Menantu Pungut

Pria Itu?



Pria Itu?

0Aaron Liu baru saja mengantar istrinya kembali ke rumah. Ia merasa tak tega jika harus membiarkan Jiang Lily terus bersamanya. Apalagi dalam kondisi sedang hamil muda, kondisinya bisa saja naik turun begitu cepat.     

"Sebaiknya kamu beristirahat, Lily. Semalaman kamu sudah bekerja keras untuk menyelesaikan desain-desain itu," bujuk Aaron Liu pada seorang perempuan yang dicintainya.     

"Tidak bisakah kamu menemani aku sebentar saja, Aaron? Setidaknya sampai aku terlelap," pinta Jiang Lily dengan nada memohon. Perempuan itu menjadi sedikit lebih manja dari sebelumnya.     

Hal itu mungkin saja karena kehamilan. Jiang Lily selalu ingin berada di dekat suaminya itu. Ada perasaan tenang dan juga aman saat Aaron Liu di sampingnya.     

Tanpa penolakan sedikit pun, Aaron Liu ikut berbaring dengan Jiang Lily di atas ranjang. Pria itu membiarkan istrinya tertidur di dalam pelukannya. Kebahagiaan hadir kala ia mampu mendekap sosok perempuan yang dicintainya.     

Aaron Liu merasakan perasaan bergetar ketika ia bisa mendengar suara hembusan nafas dari sang istri. Entah mengapa, momen itu begitu mendebarkan dan memunculkan sebuah sensasi tak biasa pada dirinya.     

'Sepertinya Jiang Lily sudah terlelap. Aku harus segera pergi mengurus kekacauan itu,' ucap Aaron Liu di dalam hati.     

Pria itu memindahkan kepala Jiang Lily ke atas bantal. Aaron Liu melakukanya dengan sangat pelan dan juga sangat hati-hati. Meminimalisir gerakan agar tak mengusik istirahat dari istrinya.     

Begitu keluar dari kamar, Aaron Liu berpapasan dengan Nenek Jiang. Wanita tua itu memperhatikan sosok menantu di Keluarga Jiang. Ia bisa melihat ada sedikit luka di wajah suami dari cucunya itu.     

"Apa yang sebenarnya telah terjadi pagi tadi, Aaron? Apakah kamu sudah mengobati lukamu?" cemas Nenek Jiang sembari menarik pria itu untuk duduk di sebuah kursi yang berada tak jauh darinya.     

"Aku baik-baik saja, Nek. Nona Lee sudah membantuku untuk mengobati luka kecil ini." Aaron tentunya tak mau membuat Nenek Jiang terlalu khawatir akan kondisinya. "Sepertinya ada seseorang yang merencanakan kecelakaan kecil itu untuk mencuri desain yang aku bawa," terangnya atas kejadian itu.     

"Lalu ... bagaimana dengan desain-desain itu? Apakah mengalami kendala setelah mereka mencurinya?" tanya Nenek Jiang.     

Aaron Liu semakin yakin jika Nenek Jiang sama sekali tak mengetahui soal detail kejadian itu. Sudah bisa dipastikan jika Jiang Lily juga pergi ke pabrik tanpa sepengetahuan neneknya.     

Mendadak ia menjadi semakin cemas atas tindakan berbahaya dari istrinya. Aaron Liu tentu saja tak ingin terjadi hal buruk pada perempuan yang dicintainya itu.     

"Tadi pagi ... Lily sudah mengirimkan desain itu ke pabrik. Aku benar-benar sangat mencemaskan dia, Nek. Bahkan Lily juga menyusul aku ke pabrik tadi," jelas Aaron Liu mengenai situasi yang dihadapinya.     

"Jadi Lily pergi menyusul kamu ke pabrik? Dia sempat mengatakan jika akan membeli beberapa keperluannya ke supermarket." Ternyata ... Jiang Lily sama sekali tak mengatakan jika dia akan ke pabrik. Perempuan itu benar-benar berhasil membuat murka Nenek Jiang. "Anak nakal itu bisa saja membahayakan dirinya!" kesal Nenek Jiang dengan tatapan berkaca-kaca.     

Nenek Jiang berniat untuk mendatangi kamar cucunya. Dia harus menumpahkan kekesalannya pada Jiang Lily. Perempuan itu terlalu ceroboh dan terus berulah.     

Sebelum wanita tua itu membangunkan cucunya, Aaron Liu langsung menghentikan langkah Nenek Jiang. Dia tak mau istirahat Jiang Lily menjadi terganggu.     

"Biar Lily istirahat dulu, Nek. Semalam dia sama sekali tak tidur," bujuk Aaron Liu agar Nenek Jiang tak mengganggu istrinya.     

"Kamu jangan terlalu memanjakannya, Aaron! Jika Lily salah, kamu juga harus menegurnya," tegas Nenek Jiang pada cucu menantunya.     

"Baiklah, Nek. Aku mengerti, lebih baik Nenek juga istirahat dulu. Ada beberapa hal yang harus aku lakukan menjelang pameran," ujar Aaron Liu pada seorang wanita tua yang selama ini sudah memperlakukan dirinya dengan sangat baik.     

Untung saja, Nenek Jiang masih bisa dibujuk. Jika tidak, pasti akan terjadi kekacauan di rumah itu. Aaron Liu akhirnya keluar dari suasana penuh ketegangan dan juga sarat tekanan. Ia harus mengurus beberapa hal menjelang pameran.     

Di halaman depan, beberapa bodyguard tampak sudah bersiap untuk menjalankan tugas. Mereka semua adalah tenaga terlatih dan tentu saja sangat profesional dalam menjalankan tugasnya.     

"Seperti yang aku katakan sebelumnya, kalian semua akan ditugaskan di beberapa tempat berbeda. Pembagian tugas sudah aku kirimkan via pesan. Silahkan diperiksa!" Aaron Liu segera masuk ke dalam mobil bersama dua bodyguard.     

"Baik, Tuan!" sahut mereka semua.     

Begitu mobil melaju meninggalkan halaman depan mansion Keluarga Jiang, dua bodyguard itu saling memandang tanpa mengatakan apapun. Mereka berdua sama-sama belum mengetahui tujuan kepergian dari tuannya.     

Setelah diam beberapa saat, salah satu dari mereka langsung menanyakan tujuan perjalanan kali ini. Tak mungkin jika mereka terus melaju tanpa memiliki tujuan.     

"Ke mana tujuan kita kali ini, Tuan?" tanya si bodyguard dengan sedikit cemas. Ia sama sekali tak bermaksud untuk mengusik ketenangan dari Aaron Liu.     

"Kita ke perusahaan WM Fashion. Ada sesuatu yang harus aku katakan pada mereka," jawab Aaron Liu tanpa memandang lawan bicaranya.     

Seketika itu juga, si supir melajukan mobil menuju ke kantor WM Fashion. Sebuah perusahaan yang baru saja beroperasi namun sudah menjadi pesaing berat bagi JL Fashion.     

Bukan tanpa alasan, keberadaan Wen Ziyi tentu saja menjadi alasan utama. Wanita itu tentu saja sangat mengetahui seluk beluk JL Fashion. Tentu saja tak sulit untuk mencari kelemahan dari perusahaan milik Keluarga Jiang.     

Jika kemarin Aaron Liu mendapatkan rumah Keluarga Wen, kali ini dia sengaja mendatangi perusahaan. Pria itu berharap jika kedatangannya ke WM Fashion bisa memberikan sedikit petunjuk mengenai segala rencana jahat mereka.     

"Kita sudah sampai, Tuan," ucap si bodyguard dengan sangat sopan. Terlihat jika Aaron Liu sedang tenggelam dalam lamunannya sendiri. Seolah ada banyak hal yang begitu mengusik hatinya.     

"Kalian tunggu saja di sini. Jika ada hal yang mencurigakan, langsung hubungi aku." Begitulah sebuah perintah yang dilontarkan oleh Aaron Liu pada dua bodyguard kepercayaannya.     

Pria itu berdiri di depan lobby perusahaan. Ia melihat sekeliling sebelum melangkah kaki memasuki bangunan beberapa lantai itu.     

Tanpa membuang waktu, Aaron Liu berjalan menuju resepsionis. Ia tak mungkin menerobos masuk dan justru menarik perhatian banyak orang di dalam gedung itu.     

"Bisakah saya bertemu dengan Nyonya Wen?" tanya Aaron Liu pada perempuan yang berjaga di resepsionis.     

"Apakah Anda sudah membuat janji?" balas si resepsionis sangat sopan.     

"Katakan saja kalau Aaron datang untuk menemuinya." Aaron Liu langsung memperhatikan sekeliling. Ia melihat sosok pria yang tampak familiar baru saja keluar dari lift. "Bukankah itu pria tadi?" gumamnya sembari berlari mengejar pria itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.