Menantu Pungut

Malam Pertama?



Malam Pertama?

0Jiang Lily masih terdiam sembari memikirkan masalah itu. Meskipun ia sudah terbiasa dengan niat jahat mereka semua, tetap saja hal itu cukup mengusiknya.     

Perempuan itu melihat jika Aaron Liu cukup peduli terhadap keluarganya. Rasanya cukup menyentuh dan membangkitkan sebuah perasaan di dasar hati.     

"Sebaiknya kita istirahat saja. Kita bisa memikirkan hal itu besok lagi. Hari ini sudah cukup panjang dan sangat melelahkan. Tidurlah di sini, aku akan ke kamarku saja." Jiang Lily mengambil ponsel miliknya lalu berjalan keluar dari ruangan itu.     

"Mengapa bukan kamu saja yang di sini? Aku bisa tidur di mana saja." Aaron Liu sudah bersiap untuk meninggalkan kamar itu. Dia tak tega melihat istrinya harus keluar dari sana tengah malam begitu.     

"Biar aku saja. Aku sudah terbiasa tinggal di rumah ini. Jika terjadi apa-apa, aku bisa cepat kabur atau bersembunyi," ucap perempuan itu lalu benar-benar keluar dari kamar.     

Jiang Lily baru saja keluar dari kamar, ia memperhatikan sekeliling untuk memastikan jika kondisi cukup aman. Baru saja ia berjalan beberapa langkah saja, ia merasa ada seseorang yang berdiri tak jauh darinya.     

Begitu berhenti dan menolehkan wajahnya, Jiang Lily merasa seperti seorang pencuri yang telah tertangkap basah. Seketika itu juga, wajahnya langsung memucat dan juga sangat terkejut.     

"Nenek!" Jiang Lily harus benar-benar mencari alasan pada sosok wanita tua yang memergoki dirinya akan pindah kamar.     

"Mau kemana kamu, Lily? Apakah kamu akan kembali ke kamarmu sendiri?" tebak Nenek Jiang tanpa basa-basi sedikit pun. Ia cukup yakin dengan segala gerak-gerik dari cucunya sendiri.     

"Bukan begitu, Nek! Aku hanya ingin mengambil baju tidurku. Yang ada di kamar itu tak terlalu nyaman untukku. Kalau tak percaya, Nenek bisa bertanya langsung pada Aaron di kamar," elak Jiang Lily atas sebuah tindakan ceroboh dan sangat mencurigakan neneknya.     

Nenek Jiang tentu saja tak terlalu mempercayai ucapan cucunya. Ia pun mengikuti Jiang Lily yang kebetulan sudah beranjak ke arah kamarnya. Wanita itu harus memastikan jika mereka akan tidur dalam kamar yang sama.     

Rasanya terlalu konyol bagi Jiang Lily. Tak menyangka jika neneknya sampai harus mengikutinya ke kamar. Mau tak mau, ia pun harus benar-benar melakukan sesuatu seperti yang baru saja dikatakannya tadi.     

"Mengapa Nenek sampai harus membututi aku?" Jiang Lily menatap sosok wanita tua yang sudah merawat dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Perempuan itu tak bisa menyembunyikan diri apalagi melarikan diri dari pandangan neneknya.     

"Aku hanya ingin memastikan jika kamu tak sedang membohongi nenek," jawab Nenek Jiang pada cucu kesayangannya.     

Jiang Lily bergegas mengambil beberapa pakaian sekaligus. Kemudian ia berjalan ke arah pintu dan kembali ke sebuah kamar di mana suaminya berada.     

Tak jauh dari sana, wanita tua itu masih saja memperhatikan dirinya. Ia sangat yakin jika Nenek Jiang tak akan membiarkan dirinya begitu saja.     

Begitu kembali masuk ke dalam kamar, Aaron Liu langsung menatapnya dengan penuh tanya. Ia melihat wajah kesal dan tak senang yang terlukis di wajahnya istrinya. Pria itu cukup yakin jika telah terjadi sesuatu pada Jiang Lily sebelum kembali ke kamar itu lagi.     

"Mengapa kamu kembali ke sini? Apakah terjadi sesuatu di kamarmu?" tanya Aaron Liu sangat penasaran. Ia langsung bangkit berdiri dan mengambil beberapa pakaian yang ada di tangan istrinya.     

"Nenek menangkap basah aku saat akan masuk ke dalam kamar. Mau tak mau kita harus tidur di kamar yang sama malam ini," kesal Jiang Lily karena tak berhasil tidur di kamarnya sendiri.     

"Sudah seharusnya kita tidur di kamar yang sama mulai sekarang," ujar Aaron Liu dengan wajah serius dan tak ada ekspresi bercanda atau sedang main-main dengan istrinya.     

Namun, respon yang diperlihatkan Jiang Lily cukup mengejutkan. Perempuan itu justru mendorong pelan suaminya. Seolah ia masih belum siap untuk tidur di kamar itu bersama Aaron Liu.     

Pria itu hanya tersenyum saja tanpa melakukan perlawanan pada istrinya. Ia bisa melihat jika Jiang Lily benar-benar sangat kesal dan juga tak baik-baik saja. Sebenarnya cukup wajar jika ia masih tak ingin terlalu dekat dengan Aaron Liu. Mereka berdua baru saja bertemu dan masih belum saling mengenal satu sama lain.     

"Biar aku yang tidak di lantai saja. Tidur di kursi benar-benar tak nyaman bagiku," ucap Jiang Lily dengan wajah sangat memelas. Ia benar-benar tak memiliki pilihan lain. Ada ketakutan tersendiri jika sampai suaminya itu melaporkan semuanya pada Nenek Jiang.     

"Kita bisa tidur di ranjang ini bersama, Lily. Tak perlu tidur di sofa apalagi di lantai," bujuk pria itu pada istrinya. Entah diterima atau tidak, setidaknya ia menawarkan hal itu pada anak dari Nenek Jiang.     

"Apa kamu sedang mencari kesempatan dalam kesempitan?" tuduh Jiang Lily dengan ekspresi dingin dan tak suka.     

Perempuan itu benar-benar tak ingin jika Aaron Liu sampai memanfaatkan situasi dan juga kondisi di antara mereka. Bukan sesuatu yang baik jika dua orang asing tidur di ranjang yang sama. Meski pada kenyataannya, pasangan itu sudah resmi menjadi suami istri.     

Ada banyak kekhawatiran tersendiri dan sedikit berlebihan mengenai masalah itu. Jiang Lily memang sedikit berlebihan dalam menghadapi seorang pria yang sejak tadi terus memperhatikan dirinya.     

"Jangan menuduh sembarangan, Lily! Aku sama sekali tak berpikir seperti itu. Hanya terlalu khawatir jika kamu malah jatuh sakit setelah tidur di lantai," jelas Aaron Liu pada seorang perempuan yang terlihat begitu ragu dan sangat bingung.     

Jiang Lily terdiam sejenak, ia terus menatap suaminya tanpa berpaling sedikit pun. Perempuan itu sedang mencoba untuk menyakinkan dirinya jika tidur di kamar yang sama cukup aman baginya.     

Mendadak ... jantung Jiang Lily berdetak jauh lebih cepat dari biasanya. Hatinya berdebar-debar membayangkan sebuah malam pertama antara dirinya dan seorang suami yang sama sekali tak dicintainya.     

"Tapi berjanjilah jika kamu tak akan berbuat macam-macam padaku!" peringat Jiang Lily pada pria yang berdiri tak terlalu jauh darinya.     

"Tak masalah. Aku pasti bisa menjaga diri agar tak bersentuhan denganmu. Kalau perlu, kamu bisa menaruh guling sebagai pembatas di antara kita," ujar Aaron Liu untuk menyakinkan perempuan cantik yang masih saja sangat ragu.     

Tak ada pilihan lain, Jiang Lily akhirnya menerima usulan suaminya. Tidur di lantai tentu saja bukanlah sebuah pilihan terbaik.     

Mereka berdua akhirnya berbaring di ranjang yang sama dengan sebuah pembatas guling besar di tengahnya. Berharap jika pasangan itu tak saling bersentuhan satu sama lain. Malam pun berlalu begitu cepat.     

Sedangkan yang terjadi malam itu justru di luar dugaan. Jiang Lily dibuat terkejut saat baru saja membuka matanya kala mentari pagi mulai menyilaukan mata.     

"Aaron! Dasar brengsek!" teriak Jiang Lily sembari menendang kasar pria yang tidur bersamanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.