Menantu Pungut

Penawaran Gila



Penawaran Gila

0Jiang Lily benar-benar sangat murka. Ia terus saja menghujani Aaron Liu dengan berbagai pukulan keras di dadanya. Bagi perempuan itu, pukulannya sudah dengan segenap kekuatan. Namun, bagi Aaron Liu sama sekali tak berarti apa-apa.     

Beberapa pukulan dari perempuan keras kepala itu sama sekali tak mungkin membuat Aaron Liu terluka. Ia hanya tetap diam sembari menahan senyuman atas kemarahan cucu dari Nenek Jiang.     

"Tak perlu bersikap seperti anak kecil! Supir sudah menunggu di depan." Nenek Jiang tiba-tiba datang dan meminta pasangan itu segera ke lobby depan perusahaan. Ada hal penting yang harus dilakukan oleh calon pengantin yang sebentar lagi akan melangsungkan pernikahan.     

"Untuk apa supir menunggu kami, Nek?" tanya Jiang Lily setengah berteriak karena wanita tua itu langsung pergi begitu saja.     

Nenek Jiang sama sekali tak mengatakan alasan supir menunggu di depan. Pasangan itu pasti juga akan paham setelah sampai di suatu tempat.     

Aaron Liu sama halnya dengan Jiang Lily yang juga bingung. Mereka berdua sama sekali tak mengerti alasan Nenek Jiang memintanya untuk menuju ke sebuah mobil.     

"Apa yang sebenarnya direncanakan oleh nenekku? Apakah kita akan menikah hari ini?" Tiba-tiba saja, Jiang Lily sangat panik. Ia sudah berpikir tidak-tidak mengenai mereka berdua. Ada kecemasan tersendiri yang tak bisa dikendalikannya.     

"Jangan bercanda kamu! Apakah menikah segampang itu?" Aaron Liu beranggapan jika ucapan perempuan itu sama sekali tak masuk akal. Ia langsung bergegas menuju ke lobby perusahaan sesuai pesan dari neneknya.     

Sampai di depan lobby perusahaan, Nenek Jiang sudah berdiri di sebelah mobil. Ia memandang pasangan calon pengantin yang terlihat bingung dengan perintah tadi.     

Aaron Liu juga sama sekali tak mengerti rencananya dari Nenek Jiang. Tak menyangka jika wanita tua yang begitu baik itu telah merencanakan banyak hal padanya. Ia cukup yakin jika akan banyak kejutan yang mungkin akan terjadi. Pria itu itu masih saja berharap-harap cemas.     

"Masuklah kalian berdua! Supir akan mengantar sampai ke tujuan." Nenek Jiang mengatakan hal itu tanpa menjelaskan tujuan kepergian mereka. Hal itu membuat pasangan calon pengantin semakin penasaran.     

"Sebenarnya kami berdua harus ke mana, Nek?" desak Jiang Lily agar wanita tua itu memberikan sedikit penjelasan atas kepegawaiannya.     

"Masuk saja ke dalam mobil! Tak perlu banyak tanya," bentak Nenek Jiang karena masih begitu kesal pada cucunya.     

Jiang Lily sama sekali tak berani menyangga ucapan neneknya. Ia memilih untuk langsung masuk ke dalam mobil tanpa mengatakan apapun lagi.     

Tak jauh beda dari perempuan keras kepala itu, Aaron Liu juga bergegas masuk ke dalam mobil tanpa bertanya apapun. Ia cukup yakin jika Nenek Jiang telah merencanakan sesuatu untuk mereka berdua.     

Begitu pasangan itu masuk ke dalam mobil, supir langsung menyalakan mesin dan melaju ke sebuah tempat sesuatu perintah majikannya. Hingga tak berapa lama, mobil itu berbelok ke sebuah butik khusus baju pernikahan.     

Jiang Lily membulatkan mata sembari melirik pria di sebelahnya. Ia tak menyangka jika Nenek Jiang benar-benar akan mempercepat pernikahan mereka berdua.     

"Apa-apaan ini! Bukankah kita bisa membuat gaun pengantin sendiri? Untuk apa nenek meminta kita ke sini?" protes Jiang Lily dengan wajah tak senang. Ia masih saja tak memahami sebuah rencana tak masuk akal dari neneknya itu.     

"Sebaiknya kita masuk dulu. Mengeluh di sini juga tak akan merubah apapun," celetuk Aaron Liu sebelum keluar dari mobil.     

Pria itu bergegas masuk ke dalam tanpa menunggu calon istrinya. Aaron Liu merasa begitu risih atau setiap celotehan Jiang Lily yang terus memprotes keputusan neneknya.     

Begitu masuk ke dalam butik, seseorang langsung menyambut mereka. Seolah kedatangan pasangan itu sudah diketahui oleh pihak butik.     

"Selamat datang, Tuan Aaron. Apakah Anda datang bersama Nona Jiang?" Si manajer toko memperhatikan sekeliling, ia mencari keberadaan seorang perempuan yang akan menjadi pengantin bagi pria di hadapannya.     

"Dia masih di dalam mobil, sebentar lagi pasti akan menyusul," ucap Aaron Liu dengan wajah datar.     

Setelah menunggu beberapa lama, Jiang Lily akhirnya masuk ke dalam butik. Ia menghampiri Aaron Liu yang terlihat sedang menunggunya. Rasanya tak nyaman berada di sana sebagai pasangan calon pengantin. Sangat mendebarkan dan juga terlalu menakutkan bagi perempuan itu.     

Tak menyangka jika butik yang tampak sangat sederhana dari luar bisa terlihat sangat mewah dengan banyaknya gaun pengantin yang dipajang memenuhi etalase. Ada juga beberapa pasang tuxedo yang biasanya dipakai oleh pengantin pria.     

"Mari saya antar ke lantai atas. Nyonya Jiang sudah memesan gaun dan juga tuxedo untuk pernikahan Anda berdua. Tuan Aaron dan Nona Jiang cukup mencobanya saja untuk memastikan jika ukurannya telah pas." Manajer butik mencoba menjelaskan dengan sangat hati-hati. Apalagi ... ia cukup mengenal pemilik merk ternama yang cukup dikenal di kalangan menengah ke atas.     

"Jika nenek sudah memilihkan untuk kami, untuk apa kami berdua repot-repot ke sini?" ketus Jiang Lily tak senang. Ia sama sekali tak bisa menahan diri untuk tak mengatakan apapun.     

"Tentu saja Anda harus tetap mencobanya, Nona. Jika ada ukuran yang masih belum pas, kami bisa memperbaikinya," jelas si manajer toko dengan sangat ramah.     

Sebenarnya sedikit aneh saat menyaksikan pemilik perusahaan fashion terbesar memesan gaun di toko itu. Bahkan JL Fashion juga memproduksi gaun pengantin atas pesanan khusus. Hal itu memunculkan tanda tanya bagi beberapa orang yang mengetahui kedatangan pewaris dari JL Fashion.     

Pasangan calon pengantin itu masuk ke fitting room untuk mencoba gaun dan juga tuxedo yang akan dipakai di hari pernikahan mereka. Rasanya sangat mendebarkan, menyaksikan diri sendiri berdiri di depan kaca dengan busana khas sebagai pernikahan.     

Aaron Liu merasa sangat sedih karena tak bisa menghubungi kedua orang tuanya. Sebenarnya ia ingin menikah dengan disaksikan Jenny dan juga Johnny Liu. Mereka berdua adalah dua orang paling penting di dalam hidupnya.     

"Ternyata kamu lumayan juga jika berpakaian seperti itu, Aaron," ledek Jiang Lily pada seorang pria tampan yang untuk beberapa detik membuatnya terhipnotis.     

"Kamu juga tampak jauh lebih dewasa dan juga menggoda dengan gaun pengantin itu," puji Aaron Liu dalam balutan senyuman tipis yang penuh arti.     

Mereka berdua berdiri di depan sebuah kaca besar yang menempel di dinding. Jika dilihat sekilas, pasangan itu tampak sangat cocok dan juga saling mencintai. Namun, di dalam hati mereka berdua ... sama sekali tak ada cinta yang dirasakannya.     

Si manajer butik mendekati pasangan itu lalu tersenyum pada mereka. Rasanya seperti sedang menyaksikan seorang pangeran dan juga seorang putri raja.     

"Kalian berdua sangat serasi, Nona. Tuan. Semoga saja pernikahan kalian berjalan lancar," ucap seorang perempuan yang bekerja di butik itu.     

Pasangan itu hanya tersenyum tanpa mengatakan apapun. Jiang Lily justru mendekatkan wajahnya lalu berbisik di dekat telinga Aaron Liu.     

"Bagaimana dengan penawaran kemarin? Kamu masih memiliki waktu enam hari untuk melarikan diri dari perjodohan ini." Jiang Lily kembali mengingatkan Aaron Liu mengenai sebuah penawaran gila darinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.