lily langsung memesan dua porsi untuk mereka berdua. Ia berharap jika suasana hati Aaron bisa jauh lebih baik.     

"Ini untukmu ... kuharap kamu merasa lebih baik setelah memakannya." Jiang Lily menunjukkan sedikit perhatian pada pria itu. Sejujurnya ia juga ikut sedih saat mendengar kondisi Aaron Liu yang sebenarnya.     

"Seharusnya Nona Jiang tak perlu melakukan hal ini. Saya hanya seorang asisten biasa. Tak perlu terlalu berbaik hati padaku," ujar Aaron Liu atas kebaikan dari seorang perempuan yang sedang bersamanya.     

Jiang Lily yang tadinya begitu tulus ingin menghiburnya, berubah sangat kesal. Ia merasa jika Aaron Liu sama sekali tak menerima sebuah niat baik yang sengaja dilakukannya.     

Dengan wajah cemberut dan sangat buru-buru, Jiang Lily langsung menghabiskan segelas ice cream di tangannya. Ia ingin segera pulang dan tak memandang pria menyebalkan yang tak tahu terima kasih.     

"Jika kamu sudah selesai, kita langsung pulang saja," ketus Jiang Lily sebelum bangkit dari kursi lalu masuk ke dalam mobil. Perempuan itu begitu murka atas sikap Aaron Liu yang dinilainya sangat mengecewakan.     

Rasanya sangat menyesal melakukan hal itu dengan tulus pada asistennya. Benar-benar sebuah situasi yang sama tak nyaman dan juga sangat menyebalkan bagi Jiang Lily. Perempuan itu sudah tak sabar untuk segera sampai di rumahnya dan tak melihat seorang pria yang terlalu tak menyenangkan.     

Dalam beberapa menit perjalanan, mereka berdua telah sampai di sebuah mansion mewah milik Keluarga Jiang. Cucu dari Nenek Jiang itu langsung keluar begitu saja tanpa membawa beberapa barang yang tadi sudah dibelinya.     

Jiang Lily merasa sangat muak untuk berada di sebuah mobil yang sama dengan asistennya. Dia beranggapan jika pria itu terkait kolot dan sangat tak bisa memahami niat baiknya.     

"Di mana Aaron, Lily? Mengapa kamu pulang sendirian?" Nenek Jiang melihat cucu kesayangannya masuk ke dalam bangunan utama dengan wajah tak senang. Ia juga belum melihat seorang pria muda yang dipercayainya untuk menjadi asisten.     

"Pria menyebalkan itu masih ada di dalam mobil. Lebih baik Nenek saja yang menghadiri undangan itu besok pagi. Seperti pria miskin itu tak tertarik untuk datang bersamaku," kesal Jiang Lily sebelum meninggalkan Nenek Jiang yang masih bingung dengan kelakuan cucunya sendiri.     

Wanita tua itu lalu berjalan keluar, ia bisa melihat jika Aaron Liu masih berada di dalam mobil. Nenek Jiang sama sekali tak mengerti, apa yang sebenarnya terjadi dengan mereka berdua.     

Tak ingin hanya menduga-duga, ia pun berjalan ke sebuah mobil di mana Aaron Liu masih berada di dalam. Mengetuk pelan kaca mobil dan melemparkan isyarat agar pria tampan itu segera keluar.     

"Apa Nenek Jiang memanggil aku?" Pertanyaan itulah yang keluar dari mulut Aaron Liu saat keluar dari mobil. Ia masih saja merasakan kekecewaan atas pertemuannya dengan Su Minghao.     

"Lily mengatakan jika kamu tak ingin datang ke pernikahan klien kita besok pagi. Apa sebenarnya masalahnya? Apakah karena dia adalah mantan tunanganmu? Jika memang benar, bukankah itu adalah sebuah kesempatan agar kamu bisa menunjukan kalau kamu baik-baik saja?" Nenek Jiang tak mau sampai Aaron Liu dipandang rendah oleh orang lain. Ia merasa jika pria muda itu masih bisa melakukan hal hebat di masa depan.     

Ingin rasanya Aaron Liu menghilang saat itu juga. Ia tak bisa menolak perintah Nenek Jiang. Namun juga tak bisa menerima hal itu. Segala rasa sakit seolah berhasil menyusup ke relung hati. Pria itu benar-benar sangat terpuruk atas sendiri fakta yang sulit untuk diterimanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.