Menantu Pungut

Jangan Bersandiwara!



Jangan Bersandiwara!

0Jiang Lily baru saja membuka matanya, kala sinar mentari mulai menyilaukan mata. Ada sebuah tirai yang kebetulan tak tertutup sempurna hingga cahaya mentari mampu menerobos masuk dan mengusik tidur lelapnya.     

Perempuan itu merasa tidur begitu nyaman, tak seperti malam-malam biasanya. Seolah ada sesuatu yang berbeda yang dirasakannya semalaman. Namun, ada sesuatu yang masih belum disadarinya. Jiang Lily masih belum menyadari jika dirinya sedang memeluk seorang pria yang baru kemarin menjadi suaminya.     

"Aaron! Dasar brengsek!" teriak Jiang Lily sembari menendang pria itu hingga terjatuh ke lantai. Seolah tanpa ampun, ia sama sekali tak peduli jika Aaron Liu masih berada di ambang kesadarannya.     

"Apa yang kamu lakukan, Lily? Mengapa kamu menendang aku seperti itu?" protes Aaron Liu atas perlakuan kasar dari seorang perempuan yang tampak begitu geram dan terbakar amarah.     

"Mengapa kamu memeluk aku? Bukankah kamu berjanji tak akan menyentuhku?" lontar Jiang Lily dalam suasana hati yang sangat buruk dan sangat kesal pagi itu.     

Aaron Liu masih mencoba untuk mengartikan pertanyaan itu. Ia masih belum benar-benar tersadar dari tidurnya. Rasanya sedikit bingung atas sebuah tuduhan yang ia sendiri merasa tak melakukan apapun.     

Setelah beberapa lama, pria itu baru memahami ucapan istrinya. Aaron Liu sudah mengerti arah pembicaraan dari perempuan cantik yang terlihat sangat kesal dan juga tak terkendali.     

"Coba kamu ingat-ingat, Lily! Bukankah kamu sendiri yang memeluk aku? Berulang kali aku menghindar, kamu justru semakin mendekatkan diri ke arahku." Aaron Liu mencoba untuk menceritakan sesuatu yang sebenarnya terjadi. Ia sama sekali tak berniat untuk memanfaatkan kesempatan emas itu sedikit pun.     

"Tak mungkin aku melakukan hal itu! Apakah kamu sengaja membodohi aku?" Jiang Lily kembali menuduh suaminya tanpa bukti. Yang ia tahu, saat terbangun dirinya berada dalam pelukan sang suami. Jelas-jelas semalam ada guling yang berada di antara mereka.     

"Untuk apa aku berbohong? Tak ada gunanya, apalagi juga tak ada untungnya." Aaron tampak tak nyaman dengan tangan kirinya. Seolah ia sedang menahan rasa sakit di sana.     

Hal itu langsung menarik perhatian Jiang Lily. Ia bisa melihat jika lengan suaminya tampak tak baik-baik saja. Terlebih ... sudah beberapa kali pria itu memegangi lalu memijat pelan.     

Tak bisa dipungkiri, perempuan itu mulai mencemaskan suaminya. Jiang Lily bisa saja disalahkan jika Nenek Jiang sampai mengetahui hal itu. Lebih buruknya lagi, ia bisa saja menjadi seorang tersangka atas hal yang terjadi pada suaminya.     

"Apakah lenganmu baik-baik saja, Aaron?" tanya Jiang Lily dalam segala kecemasan namun juga sangat penasaran. Jika semalam suaminya baik-baik saja, mengapa pagi itu ia menjadi terlihat kesakitan? Pertanyaan yang membuat perempuan itu sangat penasaran.     

"Tak perlu khawatir. Aku baik-baik saja." Aaron Liu tak ingin menyebutkan sebuah alasan yang membuat lengannya sangat tak nyaman.     

Bukan Jiang Lily jika ia langsung mempercayai jawaban itu. Rasanya masih sangat penasaran akan sesuatu yang sudah membuat suaminya terlihat tersiksa dengan kondisi tangannya.     

Aaron Liu sama sekali tak ingin memperpanjang hal itu. Dengan susah payah ia melepaskan pakaian lalu membersihkan diri sebelum bersiap untuk berangkat ke kantor. Akan ada banyak pekerjaan yang harus diselesaikan di perusahaan.     

Tak berapa lama, pasangan itu sudah berpakaian rapi dan sudah sangat siap untuk berangkat ke kantor. Namun sebelumnya, mereka akan sarapan beberapa anggota keluarga lainnya.     

"Selamat pagi, Pengantin baru. Bagaimana malam pertama kalian?" goda Wen Hui yang kebetulan masih berada di sana. Pria itu duduk di sebelah ibunya.     

"Apakah rasanya sangat hebat bisa meledek kami berdua.?" Belum juga apa-apa, Jiang Lily sudah sangat kesal. Ia tak suka menjadi bahan lelucon oleh pamannya sendiri.     

"Aku hanya bercanda saja, Lily. Jangan terlalu serius!" Wen Hui mencoba untuk mengembangkan senyuman pada seorang perempuan yang sebentar lagi akan menjadi atasannya.     

Tanpa menanggapi perkataan itu, Jiang Lily langsung duduk di sebuah kursi yang berada tepat di sebelah neneknya. Sedangkan Aaron Liu, duduk di sebelah istrinya. Mereka pun menikmati makan pagi dengan anggota keluarga lainnya.     

Sejak tadi, Nenek Jiang terus saja memperhatikan Aaron Liu yang tampak tak nyaman dengan posisinya. Ia yakin jika ada sesuatu yang salah dengan menantu kesayangannya itu.     

"Apa yang terjadi dengan tanganmu, Aaron? Apakah ada yang salah dengan lenganmu?" Nenek Jiang melihat kalau beberapa kali, pria itu memegangi lengan kirinya. Seakan ada sesuatu yang salah di sana.     

"Aku baik-baik saja, Nek. Hanya sedikit ngilu karena semalam tak sengaja terhimpit saat sedang tidur," jelas Aaron Liu pada wanita tua yang terlalu peduli padanya.     

"Apakah Lily tertidur di lenganmu?" tebak Nenek Jiang dengan segala pengalaman yang dimilikinya. Ia cukup yakin dengan hal itu.     

Jiang Lily langsung tersedak makanannya sendiri. Ia cukup terkejut dan tentunya sangat malu di hadapan semua orang. Apalagi pasangan ibu dan anak dari Keluarga Wen terlihat sedang menahan senyuman. Hal itu menambah perasaan tak karuan di dalam hatinya.     

Ingin rasanya, Jiang Lily menghilang saja dari sana. Tadi ia sempat curiga dengan kondisi tangan suaminya. Namun, ia tak menyangka jika itu karena dirinya. Benar-benar sangat memalukan bagi seorang Jiang Lily.     

"Nenek juga pasti pernah merasakan jadi pengantin baru. Lily ingin tertidur di pelukanku semalaman. Aku tak tega untuk menolak, jadi aku hanya bisa menahannya agar istriku bisa tidur dengan nyaman," terang Aaron Liu dalam kata-kata yang sedikit berlebihan. Ia sengaja mengatakan hal itu agar Nenek Jiang tak mencurigai hubungan mereka.     

"Baguslah! Akan lebih baik jika kalian segera melahirkan seorang cicit untuk Keluarga Jiang." Wanita tua itu sangat bersemangat mengatakan hal itu. Seolah Nenek Jiang sudah tak sabar untuk menunggu hari itu tiba.     

"Tentu saja, Nek. Kami akan berusaha keras setiap malam. Semoga saja, kerja keras kami tak akan mengecewakan,"sahut Aaron Liu cukup menyakinkan.     

Baru saja selesai mengatakan hal itu, Jiang Lily langsung mencubit sembari melemparkan lirikan penuh kekesalan pada suaminya. Ia tak menyangka jika Aaron Liu akan begitu berani mengatakan hal itu di hadapan keluarganya.     

"Tunggu sebentar, Lily. Kita bisa kembali ke kamar tanpa bekerja hari ini. Sepertinya kamu sudah tak sabar untuk melanjutkan yang semalam." Aaron Liu sengaja mengatakan hal itu agar hubungan mereka cukup menyakinkan mereka semua. Setidaknya ia berharap jika Nenek Jiang tak terlalu mencemaskan pernikahan mereka berdua.     

"Jangan bersandiwara lagi, Aaron! Apakah kamu sengaja ingin mempermalukan Aku?" Jiang Lily langsung bangkit dari tempat duduknya. Ia sudah tak tahan bermain-main dengan suaminya.     

Semua pasang mata langsung menatap ke arah mereka berdua. Tak hanya Nenek Jiang saja, Wen Ziyi dan juga anak bungsunya juga sangat penasaran dengan yang terjadi di antara mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.