Menantu Pungut

Keterlibatan Orang Terdekat



Keterlibatan Orang Terdekat

0Aaron Liu tak menyangka jika Nenek Jiang bisa sekejam itu. Padahal selama ini, ia selalu memperlakukan dirinya dengan sangat baik. Hal itu terlihat sangat jauh berbeda saat memperlakukan dirinya begitu baik.     

"Bukan seperti itu, Nek. Bukankah melakukan penyelidikan terkait hal seperti itu akan sangat merepotkan?" sahut Aaron Liu dengan perasaan berdebar-debar dan terlalu cemas jika sampai salah berkata.     

"Apanya yang merepotkan? Tak perlu dipikirkan! Biar aku sendiri yang mengurus hal ini," tegas Nenek Jiang dalam ekspresi serius.     

Jiang Lily dan Aaron Liu hanya saling memandang satu sama lain. Pasangan itu sama sekali tak berarti menyangga ataupun menolak usulan Nenek Jiang. Mereka berdua sangat yakin jika apapun yang dilakukan oleh neneknya adalah hal terbaik bagi keluarganya.     

Tanpa mengatakan apapun lagi, Nenek Jiang kembali masuk ke dalam ruang kerjanya. Seolah ada sesuatu yang sangat mengusik dan juga membebani dirinya.     

Pasangan itu hanya bisa memandang sosok wanita hebat yang sudah berhasil membangun JL Fashion. Tak ada wanita lain yang lebih hebat dari wanita itu sendiri.     

Setelah makan malam, Aaron dan Jiang Lily kembali ke kamarnya. Mereka berdua duduk di sebuah kursi yang berada cukup dekat dengan jendela di kamar itu.     

"Menurut kamu, siapa yang sebenarnya sengaja ingin mencelakai kita?" Jiang Lily begitu penasaran dan melontarkan pertanyaan itu pada suaminya. Ia sendiri masih belum bisa menebak seseorang yang telah mengirimkan orang bayaran itu untuk menyerangnya.     

"Aku sendiri juga tak terlalu yakin akan hal itu. Semoga saja bukan ulah seseorang yang sengaja ingin menghaturkan kita," ujar Aaron Liu dengan segala keraguan yang cukup mengganggu.     

"Jangan lupa minum obat yang diberikan oleh Theresa tadi, Aaron!" Jiang Lily mencoba mengingatkan suaminya agar tak lupa untuk meminum obatnya.     

Tanpa menunggu lama, Aaron Liu mengambil beberapa obat itu dan langsung meminumnya. Ia pun kembali duduk di sebelah istrinya.     

"Sebaiknya kamu tidur saja dulu. Aku harus mengurus beberapa berkas yang harus diselesaikan besok pagi," bujuk Aaron Liu pada suaminya. Ia pun menggandeng tangan Jiang Lily dan mengajaknya ke ranjang.     

"Aku akan langsung beristirahat. Jangan tidur terlalu malam!" Jiang Lily mulai berbaring dan memejamkan mata untuk kemudian beristirahat. Ia merasa cukup lelah setelah seharian melewati hari yang sangat berat.     

Aaron Liu kembali duduk di kursi tadi, sembari menghadap ke sebuah layar monitor. Pria itu benar-benar harus bekerja keras untuk menyelesaikan pekerjaannya.     

Hingga rasa lelah mulai menyerang, pria itu jatuh tertidur di kursi itu. Bahkan hingga semalaman, Aaron Liu masih tertidur dengan sebuah posisi yang cukup tak nyaman.     

Pagi harinya, Aaron Liu bangun lebih pagi dari biasanya. Pria itu sengaja bersiap-siap untuk berangkat lebih dulu dari istrinya sendiri. Bahkan ia melakukan apapun sendirian tanpa bantuan Jiang Lily yang masih terbuai mimpi.     

"Mengapa kamu berangkat jauh lebih pagi, Aaron?" tanya Nenek Jiang yang kebetulan sekali menyaksikan menantunya sudah sangat rapi dan sudah sangat siap berangkat ke kantor.     

"Ada beberapa berkas yang harus aku periksa pagi ini, Nek. Kemarin ada sedikit urusan hingga membuat pekerjaan sedikit tertunda," jelas Aaron Liu mengenai beberapa hal yang harus diurusnya.     

"Temani aku minum kopi sebentar!" ucap Nenek Jiang sembari berjalan menuju ke halaman samping dari mansion mewah itu.     

Mereka berdua duduk saling berhadapan satu sama lain. Aaron bisa melihat jika ada sesuatu yang seolah ingin dikatakan oleh Nenek Jiang. Tentu saja sesuatu yang sangat penting dan sangat membuat penasarannya bagi Aaron Liu.     

Menunggu beberapa lama, Nenek Jiang tak kunjung mengatakan apapun. Wanita itu tampak sangat ragu dan juga tak terlalu yakin untuk mengatakan hal itu.     

"Apakah kamu masih mencintai mantan tunanganmu, Miranda Choi?" tanya Nenek Jiang pada menantu kesayangannya. Ia sama sekali tak akan memaksakan Aaron Liu untuk mencintai cucunya itu.     

"Setelah segala pengkhianatan yang telah dilakukannya, aku sudah menutup hatiku untuknya. Bahkan segala rasa sakit oh masih terasa begitu jelas," jawab Aaron Liu tanpa menutupi hal sekecil apapun.     

"Aku sudah memegang sebuah nama yang telah menyewa beberapa orang bayaran itu." Nenek Jiang terlihat cukup gelisah kala itu. Ia takut jika apa yang dikatakan justru membuat Aaron Liu semakin terluka.     

Rasanya seperti sedang memikul sebuah tanggung jawab yang cukup berat di pundaknya. Nenek Jiang tak pernah menyangka jika kehidupan dari menantu kebanggaannya itu cukup rumit dengan siksaan tersendiri di dalam hati.     

Hingga tak berapa lama, wanita tua itu memandang lembut suami dari cucunya sendiri. Meski tak tega, Nenek Jiang merasa jika Aaron Liu berhak mengetahui kebenaran itu.     

"Miranda Choi yang sengaja untuk mencelakai kalian berdua. Aku sangat yakin jika ia bisa saja merencanakan sesuatu yang jauh lebih berbahaya dari ini," ungkap Nenek Jiang atas berbagai informasi yang sudah dikumpulkan oleh beberapa orang kepercayaannya.     

"Perempuan itu benar-benar sangat keterlaluan. Aku akan memberikan pelajaran pada Miranda." Aaron Liu benar-benar sangat marah atas perbuatan mantan tunangannya. Ia berniat untuk bangkit dari kursi dan langsung menghampiri perempuan itu.     

Namun, Nenek Jiang berupaya keras untuk menghentikan. Ia tak mau mengotori tangan Aaron Liu dengan segala perbuatan yang tak baik. Wanita itu sendiri cukup yakin jika ia bisa mengurus semuanya untuk membalas dendam itu pada Miranda.     

Aaron Liu kembali duduk dengan wajah geram. Ia merasa tak tahan dengan segala perlakuan dan juga segala rencana jahat dari perempuan itu.     

"Cukup fokus bekerja dengan baik, Aaron. Untuk urusan yang lain, biar aku sendiri yang menanganinya." Nenek Jiang cukup percaya diri mengatakan hal itu. Ia akan sangat senang bisa memastikan kebahagiaan dari cucunya sendiri.     

"Baiklah, Nek." Aaron Liu berubah sangat penurut terhadap Nenek Jiang. Selama ia menjadi bagian dari Keluarga Jiang, ia sama sekali tak merasa terbebani berada di keluarga barunya.     

Mereka berdua akhirnya mengobrol satu sama lain. Ada beberapa hal yang ingin dikatakannya sebelum berangkat ke kantor. Daripada harus menyembunyikan sesuatu dari Nenek Jiang.     

Hingga ... seseorang datang sebelum Aaron Liu berhasil mengatakan sesuatu pada Nenek Jiang. Pria itu tampak begitu cemas dan juga sangat penasaran dengan kabar yang baru saja diterima.     

"Katakan saja langsung di depan Aaron!" ujar Nenek Jiang pada seorang pria yang baru saja datang dengan informasi sangat penting.     

"Setelah kami selidiki ... Tak hanya Miranda Choi yang terlibat dengan penyerangan itu. Ada orang lain juga yang ikut membantu perempuan itu," jelas seorang pria yang telah diberikan sebuah mandat khusus untuk menyelidiki kasus itu.     

Mereka semua tiba-tiba terdiam. Saling melemparkan tatapan pada lawan bicaranya.     

"Orang yang membantu Miranda Choi adalah orang terdekat Anda sendiri, Wen Ziyi," lanjutnya dengan nafas tertahan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.