Menantu Pungut

Kebenaran Yang Mengejutkan



Kebenaran Yang Mengejutkan

0Setelah mendengarkan pembicaraan mereka bertiga, Aaron Liu bergegas pergi dari sana. Akan sangat tak baik jika dia tetap bersembunyi. Tentu bisa berbahaya dan juga akan menyulitkan dirinya.     

Terlihat ekspresi panik dan juga sedikit takut terlukis di wajah Aaron Liu. Ia tak bisa menutupi sebuah perasaan yang menyeruak masuk ke dalam dirinya. Bahkan ... detak jantung pria itu jauh lebih cepat dari biasanya.     

"Ada apa denganmu, Aaron? Kalau tadi seperti anak ayam, mengapa kamu berubah seperti seorang pencuri yang tertangkap basah?" Jiang Lily bisa melihat ada yang tak beres pada suaminya. Ia pun bangkit lalu mendekati Aaron Liu yang masih berusaha untuk menenangkan dirinya.     

"Aku mendengar pembicaraan dari Nyonya Wen dan kedua anaknya." Jawaban itulah yang dikatakan oleh seorang pria yang masih sangat panik dan juga tampak tertekan.     

"Apa yang kamu dengar?" tanya Jiang Lily dalam balutan wajah datar, seolah tak terkejut sama sekali dengan hal itu.     

Perempuan itu lalu duduk di sebuah kursi yang ada di dalam kamar. Ia masih memperhatikan keresahan Aaron Liu setelah kembali ke kamarnya. Jiang Lily sangat yakin jika suaminya itu telah mendengar sebuah rencana jahat yang akan dilakukan oleh Keluarga Wen.     

Sebelum mengatakan hal itu, Aaron Liu harus menyusun kata-kata agar tak menimbulkan salah paham. Walau bagaimanapun, Keluarga Wen adalah kerabat dekat dari Keluarga Jiang.     

"Aku tak sengaja mendengar mereka merencanakan sesuatu untuk mencelakai Nenek Jiang," ucap Aaron Liu dengan sangat cemas membayangkan rencana jahat atas keluarga istrinya.     

"Tak perlu terkejut seperti itu. Sudah bertahun-tahun Nyonya Wen selalu berusaha untuk mencelakai nenekku. Bahkan ada banyak kejahatan lainnya yang telah mereka lakukan." Jiang Lily sama sekali tak menunjukkan keterkejutan sedikit pun. Ia sudah sangat mengetahui hal itu sejak lama.     

Aaron Liu masih saja tak memahami respon datar dari istrinya. Seolah ia sama sekali tak terbebani atas keselamatan neneknya sendiri. Hal itu tentu saja terlihat sangat aneh dan juga tak biasa.     

Sedangkan pria itu justru yang menjadi begitu cemas dan juga sangat takut jika hal buruk terjadi dengan Nenek Jiang. Aaron Liu seakan tak rela jika wanita tua yang sudah menolongnya itu sampai terluka.     

"Mengapa kamu bisa begitu tenang tanpa beban? Apakah nyawa Nenek Jiang sama sekali tak berharga bagimu sebagai cucunya?" Aaron Liu merasa tak senang dengan respon datar yang diperlihatkan oleh istrinya. Seolah perempuan itu sama sekali tak peduli dengan keselamatan seseorang yang sudah berjuang untuk Keluarga Jiang.     

"Kamu tak tahu apa-apa soal aku dan nenekku! Tanpa kamu perintah, sudah ada beberapa bodyguard yang selalu menjaga nenek. Kamu tak perlu berlebihan menilai aku!" ketus Jiang Lily atas pertanyaan Aaron Liu yang terdengar sedikit keterlaluan.     

"Apa maksudmu?" Aaron Liu merasa ada sebuah kejanggalan dari jawaban itu. Ia sangat yakin jika tak ada seorang pun yang berada di sekitar Nenek Jiang untuk selalu menjaganya.     

Suami dari Jiang Lily itu masih mengingat dengan jelas kejadian di depan bank ternama. Belum lagi, beberapa orang yang pernah menghadang mereka saat akan menuju ke perusahaan. Tak ada seorang pun yang datang di saat penjahat itu menyerang dirinya dan juga Nenek Jiang.     

Rasanya tak mungkin saja jika mereka membayar beberapa bodyguard untuk menjaga Nenek Jiang. Jelas-jelas nyawa pemilik perusahaan JL Fashion itu benar-benar terancam dan tak seorang bodyguard pun datang untuk menyelamatkannya.     

Bukannya menjelaskan hal itu pada suaminya, Jiang Lily justru tersenyum tipis yang penuh arti. Seolah perempuan itu mengetahui sesuatu yang sama sekali tak diketahuinya.     

"Bagaimana dengan dua orang yang merampok Nenek Jiang di depan bank? Apakah itu hanya pura-pura saja? Lalu ... orang-orang yang telah menyerang kami di jalanan kala itu, apakah itu hanya sandiwara?" Aaron Liu mulai sedikit emosional. Ia tak percaya jika dirinya terlalu bodoh dan tak menyadari apapun.     

"Tentu saja mereka benar-benar orang bayaran. Hanya saja .... " Jiang Lily sengaja menghentikan ucapannya. Sebenarnya ia sendiri juga tak terlalu yakin akan hal itu. Hanya Nenek Jiang yang benar-benar mengetahui alasannya.     

"Hanya saja, apa? Apakah kalian semua sedang mempermainkan aku?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Aaron Liu karena terlalu bingung dengan teka-teki yang masih belum bisa dipecahkannya.     

Rasanya terlalu bodoh telah menjadi pahlawan kesiangan bagi Nenek Jiang. Yang terjadi justru ia telah merepotkan seorang wanita tua yang terlalu baik hingga mau membiarkan dirinya tinggal di mansion.     

Tak sampai di sana, Nenek Jiang juga menjadikannya seorang menantu di Keluarga Jiang. Sebuah kehormatan dan juga anugerah terbesar yang didapatkan Aaron Liu sepanjang hidupnya.     

"Tak ada yang mempermainkan kamu. Mereka benar-benar penjahat yang sengaja dikirimkan oleh seseorang untuk melukai nenekku. Namun, sepertinya nenek sengaja ingin menjadikan kamu seorang pahlawan baginya." Jiang Lily hanya mengatakan sesuatu yang diketahuinya saja. Ia bisa melihat keterkejutan dan juga ketidakpercayaan Aaron Liu atas hal itu.     

"Apa!" Aaron Liu merasa jika hal itu sangat memalukan baginya. Ia mulai memikirkan satu hal penting. Pria itu berpikir jika Nenek Jiang benar-benar telah memungutnya dari jalanan. Jadi ... tak salah jika Jiang Lily sampai menyebutkan 'menantu pungut'.     

Menyaksikan Aaron Liu tampak begitu kecewa atas penjelasannya itu, Jiang Lily merasa sedikit cemas. Bukan sebagai seorang istri dari pria itu. Dia lebih mencemaskan perasaan antar manusia lainnya.     

Perempuan itu akhirnya bangkit lalu mendekati Aaron Liu yang masih berdiri tanpa bergerak. Tatapannya terlihat kosong dengan beban yang sangat berat.     

"Kamu bisa menanyakan hal itu pada nenek besok pagi. Semoga saja, semua yang aku katakan tak salah. Kupikir ... sejak awal, nenek sudah sangat menyukai kamu. Hal itu juga yang membuat perjodohan ini terjadi," hibur Jiang Lily karena tak ingin melihat pria itu semakin terpuruk. "Oh iya ... di mana ponselmu?" tanyanya.     

"Aku masih belum mengambilnya. Rasanya akan sangat mencurigakan jika aku tiba-tiba beralasan untuk mencari ponsel itu di sana," jawab Aaron Liu tak bersemangat. Ia masih saja syok dengan kebenaran yang baru saja didengarnya.     

Jiang Lily menghela nafas panjang, ia pun bergerak menuju ke arah pintu. Kemudian perempuan itu berhenti dan menolehkan wajahnya. "Tunggulah di sini, aku akan mencari ponsel itu untukmu," ucapnya.     

Perempuan itu bukan sedang memberikan perhatiannya pada sang suami. Jiang Lily hanya menunjuk rasa empati terhadap seseorang yang memang membutuhkannya.     

Dalam sekejap saja, Jiang Lily sudah berada di ruang keluarga. Ia melihat dan sedikit mendengar pembicaraan mereka semua. Perempuan itu tersenyum licik sebelum akhirnya mengejutkan seorang ibu dan dua anak laki-lakinya itu.     

"Apa yang sedang kalian rencana kali ini? Apakah kalian sedang membangun strategi untuk menghancurkan Keluarga Jiang?" Sebuah celetukan terdengar sangat mengejutkan bagi ketiga orang di sana.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.