Menantu Pungut

Apa Hebatnya Aaron Liu?



Apa Hebatnya Aaron Liu?

0Feng Mo sangat terkejut dengan keberadaan Tiffany di kamar hotel itu. Dia tak menyangka jika perempuan itu akan nekat menerobos masuk tanpa permisi.     

"Apakah kamu sudah kehilangan tata kramamu?" sentak Feng Mo sembari menarik selimut sebelum ia memakai pakaiannya. Sedangkan perempuan itu langsung berlari ke kamar mandi sembari membawa pakaiannya.     

"Sejak kapan papa mempermasalahkan tata krama? Aku benar-benar tak mengerti dengan alasan papa kali ini. Mengapa papa mengirimkan orang-orang bodoh itu untuk melukai Aaron?" Tiffany serasa akan meledak di hadapan ayahnya.     

Bukan karena menyaksikan aktivitas panas mereka berdua. Tiffany sangat murka begitu mengetahui ayahnya sengaja ingin melukai Aaron Liu. Ia tak peduli dengan segala hubungan di antara mereka, perempuan itu hanya ingin mencari kebenarannya.     

Sedangkan pria tua itu masih bisa begitu tenang tanpa ekspresi yang berarti. Bahkan Feng Mo nampak tengah memakai pakaiannya sendiri d hadapan anak perempuannya.     

"Apa hebatnya Aaron Liu? Dia hanyalah seorang menantu miskin biasa. Bukankah Keluarga Jiang hanya memungutnya dari jalanan?" Begitulah jawaban yang diberikan oleh Feng Mo pada anak. Sebuah jawaban yang tentu saja tak bisa memuaskan perempuan itu.     

"Cukup, Pa! Papa sama sekali tak mengenal Aaron. Papa tak berhak untuk menilainya sedikit pun!" tegas Tiffany pada seorang pria tua yang selama ini cukup menguasai wilayah itu.     

"Apakah kamu pikir papa tak mengetahui apapun? Kamu menolak perjodohan itu karena mencintai Aaron Liu, bukan? Apakah kamu terlalu bodoh hingga tak mampu berpikir dengan jernih? Pria itu sudah beristri! Apa yang kamu harapkan, Tiffany?" desak Feng Mo pada anak perempuannya itu. Ia benar-benar tak habis pikir jika Tiffany akan menjadi begitu bodoh dan kehilangan akal sehatnya.     

Mendengar kalimat panjang lebar dari ayahnya, Tiffany justru menertawakan pria itu. Ia benar-benar tak habis pikir jika seorang Feng Mo akan mempermasalahkan status seseorang.     

Cukup menggelikan dan sangat tak masuk akal bagi Tiffany. Tindakan ayahnya kali ini sudah melebihi batas. Ia tak akan diam saja mengetahui segala niat jahat dari Feng Mo.     

Pria tua itu selalu memanjakan Tiffany. Segala keinginannya pasti akan diwujudkan. Entah mengapa, kala perempuan itu menginginkan Aaron Liu, Feng Mo menjadi sangat murka. Ia langsung tak menyetujui keinginan anaknya. Apalagi dengan status pria itu yang masih menjadi menantu dari Keluarga Jiang.     

"Bukankah Papa akan melakukan apapun jika aku kembali pada Keluarga Mo? Lalu ... apa masalahnya sekarang, Pa? Aku telah jatuh hati pada Aaron. Jika terjadi apa-apa dengannya, aku juga akan memiliki mati bersama Aaron," ancam Tiffany tanpa keraguan sedikit pun.     

"Kamu benar-benar sudah buta, Tiffany! Dengan status keluarga kita, kamu bisa mendapatkan semua pria yang jauh lebih baik dari Aaron Liu. Untuk apa kamu menjatuhkan harga diri untuk seorang pria beristri?" Feng Mo hanya menginginkan yang terbaik bagi anaknya. Ia tak ingin jika Tiffany sampai salah jalan dan justru akan membuatnya sangat menderita.     

Tiffany sama sekali tak peduli dengan perkataan ayahnya. Begitu puas mengeluarkan kekesalan dan amarahnya, perempuan itu akhirnya berniat untuk pergi dari sana.     

Namun, tiba-tiba saja ia menghentikan langkahnya dan berbalik badan. Tiffany melemparkan tatapan tajam pada ayahnya. "Jika Papa berani menyentuh Aaron, Papa akan kehilangan aku untuk selamanya," gertak seorang perempuan yang sudah tak bisa berpikir jernih.     

"Kamu akan menyesali segalanya, Tiffany! Pria itu tak pantas bagimu!" seru Feng Mo untuk menyakinkan anaknya.     

Tidak berlebihan jika seorang ayah menginginkan hal terbaik bagi anaknya. Namun, Tiffany tetap teguh dalam pendiriannya. Perempuan itu justru ingin mengejar seorang pria yang telah jelas-jelas sudah memiliki pasangan.     

Hanya itu saja yang sebenarnya menjadi alasan kuat bagi Feng Mo untuk membuat Aaron Liu meninggalkan kota itu. Ia berharap jika penyerangan pagi itu bisa membuatnya takut dan meninggalkan kota.     

Sayangnya, segala rencana dan juga perhitungan Feng Mo tidak tepat. Beberapa orang yang sengaja dibayarnya justru kalah telak dari seorang Aaron Liu. Ia harus menelan pil pahit atas kekalahan itu.     

"Lebih baik Papa tak lagi mencampuri urusanku!" ketus Tiffany sebelum ia keluar dari sebuah kamar hotel di mana ayahnya tengah menginap.     

Sebuah keputusan ceroboh yang bisa saja menghancurkan hubungan ayah dan anak itu. Tak seharusnya Tiffany bersikap tak sopan pada ayahnya sendiri. Padahal sudah sangat jelas jika pria itu sangat peduli pada kebahagiaannya.     

Namun, Tiffany sudah biasa hidup bebas tanpa pengaturan dari siapapun. Baru-baru ini saja, dia tinggal bersama dengan ayahnya. Semua bermula ketika Aaron Liu menolongnya malam itu.     

"Apakah Nona akan kembali menemui Tuan Aaron?" tanya seorang pengawal yang sejak tadi menunggu di luar kamar.     

"Tidak! Aku tak ingin Aaron melihat dalam keadaan kacau seperti ini. Apakah kalian tahu orang-orang bayaran yang tadi pagi menyerang Aaron?" tanya Tiffany sangat penasaran.     

"Apakah Nona akan menemui mereka? Bukankah itu sangat berbahaya?" Si pengawal begitu mencemaskan anak dari tuannya. Dia tak ingin membawa Tiffany berada di dalam bahaya.     

Jika tugas mereka semua adalah memberikan perlindungan untuk Tiffany, mereka tak ingin mengambil resiko untuk membuatnya terluka.     

Sayangnya, menolak keinginan Tiffany sama saja dengan menantang maut. Perempuan itu bisa melakukan sesuatu yang tak terbayangkan oleh mereka semua.     

"Bukankah ada kalian semua? Untuk apa aku harus takut?" Tiffany memang tak bisa melakukan apapun kali ini. Bukan karena takut, ia sangat sadar jika dirinya masih belum mampu melawan mereka semua.     

"Kami akan selalu mengutamakan keselamatan Anda, Nona." Begitulah jawaban si pengawal yang diperintahkan oleh Feng Mo untuk melindungi anaknya.     

Mereka semua sangat tahu jika Tiffany tak jago beladiri. Di saat ayahnya membayar mahal seorang pelatih beladiri, perempuan itu justru kabur dengan mobil sport yang biasa dipakainya untuk mengikuti sebuah balapan liar.     

Hal itu juga yang selalu menjadi kecemasan tersendiri bagi Feng Mo. Tak sedikit pun ia membenci anaknya. Pria tua itu hanya ingin anak perempuannya mendapatkan kebahagiaan.     

"Sepertinya aku harus mengatakan hal ini pada Aaron. Agar dia lebih waspada selama tinggal di kota ini." Tiffany bergumam pelan untuk mengungkapkan kecemasan yang singgah di dalam hatinya. "Kita kembali ke gedung itu," ajaknya.     

"Baik, Nona!" jawab si pengawal.     

Mereka berdua langsung menuju ke mobil untuk bergegas kembali ke sebuah gedung beberapa lantai di mana Aaron Liu dan Lee Hana berada.     

Baru juga sampai di pelataran parkir, Tiffany dikejutkan dengan keberadaan beberapa orang yang terlihat tengah mendatangi gedung itu.     

Dengan sangat panik, Tiffany berlari secepat mungkin memasuki gedung itu. Ia harus memastikan jika Aaron Liu baik-baik saja. Hatinya menjadi berdebar tak karuan membayangkan sesuatu yang tidak-tidak.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.