Menantu Pungut

Perempuan Penggoda



Perempuan Penggoda

0Nenek Jiang sengaja ingin memancing cucunya. Wanita tua itu ingin mendengar pendapat Jiang Lily mengenai seorang anak. Namun, terlihat jika cucu kesayangannya itu sama sekali tak tertarik untuk memiliki seorang anak dengan Aaron Liu.     

"Jangan berlebihan, Nek! Pernikahan kami baru sehari saja. Masak Nenek meminta selusin cucu." Jiang Lily tersenyum kecut setelah memberikan respon atas perkataan dari neneknya.     

"Mengapa tidak? Kamu adalah satu-satunya penerus keluarga kita." Begitulah jawaban Nenek Jiang pada cucunya. Ia pun beralih menatap menantunya. "Apakah kamu keberatan, Aaron?" tanyanya.     

Seketika itu juga, Aaron Liu menjadi begitu gugup. Ia sangat panik dengan sebuah pertanyaan yang mungkin saja justru akan menjadi bumerang untuk dirinya sendiri. Meskipun begitu, pria itu tak ingin mengecewakan Nenek Jiang.     

Aaron Liu mencoba memikirkan sebuah jawaban terbaik untuk kedua wanita cantik di dekatnya. Berharap jika mereka tak akan kecewa dengan jawabannya.     

"Semua bergantung dengan istriku, Nek. Jika Lily setuju, aku juga akan sangat menyetujui hal itu. Jangankan selusin, Nek. Kami bisa memberikan puluhan cucu sekaligus," celetuk Aaron Liu di hadapan dua wanita hebat di dalam hidupnya.     

"Apa! Puluhan? Kamu saja yang hamil dan juga melahirkan saja sendiri, Aaron!" ketus Jiang Lily sangat kesal.     

Perempuan itu justru langsung bangkit dari sisi Nenek Jiang. Ia tak ingin mendengar pembicaraan tak masuk akal baginya. Jiang Lily bergegas masuk ke dalam kamarnya dengan sangat terburu-buru.     

Hai itu cukup menggelikan bagi Nenek Jiang dan juga Aaron Liu. Mereka berdua melihat wajah panik yang diperlihatkan oleh perempuan cantik itu. Tak menyangka jika Jiang Lily benar-benar tak ingin menjalin hubungan serius dengan suaminya.     

"Bersabarlah, Aaron! Aku akan akan mendukung apapun yang kamu lakukan. Sebaiknya kamu susul istrimu yang terlalu manja itu," bujuk Nenek Jiang agar Aaron Liu mau bersabar menghadapinya cucunya. Ia sangat tahu jika perempuan itu tak mudah dihadapi.     

"Baiklah, Nek. Aku akan menyusul sekarang juga." Aaron Liu langsung beranjak dari sana. Ia masuk ke dalam sebuah kamar di mana sang istri berada.     

Di dalam kamar, Jiang Lily sudah terlihat sibuk dengan layar monitor di hadapannya. Perempuan itu seolah sedang mencari sesuatu yang sangat penting baginya.     

Aaron pun mendekat dan memeriksa istrinya. Ia cukup penasaran dengan sesuatu yang sedang dilakukan oleh Jiang Lily kala itu.     

"Apa yang kamu lakukan, Lily? Kamu terlihat sangat serius dan juga tidak sabar." Aaron Liu bertanya sembari memperhatikan layar monitor. Ia melihat jika perempuan itu sedang mencari keberadaan seseorang.     

"Aku harus mencari Li Xian, Aaron. Setidaknya sebelum nenek terus mendesak kita untuk punya anak, kita harus berpisah sebelum itu. Aku akan menikah dengan pria pujaanku lalu memiliki anak yang banyak," jelas Jiang Lily pada suaminya. Ia sama sekali tak memikirkan perasaan Aaron Liu kala itu.     

"Apakah kamu benar-benar tak menginginkan pernikahan kita? Lebih tepatnya ... tak menginginkan aku." Rasanya sangat menyakitkan atas penolakan itu. Aaron Liu tak menyangka jika istrinya itu benar-benar mengharapkan seseorang dari masa lalunya.     

Jiang Lily tampak terdiam sejenak. Ia tak mungkin langsung membenarkan kata-kata dari suaminya. Perempuan itu berpikir jika hubungan mereka berdua bisa jauh lebih baik jika saling memahami .     

Namun sepertinya, Jiang Lily sama sekali tak menaruh perasaan pada sosok pria yang sudah berstatus sebagai suaminya itu. Ia hanya terpancang untuk mencintai seorang pria dari masa lalunya. Toh ... pada kenyataannya, perempuan itu sama sekali tak bisa menemukan pria pujaannya.     

"Ayolah, Aaron! Jangan membuat dirimu terlihat sangat menyedihkan! Aku tentu saja juga akan membantumu untuk mencari seorang pasangan. Namun, untuk sementara kita bersandiwara saja jika saling mencintai," jawab Jiang Lily dalam penjelasan panjang lebar atas pernikahan yang mereka jalani saat itu.     

"Baiklah. Aku sangat mengerti. Sepertinya aku akan beristirahat di kamar sebelah agar tak mengganggu kamu." Aaron Liu bergegas keluar dari kamar itu. Ia tak mau semakin terbakar amarah atas segala ucapan dari istrinya.     

Jiang Lily hanya bisa menyaksikan kepergian Aaron Liu dari kamar. Ia melihat kekecewaan dan juga kesedihan di wajah suaminya. Meskipun tak tega, ia sama sekali tak berani melakukan apapun.     

Sepanjang malam, Aaron Liu sendirian di kamar itu. Ia sengaja tak melakukan apapun untuk ketenangannya sendiri. Tak lupa, ia juga minta ijin secara langsung pada pemilik mansion di mana ia tinggal.     

Bergulirnya waktu begitu cepat. Kegelapan telah menghilang, pagi itu Jiang Lily sedikit terlambat untuk bangun. Ia langsung bergegas ke ruang makan untuk sarapan.     

"Di mana Aaron, Nek? Mengapa tak sarapan bersama kita?" tanya Jiang Lily karena tak melihat keberadaan suaminya. Tentu saja ia merasa sedikit aneh dengan hal itu.     

"Aaron sedikit terburu-buru tadi. Ia mengatakan ada urusan penting. Tapi ... bukankah sedikit aneh. Mengapa urusan penting pagi-pagi sekali?" Nenek Jiang sengaja ingin memprovokasi cucunya sendiri. Wanita tua itu ingin melihat respon dari cucunya sendiri.     

"Urusan penting? Paling juga pergi ke pabrik," gerutu Jiang Lily dengan wajah yang mendadak sangat kesal.     

Seketika itu juga, Jiang Lily membayangkan Aaron Liu bersama dengan Lee Hana. Ia sadar jika perempuan itu sangat cantik dan begitu sempurna. Selain itu, manajer produksi itu cukup menarik bagi setiap pria yang melihat dirinya.     

Nenek Jiang hanya tersenyum tipis. Ia melihat jika cucunya menjadi sangat kesal mendengar hal itu. Ia benar-benar tak paham dengan kecemburuan yang sedikit menggelikan itu.     

"Aaron mengatakan jika Nona Lee akan membawanya untuk keliling pabrik. Tak biasanya manajer produksi itu mau meluangkan waktu untuk orang lain." Nenek Jiang sangat mengenal Lee Hana. Bahkan hubungan mereka cukup dekat satu sama lain.     

"Mengapa Nenek begitu percaya pada Nona Lee? Bagaimana jika dia melakukan kecurangan selama bertanggung jawab di sana?" Belum apa-apa, Jiang Lily sudah menuduhkan sesuatu yang tak main-main. Padahal selama bekerja, Lee Hana selalu saja bekerja dengan sangat baik.     

Nenek tersenyum simpul atas pertanyaan itu. Hanya dia saja yang bisa menilai perempuan cantik yang cukup hebat itu. Ia sangat percaya pada Lee Hana sejak mereka berdua menjalin kerja sama.     

"Ada apa denganmu, Lily? Nona Lee adalah seseorang yang sangat bisa diandalkan. Aku sangat senang jika dia mau mengajak menantuku untuk berkeliling." Nenek Jiang terus saja memanas-manasi cucunya sendiri. Ia sengaja melakukan hal itu agar Jiang Lily cemburu pada suaminya.     

"Apakah Nenek tak berpikir jika Nona Lee sedang berupaya untuk menggoda suamiku?" celetuk Jiang Lily dengan wajah muram dan juga tak senang dengan sikap Lee Hana pada suaminya. "Bagiku ... Nona Lee hanyalah seorang penggoda saja?" lanjutnya.     

Ingin rasanya Nenek Jiang tertawa lepas. Sepertinya ia telah berhasil untuk membuat nyala api semakin besar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.