Menantu Pungut

Menjauh Lebih Baik



Menjauh Lebih Baik

"Tunggu, Lily!" Nenek Jiang berniat untuk menghentikan cucunya dan menjelaskan alasan kepergian Aaron Liu.     

Namun, Jiang Lily sudah melaju kencang dengan sebuah mobil yang sudah terparkir di garasi. Perempuan itu sama sekali tak mendengar setiap panggilan dari neneknya.     

Di dalam mobilnya, Jiang Lily terus saja mengumpat kasar. Melontarkan makian untuk suaminya. Dia benar-benar sangat murka begitu mendengar kepergian Aaron Liu.     

"Kamu benar-benar brengsek, Aaron! Berani-beraninya kamu pergi begitu saja! Apakah kamu pikir aku perempuan murahan yang bisa kamu buang begitu saja!" maki Jiang Lily tanpa henti sepanjang perjalanan mencari suaminya.     

Cukup lama mengemudi, Jiang Lily sama sekali tak menemukan jejak suaminya. Darahnya serasa mendidih telah dicampakkan oleh seorang pria yang merenggut kehormatannya. Meski dia adalah suaminya, perempuan itu masih belum menyadari perasaannya.     

Tak mendapatkan hasil setelah berkeliling, Jiang Lily memutuskan untuk kembali ke mansion milik Keluarga Jiang. Dia merasa sangat lelah setelah menyusuri jalanan.     

"Sebenarnya ... kemana Aaron pergi, Nek? Apakah dia sengaja ingin menjauhi aku?" lontar Jiang Lily saat baru turun dari mobilnya. Kebetulan sekali Nenek Jiang sedang berada tak jauh dari lokasi mobil berhenti.     

"Ada sedikit masalah di kantor cabang yang baru. Bukankah nenek sudah memanggilmu untuk kembali?" Nenek Jiang sudah berusaha untuk menjelaskan hal itu. Namun, cucunya justru pergi begitu saja.     

"Itu hanya alasan Aaron saja 'kan, Nek? Aku sangat yakin jika dia sengaja menghindari aku." Jiang Lily terlihat sangat sedih dengan kepergian suaminya yang tanpa pamit. Rasanya sakit hati saja sebagai seorang istri yang tak dianggap oleh Aaron Liu.     

Mendadak ... Jiang Lily ingin menertawakan dirinya sendiri. Dia merasa jika dirinya terlalu menyedihkan. Tanpa sadar, air matanya mengalir begitu saja.     

Nenek Jiang baru melihat cucunya menangis untuk seorang pria. Bahkan saat dia tak bisa menemukan pria impiannya, Li Xian ... Jiang Lily tak pernah sampai menangis. Hal itu semakin menegaskan jika cucunya telah jatuh hati pada suaminya sendiri.     

"Mengapa kamu menangis, Lily? Apakah kamu menyesal karena baru sadar jika mencintai Aaron?" Nenek Jiang hanya ingin mendengar pengakuan itu dari cucunya sendiri. Dia juga ingin melihat kejujuran dari seseorang yang sangat berharga baginya.     

"Siapa yang mencintai pria brengsek itu, Nek? Aku justru sangat membencinya sekarang." Jiang Lily menghapus air matanya dan mencoba untuk tetap baik-baik saja. Sebenarnya, dia tak ingin memperlihatkan kesedihannya pada Nenek Jiang.     

Jawaban itu benar-benar sangat mengecewakan bagi Nenek Jiang. Dia menyangka jika Jiang Lily justru sengaja menutupi perasaannya. Jika dia terus saja begitu, bisa-bisanya cucunya itu akan kehilangan Aaron Liu.     

Bukan hal sulit bagi Aaron Liu untuk mendapatkan seorang perempuan yang baik. Pria itu masih sangat muda, tampan dan juga berpendidikan. Dan Nenek Jiang menyakini jika Aaron Liu berasal dari keluarga yang berada. Terlepas itu benar atau salah, hal itulah yang diyakini olehnya.     

"Jangan sampai kamu menyesali kata-kata itu, Lily!" peringat Nenek Jiang pada cucunya. Hanya sebuah harapan agar Jiang Lily bisa menemukan kebahagiaannya.     

"Tidak akan!" Dengan sangat percaya diri, Jiang Lily memberikan jawaban itu. Namun, dia tak bisa memprediksi masa depan. Bisa jadi perempuan itu akan menangisi seorang pria yang dia sebut sangat dibencinya.     

"Jika memang seperti itu, lebih baik kamu beristirahat. Besok pagi kamu harus ke kantor. Ada banyak pekerjaan yang sempat tertunda selama kalian ke Pulau Chyou," bujuk Nenek Jiang agar cucunya memiliki kesibukan dan tak berpikir macam-macam.     

Tak ingin tenggelam dalam perasaan yang semakin tak terkendali, Jiang Lily akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya. Dia benar-benar langsung beristirahat untuk menyambut hari esok yang penuh tantangan.     

Malam itu adalah malam yang sangat panjang dan begitu menyiksa bagi Jiang Lily. Dia benar-benar sangat merindukan seorang pria yang katanya sangat dibencinya. Tak menyangka jika rindu itu terlalu berat jika ditanggung sendiri.     

Di esok harinya, Jiang Lily bergegas pergi ke perusahaan. Dia terlihat tak bersemangat dan juga begitu kelelahan. Sepertinya perempuan itu hampir tak tidur sepanjang malam. Lingkaran hitam di bawah mata terlalu jelas dan menggangu penampilannya.     

"Selamat pagi, Direktur Jiang. Nona Lee sudah menunggu Anda di ruang meeting lantai tiga," sapa seorang staf yang bekerja di bagian resepsionis.     

"Terima kasih. Saya akan segera menemuinya." Jiang Lily bergegas menuju ke lantai tiga. Dia cukup yakin jika kedatangan Lee Hana bukanlah sesuatu yang cukup baik     

Tak berapa lama, pintu lift baru saja terbuka. Jiang Lily keluar dan beranjak menuju ke ruang meeting di lantai tiga gedung itu. Rasanya tak sabar untuk mendengar sesuatu yang dibawa oleh perempuan itu.     

Sebelum masuk ke ruangan itu, Jiang Lily sengaja meminta seseorang untuk membuat minuman untuk mereka berdua.     

"Apa kabar, Nona Lee? Angin apa yang membuatmu sampai di sini?" tanya Jiang Lily pada seorang perempuan cantik yang bertanggung dalam proses produksi.     

"Sebenarnya ... saya ingin menemui Presdir Aaron. Namun, sepertinya beliau sedang ada perjalanan bisnis ke luar kota. Tak ada salahnya jika mengatakan masalah ini pada Anda." Lee Hana mengatakan hal itu dengan sangat sopan dan juga sangat ramah.     

"Langsung saja, katakan!" balas Jiang Lily singkat.     

Sebelum menjelaskan hal itu, seseorang datang untuk membawakan dua cangkir minuman hangat. Namun, ada sesuatu yang aneh dan cukup menarik perhatian perempuan cantik itu.     

Lee Hana akan sangat penasaran jika tak mencari tahu hal itu. Akhirnya, dia pun bertanya secara langsung, "Sejak kapan Anda meminum kopi, Direktur Jiang?"     

"Akhir-akhir ini aku sedang suka mengkonsumsi kopi." Jiang Lily sengaja mengatakan kebohongan e. Dia benar-benar menyukai minuman pahit itu.     

"Cukup mengejutkan bagi saya. Ternyata Presdir Aaron benar-benar bisa membuat Anda berubah total," sahut Lee Hana sembari memperhatikan penampilan dari atasannya itu.     

Terlihat sangat jelas jika Jiang Lily tak tidur semalaman. Alasan itu juga yang membuatnya memilih untuk minum kopi.     

"Katakan saja apa tujuanmu ke sini?" desak Jiang Lily tanpa basa-basi sedikit pun. Bahkan dia mengatakan hal itu dengan nada begitu ketus.     

"Baiklah." Lee Hana mengeluarkan beberapa berkas dari dalam map yang kebetulan dibawanya. "Soal produk tiruan itu ... kemungkinan jika itu adalah taktik WM Fashion untuk menghancurkan usaha kita," jelas seorang perempuan cantik yang sangat bisa diandalkan untuknya.     

Jiang Lily masih mencoba untuk mendalami masalah itu. Namun, ada satu hal yang membuat dia sangat penasaran.     

"WM Fashion? Apakah itu perusahaan baru yang akan menjadi kompetitor kita?" tanya Jiang Lily lagi.     

"Itu adalah sebuah perusahaan fashion yang didirikan oleh Keluarga Wen dan juga Miranda Choi. Tentu Anda sangat paham apa maknanya," jelas Lee Hana cukup menyakinkan.     

Jiang Lily menunjukkan respon sangat terkejut. Dia masih tak percaya jika mereka bisa bekerja sama untuk menghancurkan JL Fashion.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.