Menantu Pungut

Mati Sia-Sia?



Mati Sia-Sia?

0Semenjak Jiang Lily dan juga Aaron Liu keluar dari hotel, mereka sudah merasa bahwa Miranda Choi tak akan tinggal diam. Perempuan itu tak akan semudah itu melepaskan mereka berdua begitu saja.     

Dan segala prasangka dan dugaannya sangatlah benar. Baru beberapa menit saja mobil melaju, sudah terlihat tiga mobil sengaja membututi mereka.     

Aaron Liu mencoba untuk mengamati jalanan dan juga tiga mobil itu. Ia mencoba untuk memahami langkah apa saja yang mungkin akan mereka lakukan selanjutnya.     

"Tambahkan kecepatan!" perintah Aaron Liu pada si bodyguard.     

"Baik, Tuan." Dia pun seketika menancapkan gasnya lagi. Ketiga mobil yang tadinya berusaha untuk menghimpit mobilnya, mulai kehilangan kendali.     

Terlihat ketiga mobil itu juga menambahkan kecepatan untuk mengejarnya. Sayangnya, Aaron Liu dan juga Jiang Lily sudah sangat siap dengan kekacauan itu. Mereka bahkan sudah menyiapkan mental baja untuk menerima segala hal terburuk yang bisa saja terjadi.     

Meski mencoba untuk menghindar dan menjauhi ketiga mobil itu, mereka selalu berhasil mengejar. Sedangkan Aaron Liu, terus memberikan perintah tarik ulur pada si supir. Hingga tiba-tiba saja ....     

"Sial! Tiga mobil itu mulai mendekat, Tuan," ucap seorang bodyguard yang sejak tadi terus memperhatikan situasi.     

"Haruskah kita melaju kencang lalu melarikan diri?" Si bodyguard hanya ingin mendengar sebuah perintah langsung dari tuannya.     

"Coba kita tunggu sebentar. Apa yang sebenarnya akan mereka lakukan kali ini." Begitulah jawaban Aaron Liu sembari memperhatikan ke segala arah. Ia harus memastikan jika tak ada sesuatu yang mungkin akan membahayakan mereka semua.     

Mobil Aaron Liu mulai terhimpit dari kiri, kanan dan belakang. Tak ada pilihan lainnya, selain terus melaju ke arah depan. Entah mengapa, kondisi jalanan mendadak berubah sangat sepi. Seolah mereka semua telah merencanakan segalanya dengan begitu baik.     

Jiang Lily mulai panik! Ia sama sekali tak paham tujuan Aaron Liu seolah sengaja memancing mereka semua. Padahal sudah sangat jelas jika situasi sama sekali tak bersahabat.     

"Ada apa ini, Aaron? Apakah kamu sengaja ingin masuk ke dalam jebakan mereka semua?" Jiang Lily sama sekali tak paham dengan rencana suaminya. Mereka sama sekali tak berusaha untuk menghindar dan menyelamatkan diri.     

"Tenanglah, Lily! Kita akan baik-baik saja," bujuk pria itu agar istrinya tak panik dalam menghadapi mereka semua.     

Jiang Lily semakin tak paham. Ia merasa sedang sendirian di dalam sana dengan perasaan panik dan juga sangat ketakutan. Bahwa perempuan itu sampai berpikir jika mereka akan terhimpit dan akhirnya akan mati sia-sia.     

Rasanya tak paham dengan alasan Aaron Liu. Perempuan itu justru berpikir yang tidak-tidak terhadap suaminya. Namun, hal itu seolah bukanlah sebuah pemikiran yang membuatnya lantas paham atas situasi itu.     

Aaron Liu langsung paham dengan segala kecemasan istrinya. Ia benar-benar tak bermaksud untuk membuat Jiang Lily terlalu panik dan juga sangat gelisah berada dalam situasi tersebut.     

Dengan gerakan pelan yang penuh kelembutan, Aaron Liu mulai memegang jemari tangan istrinya. Ia cukup terkejut saat merasakan jika tangan istrinya begitu basah karena menahan kegelisahan.     

"Apakah kamu menjadi takut dan juga cemas, Lily?" tanya Aaron Liu pada seorang perempuan yang kebetulan duduk di sebelahnya.     

"Apakah kamu ingin berhenti dan menghajar mereka seperti dulu? Jangan lakukan itu, Aaron! Aku tak ingin kamu kembali terluka seperti sebelumnya." Jiang Lily mengungkapkan segala kekhawatiran atas seorang pria yang tak lain adalah ayah dari anaknya.     

Pria itu sangat memahami istrinya, ia langsung memeluk Jiang Lily untuk menenangkan hatinya. Aaron Liu tentu saja tak ingin membahayakan istrinya. Ia memiliki cara lain untuk menghentikan segala ancaman baik verbal maupun nonverbal dari tiga mobil yang sejak tadi sangat menggangu ketenangan hatinya.     

Aaron Liu diam bukan ingin melawan mereka secara langsung. Ia mencoba untuk memikirkan sebuah cara untuk memukul mundur mereka tanpa harus melakukan tindak kekerasan pada mereka semua.     

"Meski aku yakin jika kamu adalah petarung yang hebat ... tetap saja aku tak ingin melihatmu terluka," ujar Jiang Lily pada seorang pria yang sejak tadi sangat mencemaskan dirinya.     

"Aku sangat menghargai kepedulian kamu, Lily. Kita akan baik-baik saja. Percayalah padaku!" jelas Aaron Liu mengenai sebuah kondisi yang sedang mereka hadapi kala itu.     

Jiang Lily mengangguk pelan. Ia harus percaya pada suaminya. Apapun yang terjadi, sengaja dilakukan oleh Aaron Liu untuk kebaikan mereka berdua.     

Sangat wajar jika ia merasa sangat cemas mengenai keselamatan dari suaminya. Meski ia bisa mengorbankan segalanya, perempuan itu sama sekali tak ingin kehilangan suaminya.     

"Aku hanya tak ingin jika terjadi apa-apa padamu, Aaron. Rasanya tak sanggup jika kau harus kehilangan kamu," ungkap Jiang Lily dengan wajah sedih dan tak bisa tenang.     

"Aku mengerti, Lily," balas pria itu sebelum ia kembali memeluk calon ibu dari anak-anaknya.     

Aaron Liu menjadi semakin tak tega untuk mengikuti permainan mereka semua. Ia pun harus memikirkan sebuah solusi terbaik agar bisa terbebas dari tiga mobil yang masih berusaha untuk menghalangi perjalanan mereka ke perusahaan.     

"Beritahukan kepada yang lain untuk membantu kita terlepas dari tiga mobil itu! Usahakan mereka datang secepat mungkin!" perintah Aaron Liu pada dua bodyguard itu.     

"Baik, Tuan!" Seketika itu juga, Si bodyguard langsung memanggil bantuan. Mereka harus bisa terbebas dari tiga mobil yang sangat mengganggu itu.     

Dengan segala kesabaran dan juga perasaan cemas yang tak kunjung menghilang, Aaron Liu masih berusaha untuk menenangkan sang istri. Apalagi ... suasana Jiang Lily semakin memburuk karena bantuan tak kunjung datang.     

Bahkan dengan cukup mengejutkan, mobil di belakangnya mulai menabrakkan mobilnya. Jiang Lily langsung panik dan memucat karena begitu takut jika mereka tak akan selalu. Terlebih ... dua mobil di sebelahnya mulai menghimpit mobilnya.     

"Bagaimana ini, Aaron? Apakah kita benar-benar akan mati di sini?" cemas Jiang Lily dalam situasi genting dan juga sangat mengkhawatirkan.     

"Itu tak akan terjadi, Lily. Tunggu saja sebentar lagi hingga bantuan akan datang." Aaron Liu semakin tak tahan mendengar dan juga melihat istrinya mulai tak bisa mengendalikan dirinya.     

Suasana semakin menegangkan karena Jiang Lily terus saja mengatakan beberapa kalimat yang cukup mengusik ketenangan. Perempuan itu seolah tak tahan lagi berada di jalanan dalam posisi yang tak aman.     

Hingga tak berapa lama, mobil di belakang kembali menabrakkan mobilnya. Jiang Lily semakin panik dan terus menjerit ketakutan.     

"Selamatkan aku, Aaron! Apakah kita akan mati di sini?" panik Jiang Lily dalam sebuah kondisi yang benar-benar tak bersahabat.     

"Mengapa mereka tak kunjung datang? Apakah harus menunggu kami terluka dulu?" kesal Aaron Liu karena merasa jika beberapa bodyguard lain tak kunjung datang untuk membantunya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.