Menantu Pungut

Menantu Pungut



Menantu Pungut

0Situasi menjadi semakin tak terkendali. Jiang Lily mengancam untuk bunuh diri daripada harus menikahi Aaron Liu. Ada seorang pria yang sudah cukup lama membuatnya jatuh hati. Hal itu juga yang membuat perempuan itu selalu menutup hati pada pria manapun.     

Sayangnya ancaman itu sama sekali tak membuat neneknya gentar sedikit pun. Sebuah keputusan final yang tak bisa diganggu gugat, kecuali jika Aaron Liu sendiri yang menolak mengenai perjodohan itu.     

"Nona Jiang! Tolong buka pintunya!" teriak Aaron Liu di depan pintu kamar perempuan itu. Ia hanya ingin berusaha untuk menghentikan tindakan berbahaya dari Jiang Lily.     

"Jangan mencari muka di hadapanku, Aaron! Aku tak akan menikah denganmu," sahut Jiang Lily dari dalam kamarnya. Suaranya terdengar begitu bergetar karena menahan amarah di dalam hati.     

Aaron Liu masih berusaha untuk membujuk cucu dari Nenek Jiang. Hingga tak berapa lama, wanita tua itu akhirnya menyusul ke depan kamar Jiang Lily.     

Nenek Jiang datang bersama seorang pelayan yang kebetulan membantu kunci cadangan dari kamar cucunya. Tentu saja tak sulit untuk membuka pintu yang memisahkan mereka dengan perempuan keras kepala dan tak bisa diatur.     

Namun sebelum itu, ada beberapa hal yang ingin dikatakannya pada Aaron Liu. Ia juga ingin mencari kepastian mengenai perjodohan yang sudah direncanakan sebelumnya. Nenek Jiang bisa memaksa cucunya, tapi ia tak punya hak untuk memaksa Aaron Liu untuk menyetujui keputusan itu.     

"Ada satu yang ingin aku tanyakan padamu sebelum menemui cucunya. Apakah kamu bersedia menjadi menantu di keluarga ini?" tanya Nenek Jiang pada seorang pria yang sudah beberapa lama tinggal bersamanya.     

Sebuah pertanyaan yang sebenarnya tak bisa jika harus langsung dijawab. Aaron Liu seharusnya membutuhkan sedikit waktu untuk memberikan jawaban atas keputusan itu.     

Namun, situasi sangat tak kondusif. Pria itu harus membuat keputusan penting di dalam hidupnya. Jika menerima adalah sebuah keputusan yang sangat berat, menolak juga bukan pilihan terbaik.     

Aaron Liu berada di ambang kebimbangan yang sangat menyiksanya. Harus ada seseorang yang harus dikorbankan atas keputusan besar itu.     

"Aku akan menerima keputusan Nenek." Hanya satu kalimat itu yang berhasil diutarakan oleh Aaron Liu. Ia telah banyak berhutang budi pada Keluarga Jiang selama ini. Sudah saatnya pria itu membalas semua kebaikan dari Nenek Jiang.     

"Kupikir jawaban itu sudah lebih dari cukup. Aku akan membujuk Lily agar menerima perjodohan ini," balas Nenek Jiang sebelum meminta seorang pelayan untuk membuka pintu kamar itu.     

Sebuah keputusan tak main-main dan juga harus mempertaruhkan seluruh hidupnya. Aaron Liu sudah bersiap untuk melewati hidup bersama dengan Keluarga Jiang. Ia sangat yakin jika Nenek Jiang melakukan hal itu untuk kebaikannya.     

Meskipun mereka berdua akan menikah tanpa cinta, hal itu bukanlah masalah besar. Cinta bisa dipupuk dan akan tumbuh seiring berjalannya waktu. Tak masalah jika mereka berdua harus menjalani kehidupan seperti dua orang asing.     

"Apa kamu akan terus bersikap seperti anak kecil?" seru Nenek Jiang begitu pintu kamar itu berhasil terbuka.     

"Bagaimana Nenek bisa mengambil Aaron untuk menjadi suamiku? Apakah begitu membanggakan memiliki seorang Menantu Pungut?" protes Jiang Lily untuk yang kesekian kalinya. Ia benar-benar tak bisa memahami alasan Nenek Jiang mengambil pria itu untuk menjadi suaminya.     

Dalam kemarahan dan juga kekecewaan, Jiang Lily langsung melemparkan beberapa barang di atas meja rias. Hal itu dilakukannya untuk melakukan protes atas keputusan sepihak dari seseorang yang sangat berarti baginya.     

Nenek Jiang semakin naik pitam, ia tak bisa menerima kata-kata kasar dan juga sikap berlebihan dari Jiang Lily. Seorang cucu kesayangan, yang sudah dibesarkan dengan segala kasih sayang dan juga cinta yang mendalam.     

"Kamu benar-benar sangat keterlaluan, Lily! Apakah nenek mengajarimu untuk berkata-kata tak sopan seperti itu?" bentak seorang wanita tua yang sudah melakukan banyak hal untuk kebahagiaan cucunya.     

"Nenek juga sangat keterlaluan! Sudah jelas aku mencintai Li Xian, mengapa Nenek justru menjodohkan aku dengan Aaron?" Jiang Lily terus saja berteriak untuk mencari keadilan bagi dirinya sendiri. Ia benar-benar tak bisa memahami segala keputusan dan juga rencana neneknya sendiri.     

"Apakah jika melihat aku berada di antara hidup dan mati, kamu baru bisa memenuhi permintaan terakhir nenekmu ini?" tukas Nenek Jiang.     

Seketika itu juga, ekspresi Jiang Lily langsung berubah drastis. Wajah geram yang dikuasai oleh amarah berangsur menghilang. Tiba-tiba saja, hatinya dikuasai perasaan takut yang sangat besar. Ia tak mungkin membiarkan hal buruk terjadi pada keluarga satu-satunya.     

Dengan penuh keraguan, Jiang Lily mendekati neneknya dan memeluk erat wanita tua itu. Ia merasa sangat berdosa telah berani terhadap seseorang yang sudah mengorbankan segalanya.     

"Jangan katakan itu, Nek! Aku ingin hidup ratusan tahun lagi bersamamu." Jiang Lily sangat menyesali segala kebodohannya. Ia sadar jika sikapnya itu telah melukai hati Nenek Jiang.     

"Jika kamu ingin nenek hidup lebih lama lagi, menikahlah dengan Aaron. Aku sangat yakin jika dia bisa menjadi seorang suami yang baik untukmu. Apakah kamu bersedia?" desak Nenek Jiang agar cucu kesayangannya itu segera memberikan jawaban atas perjodohan itu.     

Rasanya sangat sulit untuk memberikan jawaban itu saat itu juga. Jiang Lily melihat ke arah luar kamar, ia melihat Aaron Liu berada di depan pintu. Sorotan kebencian terpancar dari wajahnya. Perempuan itu tak bisa menerima seorang pria asing untuk menjadi suaminya.     

Namun sayangnya, Jiang Lily tak bisa menolak keputusan neneknya. Sebuah peringatan dari Nenek Jiang telah memaksanya untuk menerima seorang pria miskin yang bernasib sangat malang.     

"Aku akan menikahi pria pilihan Nenek itu. Apakah aku bisa menolak?" Sebuah harapan kecil terselip dari pertanyaan itu. Jiang Lily mengharapkan secuil harapan dan keajaiban datang menghampirinya.     

"Tidak! Aaron sudah menerima perjodohan ini. Kamu tak perlu berpikir macam-macam untuk merusak semuanya, Lily!" peringat Nenek Jiang dengan sangat serius. Ia sengaja memberikan tekanan dalam setiap kata yang diucapkannya.     

Pupus sudah harapan Jiang Lily. Ia benar-benar tak bisa lari dari perjodohan itu. Lebih parahnya lagi, perempuan itu sama sekali tak bisa menemukan seseorang yang menjadi cinta pertamanya. Sebuah perjuangan panjang yang tanpa hasil apapun.     

"Aku ingin berbicara dengan Aaron sebentar, Nek. Apakah Nenek keberatan?" pinta Jiang Lily dalam nada memohon. Ia harus berbicara serius dengan calon suaminya itu.     

"Tentu saja. Kalian juga harus membiasakan diri untuk selalu bersama." Nenek Jiang lalu keluar dari kamar. Ia sengaja membiarkan pasangan itu untuk berbicara serius berdua.     

Aaron Liu langsung masuk ke dalam kamar begitu Nenek Jiang memintanya untuk masuk. Ia pun cukup penasaran dengan sesuatu yang akan dibicarakan oleh Jiang Lily.     

"Pergilah dari sini sebelum pernikahan digelar! Aku akan memberikan apapun yang kamu inginkan, Aaron. Soal uang, itu bukan masalah besar," ucap Jiang Lily tanpa basa-basi sedikit pun. Ia sangat tahu jika pria itu juga tak memiliki perasaan apapun terhadapnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.