Menantu Pungut

Menginap Di Hotel



Menginap Di Hotel

0Jiang Lily tersenyum kecut mendengar pertanyaan itu. Ia merasa jika adik ipar dari neneknya itu tak berhak untuk mengetahui apapun. Tak ada sedikitpun niat untuk meladeni wanita serakah itu.     

"Kami berdua ada meeting di luar kantor, Nyonya Wen. Apakah ada masalah dengan itu?" sinis Jiang Lily yang kebetulan merasa sangat tak senang dengan keberadaannya.     

"Setahuku ... tak ada meeting di luar hari ini." Wen Ziyi tak menyadari jika dirinya telah menggali lubangnya sendiri. Wanita itu terlalu ceroboh dan juga tak berpikir sebelum menjawab.     

"Oh ... bagian marketing ternyata juga memeriksa schedule pimpinan," sindir Jiang Lily dengan nada meledek.     

Tak pernah menduga jika selama ini Wen Ziyi selalu memantau dirinya. Bahkan wanita itu juga mengetahui aktivitasnya selama di kantor. Cukup mengejutkan dan juga membuka kebusukan dari adik ipar Nenek Jiang itu.     

Seperti dugaan Aaron Liu, wanita itu sudah melakukan banyak hal yang di luar perkiraan. Sudah seharusnya jika Jiang Lily berhati-hati dalam menghadapinya. Bukan supaya istrinya menjadi takut, waspada adalah sebuah sikap paling bijak kala itu.     

"Bukan begitu, Lily. Di hari pertama Aaron bekerja di perusahaan, tak mungkin jika kalian akan meeting di luar," elak Wen Ziyi dengan ekspresi sedikit aneh. Wanita itu menjadi salah tingkah dan begitu cemas berhadapan dengan mereka berdua. "Aku akan kembali ke ruanganku," pamitnya dengan terburu-buru.     

Pasangan pengantin baru itu saling melemparkan tatapan satu sama lain. Mereka berdua bisa menebak jika wanita tadi sengaja kabur dan tak bisa menjelaskan apapun.     

Mereka berdua langsung menuju ke tempat di mana mobilnya berada. Tak ingin membuang waktu, pria itu bergegas melajukan mobil menuju ke lokasi produksi.     

Namun, ada sesuatu yang aneh sejak mereka keluar dari area parkir depan perusahaan. Aaron Liu merasa ada sebuah mobil yang kembali mengikuti mereka berdua.     

"Sepertinya ada seseorang yang sedang mengikuti kita lagi. Mungkinkah itu orang yang sama?" celetuk Aaron Liu ketika ia menyadari sebuah mobil selalu berada tak jauh darinya.     

"Maksudmu ada mobil yang mengikuti kita?" tanya Jiang Lily sembari memperhatikan jalanan di belakang mobilnya.     

Perempuan itu menunjukkan ekspresi sangat terkejut. Tak menyangka jika pergerakan mereka selalu dalam pengawasan seseorang. Hal itu membuat Jiang Lily cukup panik dan langsung menghubungi seseorang yang biasanya mengurus pengawalan untuk sang nenek.     

Situasi seperti itu hanya akan membuatmu tak tenang dan juga begitu was-was. Sedikit saja kecerobohan, pasti akan sangat merepotkan mereka.     

Aaron Liu terus mengamati jalan dan spion, ia pun seketika menancapkan gasnya lagi ketika mobil tersebut mulai mempercepat lajunya.     

"Sepertinya pria itu ingin mendekati mobil kita," ucap Aaron Liu tanpa mengurangi kecepatannya. Ia harus sangat berhati-hati dalam menghadapi lawan yang masih belum bisa diprediksi.     

"Haruskah kita melapor ke polisi?" Dengan sangat panik, Jiang Lily memberikan sebuah ide. Ia tak bisa memikirkan sesuatu yang bisa menolong mereka.     

Mobil yang tadinya ada di belakang tadi mulai mendekat dan dari arah kanan. Posisi mereka menjadi cukup terhimpit dalam posisi yang cukup berbahaya. Sayangnya, meski Aaron Liu telah mempercepat laju mobilnya, mobil itu masih saja berada cukup dekat dengannya.     

Secara tiba-tiba, Aaron Liu menyalakan lampu sein lalu berbelok ke sebuah hotel berbintang. Pria itu berpikir jika hal itu adalah cara terbaik untuk menghindari penguntit itu.     

Namun, belum apa-apa juga ... Jiang Lily sudah salah paham dengan niat suaminya. Kepalanya sudah berpikir yang tidak-tidak yang mungkin saja sudah direncanakan oleh pria itu.     

"Mengapa kamu justru membawa aku ke hotel, Aaron? Apa yang sebenarnya kamu rencanakan?" Jiang Lily menunjukkan wajah penuh kecurigaan pada suaminya. Ia berpikir jika pria itu pasti memiliki niat lain dalam situasi yang tak terlalu baik itu. Bisa dibilang jika pria itu sedang memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.     

"Apa yang kamu pikirkan, Lily? Apakah kamu mengharapkan aku akan melakukan sesuatu padamu?" tuduh Aaron Liu pada sosok perempuan cantik yang langsung panik begitu mendapatkan respon atas ucapannya.     

"Jangan berbicara omong kosong!" Jiang Lily langsung masuk ke dalam hotel berbintang itu menuju ke resepsionis. Ia pun langsung memesan sebuah kamar.     

Hal itu membuat Aaron Liu menjadi sangat bingung. Dia memang sengaja mendatangi hotel itu namun tidak dengan memesan kamar. Pria itu hanya berencana untuk makan siang di restoran hotel sembari menghindari pemilik mobil yang sejak tadi berusaha untuk menguntitnya.     

Namun, pria itu sama sekali tak melontarkan nada protes. Ia justru berjalan mengikuti istrinya yang kebetulan sudah melangkah lebih dulu ke sebuah kamar yang dipesan.     

"Apakah kamu sangat ingin kita menginap di sini?" goda Aaron Liu begitu mereka berdua telah sampai di sebuah kamar hotel mewah yang telah dipesan oleh Jiang Lily.     

"Bukankah ini rencanamu, Aaron? Aku hanya membantumu untuk memesan sebuah kamar untuk kita bersembunyi di sini," jelas Jiang Lily dalam ekspresi sangat bingung. Ia benar-benar masih belum memahami rencana Aaron Liu yang sebenarnya.     

Sebuah situasi genting yang justru menambah kesalahpahaman di antara mereka berdua. Aaron Liu hanya senyum-senyum saja tanpa melakukan apapun lagi. Rasanya sangat menyenangkan menyaksikan ekspresi salah tingkah dan juga sangat bingung dari istrinya.     

Jiang Lily masih mencoba untuk berpikir. Ia belum benar-benar mengetahui sesuatu yang direncanakan oleh suaminya.     

"Aku hanya berencana mengajakmu makan siang di restoran hotel. Tidak tahunya jika kamu justru menginginkan sesuatu yang lebih dari sekedar makan siang," ledek seorang pria yang hanya bisa senyum-senyum sendiri menyaksikan wajah istrinya langsung memerah.     

"Apa!" Jiang Lily merasa sangat malu dan juga terkejut. Ia telah salah mengartikan kata-kata dari suaminya.     

Merasa sangat malu, Jiang Lily langsung menenggelamkan diri dalam selimut tebal yang ada di atas ranjang. Terlalu memalukan dan sangat melukai harga dirinya sebagai seorang perempuan.     

Aaron Liu mulai mendekati istrinya, dia pun memberanikan diri untuk menyentuh jemari Jiang Lily. Rasanya sangat mendebarkan dan begitu gelisah berada di sebuah kamar hotel. Ia menyadari jika perempuan itu pasti sangat malu.     

"Tak usah malu-malu seperti itu. Ini hanya kesalahpahaman saja," bujuk Aaron Liu agar sang istri tak menyembunyikan wajahnya.     

"Aku sangat malu, Aaron!" Jiang Lily masih saja menyembunyikan wajah di balik selimut tebal. Ia tak mau pria itu melihat wajahnya yang pasti merah padam karena sangat malu.     

Aaron Liu terdiam sejenak. Ia pun melepaskan kemeja yang dipakainya. Sangat tak nyaman memakai pakaian itu terlalu lama. Selain itu, ia juga akan beristirahat sebentar setelah lelah melarikan diri dari pengejaran tadi.     

"Bagaimana jika kita menginap di sini saja, Lily?" Aaron Liu mengatakan hal itu dengan nada memohon. Seolah ia benar-benar ingin bermalam di hotel bersama istrinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.