Menantu Pungut

Makan Malam Menegangkan



Makan Malam Menegangkan

0"Suami? Aku tak yakin jika seorang menantu pungut bisa benar-benar menjadi suami yang baik bagiku. Sepertinya ... nenek berekspektasi terlalu tinggi padamu." Jiang Lily bisa dengan begitu mudah mengatakan hal itu. Seolah perempuan itu benar-benar tak menganggap Aaron Liu sebagai pasangannya.     

Pria itu tersenyum tipis lalu berjalan ke arah istrinya. Aaron Liu sama sekali tak peduli dengan segala ucapan Jiang Lily padanya. Ia akan berusaha untuk menaklukkan sosok perempuan yang sama sekali tak menghargai dirinya. Hanya sebuah pembuktian yang mampu merubah penilaian cucu dari pemilik perusahaan fashion terbesar itu.     

Awalnya, Aaron Liu memandang sempat menganggap dirinya tak pantas bagi Jiang Lily. Namun, berkat segala bujukan dan juga ucapan panjang lebar dari Nenek Jiang ... ia berpikir jika dirinya bisa menjadi seseorang yang pantas untuk istrinya kelak.     

"Akan kubuktikan jika aku layak menjadi suamimu." Aaron Liu berinisiatif untuk membantu istrinya melepaskan gaun pengantin. Namun, respon yang diperlihatkan perempuan itu justru di luar dugaan.     

"Jangan mengambil keuntungan dariku!" bentak Jiang Lily pada suaminya. Rasanya terlalu risih dan juga tak rela saat kedua tangan Aaron Liu menyentuh punggungnya.     

"Aku hanya melakukan tugasku sebagai seorang suami. Tak ada niat mengambil keuntungan sedikit pun dengan tubuhmu itu!" tegas Aaron Liu dengan suara pelan namun penuh penekanan. Ia pun segera menurunkan resleting gaun pengantin itu lalu menjauhkan diri dari sang istri.     

Tak ingin berdebat lagi, Aaron Liu memilih untuk berbaring di sebuah ranjang pengantin yang berhiaskan banyak kelopak mawar. Seolah-olah mereka berdua akan melewati malam panjang seperti malam pertama pengantin pada umumnya.     

Sedangkan Jiang Lily memilih untuk berbaring di sebuah sofa besar yang berada di kamar itu. Ia masih belum rela jika harus berbagi ranjang dengan suaminya.     

Berjalannya waktu, perempuan itu merasa tak nyaman berbaring di sofa. Jiang Lily terbiasa dengan ranjang besar yang tentu saja sangat nyaman baginya. Jadi ... ia merasa sangat tersiksa saat harus membaringkan tubuhnya di sebuah sofa yang tak nyaman untuk tidur.     

"Bangunlah! Aku ingin tidur di ranjang. Pindah saja ke sofa!" ucap Jiang Lily dengan nada memerintah. Tak ada sedikit pun niatnya untuk menghargai Aaron Liu.     

"Jika kamu mau, tidurlah di sebelahku! Aku tak ingin pergi dari sini," tolak Aaron Liu tanpa beralih dari sana. Ia benar-benar ingin memberikan sedikit pelajaran agar perempuan itu bisa berubah sesuai keinginan neneknya.     

"Tak sudi aku tidur bersamamu!" ketus perempuan itu sangat murka. Bagaimanapun juga, Jiang Lily menghindari kontak langsung dengan suaminya. Ia ingin membuat pria itu tak betah lalu pergi dari sisinya.     

Aaron Liu sengaja menutup mata dan juga telinga. Ia tak mau mendengarkan apapun keluhan dan juga nada protes dari istrinya. Bersabar dan terus berusaha untuk tak terprovokasi oleh setiap ucapan kasar dari cucu perempuan Nenek Jiang.     

Baru saja Jiang Lily membaringkan tubuhnya, sudah terdengar suara ketukan pintu. Aaron Liu pun bangkit dari sana untuk melihat seseorang yang berada di depan pintu.     

"Makan malam sudah siap, Tuan. Semua anggota keluarga sudah menunggu Anda berdua," ucap si pelayan saat pintu kamar itu terbuka.     

"Baiklah. Kami akan segera turun." Aaron Liu kembali masuk untuk bersiap-siap. Ia tak mau membuat semua orang menunggu. "Kita sudah ditunggu untuk makan malam," ucapnya pada sang istri.     

"Tunggu aku berganti pakaian!" Jiang Lily langsung mengambil pakaian lalu masuk ke kamar mandi. Ia tak mungkin mengganti pakaiannya di hadapan seorang pria yang baginya adalah orang asing.     

Dalam beberapa menit, perempuan itu sudah merubah penampilannya. Mereka berdua langsung keluar dari kamar menuju ke halaman samping di mana makan malam keluarga digelar.     

Seluruh pasang mata langsung menatap pasangan pengantin baru yang terlihat begitu serasi. Tak ada yang menyangka jika pasangan itu telah menikah tanpa didasari oleh cinta. Namun, tak ada yang tak mungkin di dunia. Jika siang saja bisa berubah menjadi malam, benci juga bisa berubah menjadi cinta yang mendalam.     

"Kalian berdua terlihat sangat serasi. Tak menyangka jika kamu akhirnya menikah juga setelah cukup lama melajang," puji anak sulung dari Wen Ziyi dan adik laki-laki Nenek Jiang, Wen Rou.     

"Bagaimana dengan istri Paman? Apakah dia masih menyukai pria yang lebih muda?" sentak Jiang Lily dengan senyuman licik dan nada menghina.     

Perempuan itu sangat tahu kehidupan dari pamannya. Jiang Lily juga mengetahui jika istri dari Wen Rou telah berselingkuh dengan pria yang jauh lebih muda. Hal itu sudah menjadi rahasia umum bagi seluruh Keluarga Jiang.     

Semua orang cukup terkejut dengan kata-kata Jiang Lily. Mulut perempuan itu selalu saja tajam dan tak terkendali. Entah sudah berapa hati yang tersakiti atas kehebatannya bersilat lidah.     

"Hentikan, Lily! Kita berkumpul di sini untuk merayakan pernikahanmu. Bukan malah melemparkan kata-kata kasar seperti itu!" peringat Nenek Jiang pada cucu kesayangannya yang sudah tak sopan pada pamannya sendiri.     

"Maafkan Lily, Nek. Dia tak bermaksud untuk berkata-kata kasar." Aaron Liu berupaya untuk membela istrinya di hadapan semua orang. Ia tak mungkin membiarkan Jiang Lily dipandang sebelah mata oleh mereka semua.     

"Sudahlah! Mari kita nikmati makan malam kita." Nenek Jiang mempersilakan mereka semua untuk menikmati makan malam. Ia tak mau ketegangan itu kian memuncak dan juga membuat mereka tak nyaman.     

Kala makan malam berlangsung, Wen Ziyi terus saja melirik Aaron Liu dan juga Jiang Lily. Ia sama sekali tak menyukai pernikahan mendadak dari pasangan itu. Ada sedikit kecurigaan yang dirasakannya mengenai hubungan suami istri pengantin baru itu.     

Setelah menunggu waktu yang tepat, Wen Ziyi akhirnya mendapatkan satu kesempatan emas. Ia ingin mengajukan kedua anaknya untuk bergabung juga dengan JL Fashion.     

"Bagaimana jika Wen Rou dan Wen Hui membantu Aaron untuk mengurus perusahaan, Kakak ipar? Bukankah menantu Keluarga Jiang benar-benar sangat baru dalam bisnis ini?" desak Wen Ziyi pada seorang wanita tua pemilik perusahaan fashion terbesar dan tentu saja paling berkelas.     

"Untuk apa mereka membantu Aaron? Ada Lily yang selalu bisa mendampingi suaminya. Bukankah kedua anakmu sudah membangun perusahaan sendiri? Jangan begitu serakah hingga ingin membuat seluruh anggota keluargamu ikut mengurus JL Fashion!" Nenek Jiang sama sekali tak ingin direpotkan oleh kedua keponakannya. Mereka hanya akan menjadi parasit yang akan sangat merepotkan semua orang.     

Sebuah penolakan yang pasti sangat menyakitkan bagi mereka semua. Dalam hal ini, Aaron Liu tak berhak untuk memberikan pendapat apapun. Ia memiliki diam di sebelah seorang perempuan yang terlihat sangat senang dengan penolakan itu.     

"Apakah bagi Bibi Jiang, kami begitu hina? Mengapa kami berdua tak bisa menjadi bagian dari JL Fashion?" protes Wen Hui pada kakak perempuan dari mendiang ayahnya sendiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.